Gabriel meninggalkan Jasmine sendiri mematung di depan rumah'nya, bukan bermaksud untuk menyakiti namun dia tidak ingin membuat gadis cantik itu terlalu berharap banyak kepada dirinya, yang sama sekali tidak pantas untuk bersanding dengan wanita Sholehah seperti Jasmine.
''Tante Jasmine, dadah...'' Naura melambaikan tangannya dari dalam mobil, yang juga di balas dengan lambaian tangan dengan bibir tersenyum oleh gadis anggun berkerudung itu.
Gabriel menatap putrinya yang terlihat terus menatap Jasmine meski mobil sudah berjalan menjauh, dia mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.
''Apakah kamu menyukai Tante Jasmine?'' tanya Briel menatap ke depan.
''Iya... aku mau punya seorang ibu seperti anak yang lainnya,'' jawab Naura menunduk memasang raut wajah muram.
Briel terdiam sejenak.
''Kan ada papah, papah bisa merangkap menjadi ibu kamu juga,'' jawab Briel menghibur.
''Tidak sama, Pah. ibu ya ibu, papa ya papah, apanya yang sama,'' Naura mengerucutkan bibirnya.
Keduanya terdiam sejenak.
''Papah bisa tidak, pinta ke Tante Jasmine untuk jadi ibu aku? nanti kita bisa tidur bertiga,'' pinta Naura dengan begitu polosnya
Briel batuk seketika mendengar permintaan putri kesayangan, dia menutup mulut dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya memegangi stir mobil.
''Ha... ha... ha...! Kamu ada-ada aja si, nak. Tante Jasmine mana mau tidur bertiga dengan kita?'' Briel tertawa dengan di paksakan.
''Papah... ko nge'tawa'in aku,'' Naura kembali mengerucutkan bibir mungilnya, dan kali ini terisak merasa sedih.
''Iya... sayang, nanti papah bilangin ya, tapi kamu jangan menangis, papa gak bisa ngeliat kamu menangis,'' Briel sedikit menatap sang putri dengan lengan yang mengusap punggung putrinya mencoba menenangkan.
''Jangan bohong, kalau bohong aku gak mau lagi kenal sama papa,'' ucap Naura menatap wajah sang ayah, melayangkan tatapan tajam.
''Iya...! Nah kita sampai di sekolah kamu...'' Briel memarkir mobil dia depan pagar sekolah, lalu keluar dan membukakan pintu mobil untuk Naura.
Dirinya pun menggenggam lengan putri kesayangannya, mengantarkan langsung ke kelas dimana tepatnya akan memulai belajar.
''Sayang...! Putri kesayangan papa, baik-baik di sekolah ya, jangan nakal, nanti papa jemput kamu lagi,'' pesan Briel merapikan seragam dan ikat rambut Naura lalu mengecup keningnya.
''Iya, pah. Aku juga sayang sama papah. Jangan lupa bilang sama Tante Jasmine ya, awas aja kalau sampai bohong,'' jawab Naura.
''Oke... oke... nanti papa bilangin, janji deh.''
''Ya udah, aku masuk dulu ya, Pah,'' Naura pun berjalan ke dalam kelas, namun sebelumnya dia melambaikan lengannya terlebih dahulu sembari melayangkan senyuman.
Briel pun melakukan hal yang sama, dirinya bahkan tidak beranjak dari tempatnya berdiri, menatap putri kecilnya duduk di bangku di dalam kelas, dan terus melakukan hal tersebut, sampai Wali Kelas pun datang.
Setelah mengantarkan Putri'nya sekolah, Gabriel pun kembali ke rumah, sesampainya di sana, dia sama sekali tidak menyangka bahwa gadis yang di minta Naura untuk menjadi ibunya masih berada di teras rumah, duduk sendiri di atas kursi menunggu kepulangan dirinya.
Jasmine berdiri saat melihat mobil milik Briel berjalan mendekat lalu kemudian berhenti tepat di depan rumah.
''Kamu masih disini?'' tanya Briel keluar dari dalam mobil.
''Aku sengaja nunggu'in kamu,'' jawab Jasmine masih dalam keadaan berdiri menatap Briel berjalan menghampiri dirinya.
