Zhe Zhe dan Ocha pulang kerja jam 5 sore. Karena sudah petang, Zhe Zhe dan Ocha memutuskan langsung ke lantai lima gedung apartemen. Mereka makan malam di resto seafood. Selesai makan mereka kembali ke apartemen.
“Zhe.”
“Apa, Cha?”
“Jangan lupa dengan janjimu!”
“Iya. Aku mandi dan ganti baju dulu. Selesai mandi aku akan cerita semuanya."
“Aku juga akan mandi dulu, oh iya Zhe, hari ini jadwal ngegym ya?”
“Iya. Nanti jam 8 malam,”
Mereka masuk ke kamar masing-masing dan pergi ke kamar mandi. Selesai mandi dan berganti baju, Ocha keluar dari kamarnya dan melihat Zhe Zhe sedang membuat air lemon.
“Apa itu?"
“Ini, air perasan lemon dicampur air hangat. Apa kau mau, Cha?”
“Asam ya?”
“Sangat asam."
“Tidak mau kalau begitu, aku mau menyeduh teh saja."
Zhe Zhe pergi dari dapur dan duduk di sofa ruang tengah. Ocha selesai membuat teh, Ocha pun duduk disamping Zhe Zhe.
“Sudah siap cerita belum? Kalau belum, siap-siap dulu,” ucap Ocha.
Ocha mengawali percakapan mereka. Zhe Zhe duduk berhadapan dengan Ocha di sofa panjang.
“Ok. Dengarkan baik-baik ceritaku. Seusai dengar ceritaku, kita pergi ke gym."
“Iya … bawel!”
《Zhe Zhe bercerita seraya membayangkan kejadian tiga tahun yang lalu》
*flashback 3 tahun yang lalu*
“Zhe … Sayang!”
“Zhoe, bukannya sedang bekerja? Kenapa kau menjemputku?”
“Sesibuk apa pun, aku akan jemput kamu. Kita makan siang bareng, setelah itu aku antar kamu pulang.”
Zhoe dan Zhe Zhe berbeda 4 tahun. Saat Zhe Zhe kuliah pariwisata semester akhir, Zhoe sudah bekerja dikantor ayahnya. Mereka berjanji menikah setelah Zhe Zhe lulus kuliah. Hari itu jam sebelas siang Zhoe menjemput Zhe Zhe yang baru saja keluar dari gedung Universitas pariwisata swasta di kota Malang.
“Sayang, setelah makan, kita kerumahku.”
“Ke rumah kamu, sayang? Untuk apa ?”
“Memperkenalkan kamu sama papa dan mamaku, mau kan?”
“Tentu saja mau, tapi aku tidak membawa apapun. Tidak apa-apa, Zhoe?”
“Tidak apa-apa."
Zhe Zhe dan Zhoe makan siang di warung soto Betawi. Sesudah makan, Zhoe melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.
“Ayo turun, Sayang!”
Mereka sampai di parkiran rumah besar keluarga Rupi Khaman ayah dari Zhoe. Zhe Zhe yang hanya dari keluarga sederhana itu merasa tidak percaya diri. Zhe Zhe merasa perbedaan status sosial mereka terlalu jauh.
“Sayang, apa mamamu akan menerimaku? Aku bukanlah orang yang kaya seperti keluargamu."
“Sayang, orang tuaku tidak seperti itu, percayalah!”
Zhe Zhe masuk bersama Zhoe, mereka disambut kepala pelayan. Seorang wanita bertubuh tambun itu menghampiri.
“Tuan muda sudah pulang?”
“Iya. Tolong panggilkan papa dan mama!”
Pelayan itu pergi ke atas, sedang Zhe Zhe dan Zhoe duduk menunggu di sofa ruang tamu. Tak lama kedua orang tua Zhoe turun. Zhe Zhe bangun dan berdiri untuk menyambut mereka.
“Zhoe, siapa gadis cantik ini?”
Nyonya Khaman sudah berdiri lima langkah di depan Zhe Zhe.
“Selamat siang, Tante. Saya Zhe Zhe.”
“Zhe Zhe ini pacarnya Zhoe Ma, Pa."
“Oh. Silahkan duduk cantik!”
Nyonya Khaman mempersilakan Zhe Zhe duduk. Lain halnya Tuan Khaman, dia langsung pergi setelah melihat Zhe Zhe.
“Papa banyak urusan!”
Tuan Khaman pergi, membuat hati Zhe Zhe tidak enak. Seorang pelayan membawakan tiga cangkir teh dan menyajikannya di meja.
“Diminum Nak Zhe Zhe!”
“Iya. Terima kasih, Tante!”
Zhe Zhe menyesap sedikit tehnya. Nyonya Khaman sangat ramah pada Zhe Zhe.
“Jadi papamu pengusaha di bidang apa, cantik?”
“Em, itu. Saya tidak punya papa, Tante. Papa saya meninggal saat saya berumur 10 tahun. Dan mama hanya membuka toko baju kecil."
“Maafin Tante, sayang. Tante tidak tahu!”
“Tidak apa-apa, Tante."
Mereka mengobrol dengan santai bagaimana Zhoe jika berada di rumah, apa makanan favoritnya. Zhoe bahagia melihat ibunya menerima Zhe Zhe. Sebulan setelah pertemuan itu, Zhe Zhe lulus kuliah setelah sidang skripsi.
Zhoe melamar di hari wisuda Zhe Zhe, di hadapan semua dosen dan mahasiswa juga mahasiswi Universitas pariwisata. Seminggu setelah acara lamaran, Nyonya Khaman mendatangi rumah Zhe Zhe.
“Zhe Zhe, ini nama gereja serta waktu dan tanggal pernikahan kalian."
