Briel menatap wajah gadis cantik yang berada di hadapannya, dia sampai mengabaikan Naura yang terus menangis di dalam gendongannya.
Wajah cantik seperti bercahaya seolah membuat jantungnya berdebar kencang, apalagi tatapan mata yang terlihat sayu dengan senyum tipis, yang mengembang dari kedua sisi bibir mungilnya, membuat hatinya bergetar seolah terhenti seketika.
''Maaf, mas. Itu bayinya menangis terus,'' lirih gadis itu, dengan suara lembut dan tatapan sayu'nya menatap wajah Naura.
Gabriel terkejut seketika, dia menyudahi tatapan matanya yang seolah tersihir oleh kecantikan dan ke anggunan gadis tersebut.
''Naura, sayang... cup... cup...! eu... apakah di sini menyediakan susu untuk bayi?'' tanya Briel kembali menatap ke arah gadis itu.
''Iya, ada mas. Mau yang merk apa?''
''Apa saja...'' jawab Briel singkat.
''Mereknya banyak mas, Dede bayi nya biasa meminum susu apa?''
''Eu... apa ya? yang paling mahal dan paling bagus deh,'' ucapnya setelah termenung sejenak, dirinya sama sekali tidak tahu Naura biasa meminum susu apa?
''Baik, mas. Tunggu sebentar ya, saya ambilkan dulu,'' jawab gadis itu beranjak dari hadapan Gabriel.
Naura terus menangis histeris layaknya seorang bayi, Briel sampai merasa kewalahan mendiamkan dan menenangkannya, dia pun membawa Naura keluar dari dalam toko, menghiburnya dengan menatap pemandangan.
Gadis cantik berkerudung putih pun merasa heran karena pemuda yang tadi berdiri di depan etalase sudah tidak ada, diapun menatap ke sekeliling toko untuk mencari sosok itu.
Akhirnya gadis itu menemukan Gabriel sedang menimang putrinya di luar sembari bercanda, namun sang bayi tetap menangis, dan bahkan suara tangisnya semakin terdengar kencang. Gadis berkerudung itu menghampiri Briel.
Eak... Eak... Eak...
''Anaknya kenapa mas?'' tanya sang gadis menatap Naura dengan tatapan iba.
''Saya juga tidak tahu, dari tadi seperti ini,'' jawab Briel panik.
''Bolehkah saya menggendongnya?''
''Tentu saja,'' dengan senang hati Briel menerima tawaran gadis itu.
Sang gadis pun meraih Naura dengan kedua tangannya, menggendongnya di dalam dekapannya, dan anehnya Naura berhenti menangis seketika, menatap wajah gadis berkerudung lalu tersenyum, seolah sedang merindukan sosok seorang ibu.
''Sayang, kamu cantik sekali nak. Siapa namamu?'' tanya sang gadis menimang Naura dengan penuh kasih sayang.
''Namanya, Naura,'' jawab Briel menatap wajah cantiknya.
''Wah, nama yang cantik, secantik paras'mu, nak,'' jawabnya masih dengan menatap wajah Naura.
''Kalau kamu sendiri, siapa namamu? bolehkan aku mengetahuinya, wahai gadis berkerudung putih?'' tanya Gabriel menatap wajah sang gadis.
Gadis itu pun menoleh dan kembali menatap wajah Gabriel, wajah tampan dengan alis tebal serta kulit nya yang putih seolah membuat sang gadis terkesima seketika, namun dia segera menunduk menyudahi pandangannya.
''Namaku, Jasmine,'' jawabnya singkat.
''Jasmine...? Nama yang indah, seindah paras'mu,'' ujar Briel dengan tersenyum.
''O, iya... bagaimana susu bayinya? jadi di beli tidak?'' tanya Jasmine mencoba mengalihkan pembicaraan agar pria di hadapannya itu menyudahi dalam memandang wajahnya, yang sungguh membuat dirinya merasa salah tingkah.
''Iya, jadi...!'' jawab Briel sedikit gugup.
Kemudian Gabriel pun kembali meraih Naura dan menggendongnya, namun Naura seolah menepis lengan Briel dan memeluk Jasmine seolah mengira bahwa Jasmine itu adalah ibunya.
''Naura, sayang. Sama papah yu, kasihan Tante Jasmine harus kembali berkerja,'' Briel mencoba membujuk Naura.
Namun Naura menggelengkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya.
''Sudah tidak apa-apa, mungkin dua mengira bahwa saya adalah ibunya,'' jawab Jasmine membuat perasaan Gabriel terhenyak seketika.
''Memangnya ibu Naura kemana?''
