Nana tidak tahu banyak tentang Abizar.
Mereka menikah karena terpaksa dan suatu saat akan bercerai. Setelah bercerai, mereka akan saling melupakan seolah-olah tidak pernah kenal. Jadi Nana merasa tidak perlu mengurusi orang-orang yang menjalin hubungan dengan Abizar.
Tidak perlu memikirkannya. Tidak perlu memikirkannya.
Nana membuka semua kado pernikahan dengan cepat. Di sisi lain, Abizar masih tidur nyenyak.
Meskipun begitu, Nana terus memikirkannya. Dia sampai berdiam diri di halaman belakang rumah.
***
Pukul tiga sore, Abizar bangun. Dia melihat meja disampingnya banyak sekali kertas. Dia melirik ke pojok kamar. Tampaknya Nana sudah membuka semua kado pernikahan. Dan dia menduga kertas-kertas ini adalah kartu ucapan untuknya.
Di sekolah, Abizar sangat terkenal karena pandai bermain game dan pintar dalam seluruh mata pelajaran kecuali olahraga. Tapi, dia juga terkenal pemalas. Disuruh lari tapi dia jalan pelan. Disuruh bermain basket tapi dia malah jalan-jalan lalu menyingkir dari lapangan. Disuruh pindah tempat duduk tapi dia malah menelepon tantenya dan bilang buat mengurus permasalahannya di sekolah.
Abizar juga malas berurusan sama perempuan. Intinya, dia seperti kehilangan semangat hidup.
Abizar mengeluh, kenapa Nana tidak membakarnya saja. Dia sangat malas buat keluar membakarnya. Dimana gadis itu sekarang?
Abziar membawa semua kertas ke halaman belakang rumahnya untuk membakarnya. Dia sedikit terkejut melihat Nana sedang duduk di kursi sambil menopang dagunya.
"Dasar," batin Abizar.
Dia pikir gadis itu sedang berpikir macam-macam, sangat jelas terlihat dari ekspresi wajahnya.
Nana merasakan keberadaan seseorang. Dia menoleh ke samping dan melihat Abizar melempar kertas ke tempat sampah lalu membakarnya. Wajah Abizar tampak dingin. Pemandangan seperti itu tiba-tiba membuat Nana berdebar.
"Nggak mungkin," batin Nana.
Dia berusaha menyangkal perasaannya. Hati yang berdebar ini disebabkan oleh rasa cemas Abizar bakal menyiksanya karena dia sangat membenci lelaki itu. Seharusnya seperti itu.
Abizar menoleh. Nana langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Tetapi dia dapat merasakan Abizar mendekatinya.
"Kamu pikir kita bakal bercerai?"
Abizar memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Suaranya terdengar mengintimidasi.
"Memang kan? Karena kita sama sekali nggak saling mencintai," batin Nana.
Nana tidak berani menatap Abizar dan dia menjawab dengan kaku. Jawabannya juga bohong, "Nggak kok. Aku menikah satu kali seumur hidup."
"Aku masih mau bersenang-senang jadi aku bakal melakukan apa yang ingin kulakukan."
Nana tidak menjawabnya. Lebih tepatnya, dia tidak tahu harus menjawab apa.
Hari itu adalah hari terakhir Abizar berbicara pada Nana.
Satu bulan telah berlalu. Keseharian Abizar berjalan seperti biasanya. Malam main game dan nonton film kemudian paginya tidur sampai sore. Dia tidak pernah lagi menyuruh Nana karena gadis itu selalu menyiapkan segala kebutuhannya dengan baik. Tidak perlu lagi perkataan.
Di sisi lain, Nana nyaris setiap hari mengeluh pada mamanya. Mamanya menyampaikan ke orang tua Abizar. Lalu Abizar dinasehati oleh orang tuanya. Tetapi laki-laki itu hanya diam dan tidak peduli.
Nana menyesal entah karena apa. Dia merasa tindakan dan perilakunya seperti sedang mencari perhatian Abizar, tapi tidak. Dia seharusnya tidak peduli tentang Abizar. Justru hubungan seperti ini dia sangat menginginkannya karena dia tidak mencintainya.
"Aku nggak kesepian. Aku juga nggak butuh laki-laki itu."
Nana selalu mengucapkan kalimat itu di dalam hatinya setiap hari.
Setiap pagi dia menyiapkan air panas untuk diminum Abizar, menyiapkan dan membawakannya sarapan ke dalam kamarnya, menyiapkannya air untuknya mandi. Dia melakukan semuanya karena ingin menjadi istri yang baik. Tapi dia merasa sangat berbeda di dalam hatinya.
Abizar berasal dari keluarga kaya. Nana yakin yang dimaksud adalah keluarga besarnya. Kenyataannya Pak Danang dan Ibu Arum tidak sekaya itu.
Kebutuhan makanan di rumah ini selalu menggunakan uangnya. Nana telah menghabiskan berjuta-juta, uang hasil kerja kerasnya selama dua tahun sebelum menikah. Dia tidak mungkin meminta pada mertuanya. Meminta ke Abizar juga percuma karena tidak mungkin laki-laki itu punya uang karena tidak bekerja.
