Memendam Rasa

Gabriel mengintip dari balik gorden untuk melihat siapa gerangan yang mengunjungi kediaman barunya, merasa heran sekaligus penasaran dirinya sedikit menyibakkan tirai jendela dan terkejut seketika saat melihat seorang wanita berdiri tepat di balik pintu rumah barunya.

''Jasmine...?'' Gumamnya pelan, bibirnya sedikit tersenyum kecil, namun senyum itu hanya bertahan beberapa detik saja, karena kemudian dia kembali merubah ekspresi wajahnya menjadi datar.

''Assalmualaikum...'' suara Jasmine terdengar lirih dari luar sana. Dirinya masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang tadi di pakainya sewaktu bertemu di toko, hanya warna kerudungnya saja yang tampak berbeda.

Briel tidak langsung membuka pintu, dia tampak menyandarkan punggungnya terlebih dahulu di balik pintu, mencoba mengatur nafas dan menata perasaanya, hatinya berbisik dan meyakinkan diri bahwa dirinya tidak boleh tertarik ataupun menyukai gadis cantik nan anggun bernama Jasmine itu.

Ceklek

Gabriel membuka pintu dengan pelan masih dengan Naura yang berada di dalam gendongannya, dan Jasmine pun terkejut saat melihat pria yang membuka pintu adalah pria yang tadi sempat singgah di tokonya.

''Kamu...?'' ujar Jasmine sedikit membulatkan bola indahnya.

''Bukankah kamu yang tadi mampir di toko saya?'' tambahnya lagi tersenyum menatap Naura.

''I--iya... Eu... ada apa kemari?'' tanya Briel dengan wajah datar.

''Ini... saya di suruh bapak untuk menyerahkan kunci cadangan rumah ini,'' Jasmine mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku baju panjangnya, lalu menyerahkan'nya kepada Gabriel.

''Oh, iya. Terima kasih,'' jawab Briel datar.

Dia pun hendak langsung menutup pintu, namun gadis cantik di hadapannya tiba-tiba saja menahan pintu dengan lengannya.

''Tunggu...'' cegah Jasmine.

Briel menghentikan gerakan tangannya dan mengurungkan niatnya.

''Ada apa lagi, nona?'' tanya Briel menatap heran.

''Eu... maaf, mas. Saya hanya ingin mengatakan sesuatu. Apakah ada ucapnya saya yang menyinggung perasaan mas'nya?'' tanya Jasmine sedikit terbata-bata.

''Tidak, ko. Memangnya kenapa?''

''Syukurlah kalau tidak, saya hanya takut jika ada ucapan saya sewaktu kita berbicara di toko tadi yang menyinggung perasaan mu,'' lirih gadis cantik ini dengan tersenyum.

Gabriel hanya mengangguk dengan tersenyum kecil, dia pun hendak kembali menutup pintu, namun lagi-lagi Jasmine menahannya.

''Tunggu...kalau kamu membutuhkan sesuatu, kamu boleh mengunjungi rumah yang bercat putih itu, itu rumah bapakku,'' ujar Jasmine menunjuk rumah dirinya yang terletak tak jauh dari rumah itu.

Gabriel kembali tersenyum lalu mengangguk.

''Eu... satu lagi,'' Jasmine kembali menahan pintu.

''Bolehkan aku tahu siapa namamu, ayahnya Naura?'' lirihnya pelan terlihat malu-malu.

''Nama saya, Gabriel. Panggil saja, Briel...'' jawab Briel menatap wajah Jasmine, dan pandangan mereka sempat bertemu seberapa saat, membuat keduanya salah tingkah.

Setelah menyebutkan namanya, Briel pun benar-benar menutup pintu, meninggalkan Jasmine yang masih berdiri mematung dibalik pintu dengan perasaan yang bergetar dan jantung yang berdebar.

Briel kembali menyandarkan tubuhnya di balik pintu, memejamkan matanya, dan menenangkan perasaannya, mengapa dia harus kembali bertemu dengan gadis cantik bernama Jasmine itu, ada perasaan sesak yang seolah menghampiri dadanya.

Tidak biasanya dia merasa seperti ini di hadapan seorang wanita, sebagai pria tampan dengan pembawaan yang tenang, dirinya sudah biasa di kejar bahkan selalu bergonta ganti pasangan, namun entahlah... saat melihat Jasmine, hatinya sedikit terasa berbeda, ada perasaan lain yang membuat dirinya tidak berani untuk sekedar berharap.