“Tapi ... apa tidak terlalu mendadak?”
“Ibu Silvi dan Zhe Zhe tidak perlu khawatir. Semua persiapan pernikahan sudah saya urus. Bu Silvi dan Zhe Zhe hanya perlu datang saja. Ok, sayang!”
“Terima kasih,Nyonya. Terima kasih telah menerima putriku."
“Bu Silvi tidak usah sungkan. Sebentar lagi kan kita jadi satu keluarga. Tante pamit dulu kalau begitu. Masih banyak yang harus diurus."
“Iya. Hati-hati di jalan, Tante!”
Zhe Zhe mengantar ibunya Zhoe sampai depan pintu. Seminggu berlalu dan acara ikrar pernikahan pun segera digelar. Zhe Zhe, pendeta, Silvi dan juga orang tua Zhoe sudah hadir di gereja. Para tamu undangan juga sudah duduk memenuhi kursi yang ada di gereja.
Satu jam, dua jam, Zhe Zhe berdiri di altar karena harusnya acara dilangsungkan jam sembilan pagi. Setelah empat jam berlalu, Zhoe sama sekali masih belum terlihat batang hidungnya. Para tamu undangan berpamitan satu persatu hingga hanya tinggal mereka berlima. Pendeta, Tuan dan Nyonya Khaman, Silvi dan Zhe Zhe.
“Zhe ... Tante minta maaf. Tante tidak tahu kalau Zhoe akan menghilang seperti ini. Tante minta maaf sudah mempermalukan kalian, jikkss hikkss."
Nyonya Khaman memeluk Zhe Zhe dan terisak di pundak Zhe Zhe. Zhe Zhe yang sedari tadi mencoba menahan tangisnya akhirnya tak mampu lagi bertahan. Zhe Zhe pun menangis pilu memeluk calon ibu mertuanya. Setelah lima menit memeluk Zhe Zhe, Tuan dan Nyonya Khaman pulang. Pendeta pun berpamitan pada Zhe Zhe dan Silvi.
Zhe Zhe berlari keluar dari gereja dengan gaun pengantinnya. Silvi mengejar dan mengikuti Zhe Zhe yang berhenti di sebuah jembatan yang tak jauh dari gereja. Rasa malu, marah, kecewa dan sakit hati yang dirasakan Zhe Zhe begitu berat. Zhe Zhe merasa tidak sanggup menanggungnya.
“Zhe Zhe ... sayang. Jangan seperti itu, Nak. Mama cuma punya kamu sayang.”
“Zhe Zhe tidak sanggup Ma, Zhe Zhe lebih baik mati!”
Zhe Zhe mencoba melompat dari jembatan dan Silvi mencoba menahannya, tapi mereka berdua malah terjatuh ke sungai. Warga yang melihat mereka tercebur ke sungai segera menolongnya, tapi malang untuk Silvi. Silvi yang mempunyai penyakit asma akhirnya meninggal di perjalanan, saat warga membawa Zhe Zhe dan ibunya ke rumah sakit.
*flashback off*
“Saat itu, aku mencoba mengakhiri hidupku dengan cara melompat dari lantai 3 rumah sakit. Tapi seorang suster yang berusia sebaya mama, dia menghalangiku dan menasihatiku. Katanya kematian ibuku akan sia-sia jika aku tetap memilih mati. Katanya lagi, ibuku mengorbankan hidupnya agar aku tetap hidup. Seketika itu aku menangis menyadari betapa bodohnya aku.”
“Pasti masa-masa itu sangat berat bagimu?”
“Aku menyesal, jika aku tidak mencoba untuk mengakhiri hidupku, maka ibuku tidak akan meninggal. Semuanya salahku."
Zhe Zhe menyandarkan punggungnya ke sofa. Dia memejamkan matanya, mengatur emosinya yang hampir saja kembali menangis mengingat kenangan pahitnya.
“Itu bukan salahmu, Zhe. Semua sudah takdir dan kau tidak bisa melawan takdir."
“Benar. Hah ... setelah menceritakannya padamu, aku merasa sedikit lega. Kamu benar-benar teman serumah yang menyenangkan."
“Lalu soal tadi, Pak Steve bilang apa?”
“Aakkhh ... aku kesal sekali dengan Zhoe. Dia menginginkan aku yang menjadi model iklan kosmetiknya. Dan dia bilang itu hukuman untukku. Hah, Cha, dia itu ... menyebalkan. Aku sudah menolak, tapi dia mengancam akan memecat kita semua.”
Zhe Zhe memeluk Ocha dengan sedih. Ocha menepuk nepuk pundak Zhe Zhe.
“Apa salahnya dicoba. Tubuh kamu juga tidak kalah bagus dengan para model terkenal.”
“Ochaa …!”
Ocha melepaskan pelukannya dan berlari ke kamar. Zhe Zhe merengut kesal diledek Ocha.
“Cepat ganti bajumu. Sudah waktunya kita ngegym."
Ocha berteriak dari dalam kamarnya. Zhe Zhe baru ingat kalau dia ada jadwal olah raga. Zhe Zhe pun masuk ke dalam kamarnya. Untung dia kemarin membeli satu setel baju olah raga juga. Zhe Zhe dan Ocha selesai berganti baju dan pergi ke Gym dilantai empat. Zhe Zhe sedikit melupakan masalahnya sejenak dengan olahraga bersama Ocha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Hanny Hartoko
maaf kak . nikah di gereja itu tdk bisa cuma seminggu. meski ini novell. di gereja itu gak bisa daftar lngsung bisa nikah . tp harus khursus pernikahan dulu . .
2023-01-01
2
Epron Putra
senior crita nya gak ada kurang nya semua bagus jdi gak bsa komen apa apa selain like tor
2020-05-18
1