''Eu... anu... ibunya sudah meninggal, beberapa bulan yang lalu,'' jawab Briel berbohong.
''Oh, sayang. Malang sekali nasibmu, masih bayi sudah di tinggal pergi oleh ibumu, sabar ya, nak. Untung masih ada ayahmu,'' Jasmine mengelus pipi mungil Naura penuh kasih sayang, membuat Briel kembali terpesona seketika sekaligus terhenyak mendengar ucapannya.
Andai saja gadis cantik ini mengetahui bahwa dirinya lah yang sudah melenyapkan ibu dari bayi yang sedang di gendongnya, mungkin saja dia tidak akan pernah Sudi untuk mengenal'nya.
Andai saja gadis cantik berkerudung putih ini mengetahui bahwa dirinya adalah seorang pembunuh berhati dingin, mungkin saja sang gadis akan sangat membenci dirinya.
Untuk pertama kalinya dia sungguh menyesal telah terjerumus ke dunia Mafia, dunia yang memberinya banyak uang, namun membuat dirinya berlumuran dosa yang mungkin tak akan terampuni oleh tuhan.
Sejenak dirinya merasa rendah diri, dia yang awalnya sangat tertarik dengan Jasmine, mendadak tidak percaya diri, mengingat bahwa dirinya bukanlah pria baik, dan sama sekali tidak pantas untuk mendekati apalagi bermain hati kepada gadis anggun yang saat ini berada di hadapannya.
''Naura, sayang. Sini sama papah, nak. Kasian Tante nya pasti lelah menggendong kamu,'' Gabriel meraih tubuh mungil Naura, dan seolah mengerti dengan apa yang di katakan oleh ayahnya, Naura pun akhirnya mau melepaskan pelukannya.
Naura pun menerima uluran tangan Gabriel, tidak seperti sebelumnya yang terus menempel kepada Jasmine seolah tidak ingin di pisahkan.
Gabriel dan Jasmine pun masuk ke dalam toko, Briel meneruskan niat awalnya yang memang memasuki toko itu untuk membeli susu dan perlengkapan bayi lainnya.
''Berapa semuanya?'' tanya Briel dengan pandangan sedikit menunduk.
''Semuanya 356.000, mas,'' jawab Jasmine, menatap wajah Gabriel yang kini terlihat sedikit murung.
Briel pun memberikan uang, setelah itu menerima barang belanjaannya, Dan tanpa basa-basi lagi, dirinya langsung beranjak keluar dari dalam toko.
Jasmine merasa heran seketika, melihat perubahan raut waja pria tampan itu, yang semula ramah dan ceria mendadak muram dan pendiam, dia berfikir, apakah ada ucapan dirinya yang telah menyinggung perasaan pria tersebut.
Dirinya terus memandang punggung Gabriel sampai pria tampan itu masuk ke dalam mobil, dan perlahan mobil pun berjalan menjauh meninggalkan toko miliknya.
***
Ceklek
Gabriel membuka pintu rumah, dia memutuskan untuk tinggal di kota kecil dengan sejuta keindahan dan keasrian udaranya.
Dia menyewa sebuah rumah, rumah yang tidak terlalu besar namun cukup untuknya tinggal berdua dengan Naura.
''Nah, ini rumah kita sekarang, semoga kamu betah ya tinggal disini,'' ucap Briel kepada Naura yang kini berada di dalam gendongannya.
Dia pun menutup pintu, lalu membuka gendongan dan meletakan Naura di lantai agar dia bisa sedikit membereskan rumah baru'nya.
''Kamu disini dulu ya sayang,'' ucap Briel mendudukkan Naura di atas lantai.
''Papap... papap...'' jawab Naura berceloteh.
Saat Gabriel hendak berjalan ke kamar karena akan menyimpan tas besar berisikan pakaian dan juga uang, tiba-tiba saja pintu rumahnya di ketuk, dia terdiam seketika, karena dia baru saja akan menghuni rumah tersebut, mana mungkin sudah ada tamu yang akan berkunjung.
Dia pun meraih kembali Naura dan mendekapnya di dalam gendongannya, lalu dengan perasaan waspada Briel pun mengintip dari balik gorden untuk melihat siapa yang datang, matanya pun mendadak terkesima, melihat orang yang saat ini berdiri di depan pintu rumah'nya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
saya cantikkj
jasminekah
2022-04-10
1
☘Calon istri kedua Alvian☘
Semangat🔥
2022-04-03
1
☘Calon istri kedua Alvian☘
Sedih bgt. Naura yg sekecil itu harus berpisah dari ibunya. sedangkan aku tdk bisa jauh dari mama.
2022-04-03
1