Dirinya seperti di tahan oleh perasaan lain, rasa tidak percaya diri, rasa rendah diri, dan perasaan bahwa dirinya hanyalah pria kotor dan berlumuran dosa, tentu saja tidak pantas untuk memiliki rasa apalagi berharap memilikinya.

Jasmine masih berdiri di balik pintu, memandang pintu jati bercat coklat yang kini telah tertutup rapat, dirinya seolah telah tersihir oleh wajah tampan pria beranak satu itu.

Jasmine adalah putri satu-satunya dari pemilik rumah yang saat ini di kontrak oleh Gabriel, umurnya sudah beranjak 23 tahun, umur yang lebih tua dari Gabriel. Itu sebabnya Naura langsung tenang saat di gendong oleh gadis itu tadi sewaktu mereka bertemu di toko, karena gadis itu memiliki sifat keibuan dan umurnya yang sudah pantas untuk menjadi seorang ibu.

Jasmine beranjak dari depan pintu, dengan langkah pelan dia mulai meninggalkan rumah itu, dan kembali ke toko tempatnya mencari nafkah.

***

5 tahun kemudian.

''Papah...! bangun sudah siang...'' Naura menggoyangkan tubuh ayah'nya.

Gabriel mengernyitkan dahinya menahan ngantuk lalu membalikkan tubuhnya.

''Ikh, papah... buruan bangun, hari ini hari pertama Naura sekolah...'' rengek sang putri.

Gabriel membuka mata seketika, dirinya lupa bahwa hari ini adalah hari pertama putri kesayangan'nya masuk Sekolah Dasar, dia pun bangkit dan merentangkan kedua tangannya lalu menguap.

''O... iya ya, hari ini kamu sudah mulai sekolah, jam berapa sekarang?'' tanya sang Briel menatap wajah cantik Putri'nya.

''Jam 6 pagi, Pah. Buruan bangun...'' rengek'nya lagi.

''Iya, sayang. Papah sudah bangun, kamu sudah mandi?''

Naura menggelengkan kepalanya.

Briel turun dari tempat tidur lalu meraih tubuh sang putri, dia membawa Naura ke kamar mandi, dan memandikannya. Setelah selesai mandi Naura pun di pakaikan seragam, lalu rambut panjangnya di kepang dua.

''Nah, putri ayah sudah cantik sekarang,'' Briel merapikan seragam yang di pakai Naura.

''Papah, buruan mandi, nanti terlambat tau.''

''Iya deh, kamu tunggu dulu sebentar ya, papah mandi dulu, setelah itu kita sarapan terlebih dahulu,'' jawab sang ayah.

Naura mengangguk lalu tersenyum.

Briel beranjak ke kamar mandi, sementara Naura membuka pintu dan duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.

''Eh, Naura,'' Jasmine melintas dan berhenti sejenak lalu menghampiri Naura.

''Tante Jasmine,'' jawab Naura tersenyum.

''Hari ini kamu mulai sekolah ya?'' tanya Jasmine memandang lembut.

Naura menganggukan kepalanya.

''Papah mana? ko kamu sendirian?'' tanya Jasmine memandang ke dalam rumah.

''Papah sedang mandi Tante, tadi bangunnya kesiangan,'' Naura mengerucutkan bibirnya.

''Wah, papah mu itu, kebiasaan buruknya belum berubah juga ya, mau Tante antar ke sekolah?''

''Tidak usah, saya bisa sendiri,'' Briel menjawab dari dalam rumah.

''Eh... papah, mandinya sudah selesai?'' Naura turun dari kursi dan berjalan menghampiri sang ayah.

''Sini, nak. Pakai sepatu nya dulu,'' Briel berjongkok memakaikan sepatu milik Naura.

Jasmine memandang Briel dengan tersenyum kecil, sejak dahulu dia selalu kagum dengan Laki-laki yang bernama Gabriel itu, hidup sendiri dengan membesarkan seorang putri tidaklah mudah, namun pria itu melakukanya dengan sangat baik, dan putrinya pun tumbuh menjadi anak yang baik.

Namun sayang, rasa kagumnya itu hanya bisa di pendam di dalam hati, karena Gabriel seolah menutup rapat hatinya, dia selalu bersikap dingin dan tak acuh padanya.