Apa Abizar nggak punya rasa malu karena nggak kerja sementara di luar sana teman-temannya kerja?
Dia sudah menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab. Bagaimana nanti kalau punya anak, apa dia bakal tetap seperti itu?
Yang sabar ya Na. Kenapa kamu nggak kerja lagi kayak sebelum nikah?
Para tetangga terang-terangan membicarakan Abizar di depannya. Benar kata mereka, dia harus bekerja. Tidak mungkin terus-menerus mengandalkan Abizar. Orang tuanya pun sudah jelas bosan mendengar keluhannya. Pada akhirnya dia harus berjuang sendirian.
Seperti perkiraannya, hidupnya terjamin, adalah omong kosong.
Suatu sore Cantika datang ke rumah Abizar. Orang tua Abizar belum pulang. Dan Abizar sedang mandi. Nana lah yang membuka pintunya.
"Siapa ya?" tanya Nana. Dia langsung berpikir bahwa dia adalah Cantika, Tantenya Abizar. Wanita cantik di pesta pernikahannya.
Wanita itu melihat Nana dengan tajam dan merendahkan. Dia mengulurkan tangannya, "Cantika. Tantenya Abizar."
Benar kan, pikir Nana. Wanita ini langsung masuk setelah memperkenalkan dirinya. Nana masih berdiri di dekat pintu.
"Abizar masih tidur ya? Jam tiga lebih. Biasanya dia sudah bangun dan mandi."
Cantika masuk ke dalam kamar Abizar. Tetapi sebelum masuk ke dalam, dia menoleh ke belakang, ke arah Nana. Gadis itu menatapnya tajam.
"Kamu nggak genit ke Bizar kan?"
Cantika tertawa meremehkan lalu masuk ke dalam kamar Abizar. Nana tidak menyukainya. Tidak. Perasaan ini? Apakah dia cemburu. Dia seharusnya tidak memikirkannya terlalu jauh. Cantika adalah tantenya Abizar. Tetapi....benarkah hubungan mereka seperti itu?
Nana berjalan cepat ke kamar Abizar. Dia melihat Cantika sedang duduk di sofa, melipat kakinya, dan menatap Abizar yang baru selesai mandi. Abizar dan Cantika menatap Nana.
"Nggak kusangka ternyata dia lebih jelek daripada saat di pesta pernikahan. Aku sangat kasihan padamu Zar," kata Cantika mengalihkan pandangannya dari Nana.
Awalnya, Nana sudah bertekad untuk tidak mempedulikan orang-orang yang berhubungan dengan Abizar.
"Apa hubungan kalian benar-benar cuma tante sama keponakan?"
Nana pikir, dia sudah gila. Napasnya memburu. Dia sangat membenci situasi ini. Tantenya Abizar sangat tidak sopan masuk kamar sembarangan.
"Pertanyaan nggak berguna," batin Abizar.
"Menurutmu?" tanya Cantika sambil menyeringai.
"Abizar itu pemalas dan sangat bergantung padaku. Selama ini akulah yang membiayai hidupnya. Aku menyayanginya lebih dari ibunya. Iya kan Abi?"
Abizar tidak menjawab. Hanya duduk di kasur. Dia mulai memperhatikan Nana.
Nana terdiam sejenak, memandang Cantika dan Abizar bergantian. Dia memikirkan sesuatu lalu berkata, "Oh pantesan."
Cantika melotot pada Nana. Respon yang sangat kurang ajar menurutnya. Benar dugaannya. Gadis ini sangat tidak cocok untuk Abizar. Kata-katanya jelas sedang menghina Abizar. Seolah-olah maksudnya pantesan membiayai Abizar karena dia laki-laki yang tidak bisa melakukan apapun.
Cantika mengeluarkan amplop berisi banyak uang dan memberikannya pada Nana. Dia bilang, "100 juta. Pakailah sesukamu. Tapi sebagian besar harus buat Abizar."
"Kenapa nggak dikasih ke Abizar aja. Biar dia bisa pakai sesukanya. Aku nggak butuh," jawab Nana langsung.
"Kamu tahu sendiri kan dia nggak bisa kemana-mana-"
"Kalau gitu harusnya tante bawain pembantu buat disuruh-suruh sama dia!" Nana sedikit membentak.
Abizar kaget tetapi tetap tenang. Cantika menghela napas dan duduk kembali. Nana langsung keluar dari kamar.
Informasi menarik lagi. Abizar, dia diperlakukan seperti bayi oleh ibu dan tantenya.
Tantenya Abizar tampaknya memiliki perasaan khusus pada keponakannya. Abizar yang malas pasti cuma bisa pasrah menjadi mainannya untuk mendapatkan segalanya dari wanita itu.
Sampah. Nana tertawa di dalam hati. Dia berusaha untuk tidak mempedulikan Cantika dan Abizar.
Nana memutuskan untuk mencari pekerjaan besok. Dia tidak akan bergantung pada Cantika, Abizar, mertuanya, orang tuanya, atau keluarga Abizar lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
ᵉˢʰᵃˡ
Manis seperti permen
2022-05-08
2