Keduanya pun duduk, dan sama-sama terdiam dan terasa canggung, Jasmine tampak meremas baju yang kenakan'nya dengan jemarinya, di dalam hatinya dia seperti sedang berfikir untuk mengatakan sesuatu.
Sementara Gabriel seketika mengingat pemintaan putri kesayangannya untuk meminta Jasmine menjadi ibunya.
Dan akhirnya setelah keduanya sama-sama larut sejenak dalam lamunan, kedua insan berucap secara memanggil nama secara bersamaan.
''Jasmine...''
''Briel...''
Tersenyum secara bersama pula merasa lucu karena bisa berbarengan memanggil nama masing-masing.
''Kamu dulu...'' pinta Jasmine.
''Tidak- tidak... Perempuan yang duluan...'' jawab Briel, dengan tersenyum tipis.
''Baiklah...'' jawab Jasmine lalu terdiam sejenak, menunduk, lalu kemudian menatap wajah Gabriel.
''Briel...! aku tidak tau kenapa kamu terus menghindari aku, dan bersikap dingin kepadaku, tapi apakah kamu tau? sikapmu itu membuat aku gelisah,'' lirih Jasmine.
''Apa, maksud kamu?'' Briel tidak mengerti.
''Aku ingin dekat denganmu, dan aku juga sayang dengan Naura, aku kagum melihat ketulusan hatimu dalam merawat dan membesarkan putrimu, dan aku juga kagum kepadamu, meski tanpa seorang istri kamu bisa mendidik Naura sehingga dia tumbuh menjadi anak yang baik.''
Briel terdiam, menatap wajah anggun berbalut kerudung berwarna cokelat itu, kepalanya tampak berfikir sejenak, apakah gadis ini sedang menyatakan cinta kepada dirinya, akh... mana mungkin seorang gadis berhijab menyatakan cinta terlebih dahulu kepada seorang Laki-laki. Apalagi Laki-laki seperti dia.
''Aku tau sebagai seorang wanita berhijab, tidak baik menyatakan cinta kepada seorang Laki-laki, tapi yang aku katakan bukanlah pernyataan cinta, aku hanya ingin kamu menjadi suami'ku, imam'ku,'' lirihnya Jasmine menunduk.
Gabriel terkejut seketika, dia termangu, menatap wajah Jasmine dengan mata yang seperti hampir melompat dari tempatnya, jantungnya pun serasa akan copot karena berdetak dengan sangat kencang.
'Dia, melamar aku? apa aku sedang bermimpi.'
Gabriel berucap di dalam hati.
''A-aku sung-guh tidak mengerti maksud ka-mu?'' tanya Gabriel merasa tidak percaya.
''Aku ingin kamu menjadi suami'ku, imam'ku, dan membimbingku, aku yakin kamu pantas, dan aku tak akan salah pilih, karena aku telah memendam ini selama lima tahun,'' Jasmine menatap wajah tampan itu, memberanikan diri mengutarakan keinginannya.
''Tidak, kamu salah. Aku sama sekali tidak pantas bersanding denganmu, apalagi menjadi imam'mu, aku hanyalah Laki-laki biasa yang belum mengerti agama, aku juga jarang menunaikan kewajiban'ku sebagai seorang muslim,'' Briel menunduk merasa rendah diri.
''Kita bisa belajar bersama, aku akan meminta bapak'ku untuk mengajarimu ilmu agama, dan aku juga akan mengingatkanmu, jika kamu belum siap membimbingku, maka aku yang akan membimbing'mu,'' jawab Jasmine dengan suara lirih dan lembut.
''Tapi tetap saja, aku bukan Laki-laki baik, aku tidak pantas untukmu,'' Briel sudah mulai berkaca-kaca, menyesali semua yang pernah di lakukanya di masa lalu.
''Manusia itu tidak ada yang sempurna, dan tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena kita bukan malaikat. Jika kamu bertaubat dengan sungguh-sungguh menyesali apa yang pernah kamu lakukan di masa lalu dan berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi, maka aku yakin Allah akan mengampuni semua kesalahan'mu, meski aku sendiri tidak tau kesalahan apa yang telah kamu perbuat, tapi percayalah, Allah maha pengampun, kepada hambanya yang bersungguh-sungguh dalam bertaubat.''
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
☘Calon istri kedua Alvian☘
Semangat author. Di tunggu lanjutannya.
2022-04-03
1