Padahal semenjak pertemuan pertamanya lima tahun yang lalu, Jasmine sudah menyimpan rasa kepada pria tampan yang memiliki satu putri tersebut.

*****

Episodes
1 Gabriel
2 Gadis Berkerudung Putih
3 Kota Kecil
4 Memendam Rasa
5 Di Lamar
6 Berlumuran Dosa
7 Calon Ibu Sambung
8 Menjelaskan
9 Bos Mafia
10 Lamaran
11 Menerima Lamaran
12 Ungkapan Cinta
13 Ibu Kandung
14 Usaha Kecil Kecilan
15 Tersipu Malu
16 Di Tolak Berkali-kali
17 Bertemu Kembali Dengan Tania
18 Penyesalan
19 Kembali Mengingat Masa Lalu.
20 Berdoa
21 Juragan Sapi
22 Demam
23 Di Rujuk Ke Rumah Sakit Di Kota
24 Operasi
25 Pria Jujur
26 Pasca Operasi
27 Kartu Merah
28 Flash Disk
29 Di ikuti
30 Bukan Tandingan
31 Sepucuk Surat
32 Sepucuk Surat
33 Ikatan Batin
34 Wajah Bercahaya
35 Bang Ilham
36 Pulang Dari Rumah Sakit
37 Memendam Kerinduan
38 Sepi Seperti Tidak Berpenghuni
39 Mantan
40 Menunggu
41 Bisik Bisik Tetangga
42 Tuan Mafia
43 Bersyukur
44 Pernikahan
45 Malam Pertama
46 Pertemuan Pertama
47 Gagal lagi
48 Ketakutan
49 Malam yang panjang
50 Malam Yang Sempat Tertuda
51 Keluarga Bahagia
52 Ibu Tiri
53 Tidak Becus
54 Tidak becus
55 Alamat
56 Bertemu
57 Dalang
58 Hak asuh
59 Last Episode
60 Promosi Novel Baru, "Antara Gairah dan balas dendam(Tobatnya sang Mafia season 2
61 Promosi Novel "Hasrat Cinta Putra sang Penguasa."
62 Kekasih Pengganti
63 My Hot Duda
64 Istri Tangguh Milik Tuan Arogan
65 Takdir Cinta Yang Kupilih
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Gabriel
2
Gadis Berkerudung Putih
3
Kota Kecil
4
Memendam Rasa
5
Di Lamar
6
Berlumuran Dosa
7
Calon Ibu Sambung
8
Menjelaskan
9
Bos Mafia
10
Lamaran
11
Menerima Lamaran
12
Ungkapan Cinta
13
Ibu Kandung
14
Usaha Kecil Kecilan
15
Tersipu Malu
16
Di Tolak Berkali-kali
17
Bertemu Kembali Dengan Tania
18
Penyesalan
19
Kembali Mengingat Masa Lalu.
20
Berdoa
21
Juragan Sapi
22
Demam
23
Di Rujuk Ke Rumah Sakit Di Kota
24
Operasi
25
Pria Jujur
26
Pasca Operasi
27
Kartu Merah
28
Flash Disk
29
Di ikuti
30
Bukan Tandingan
31
Sepucuk Surat
32
Sepucuk Surat
33
Ikatan Batin
34
Wajah Bercahaya
35
Bang Ilham
36
Pulang Dari Rumah Sakit
37
Memendam Kerinduan
38
Sepi Seperti Tidak Berpenghuni
39
Mantan
40
Menunggu
41
Bisik Bisik Tetangga
42
Tuan Mafia
43
Bersyukur
44
Pernikahan
45
Malam Pertama
46
Pertemuan Pertama
47
Gagal lagi
48
Ketakutan
49
Malam yang panjang
50
Malam Yang Sempat Tertuda
51
Keluarga Bahagia
52
Ibu Tiri
53
Tidak Becus
54
Tidak becus
55
Alamat
56
Bertemu
57
Dalang
58
Hak asuh
59
Last Episode
60
Promosi Novel Baru, "Antara Gairah dan balas dendam(Tobatnya sang Mafia season 2
61
Promosi Novel "Hasrat Cinta Putra sang Penguasa."
62
Kekasih Pengganti
63
My Hot Duda
64
Istri Tangguh Milik Tuan Arogan
65
Takdir Cinta Yang Kupilih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!