Zhoe tak berpaling sedetikpun menatap wajah Zhe Zhe. Steve memperhatikan kedua orang yang sedang terdiam itu. Steve memulai pembicaraannya.
"Bu Zhe Zhe," panggil Steve.
"Saya pak," jawab Zhe Zhe.
"Kamu tahu etika dan sopan santun bukan?" tanya Steve.
"Maksud Bapak, apa?" tanya Zhe Zhe mengangkat wajahnya yang tertunduk.
"Sedari tadi kamu menunduk dan tidak menatap lawan bicaramu. seharusnya kau angkat wajahmu," ucap Steve mengintimidasi.
"Maafkan saya, Pak. Tapi melihat orang terlalu intens juga bisa dikatakan tidak sopan," ucap Zhe Zhe melirik pada Zhoe.
"Hahaha." Steve yang awalnya berwajah serius jadi terkekeh mendengar sindiran Zhe Zhe.
"Apa yang kau maksud itu aku?" tanya Zhoe sarkastis dengan pandangan menusuk ke arah Zhe Zhe.
"Maaf, Direktur Zhoe, apakah saya menyebutkan nama Anda?" Zhe Zhe balik bertanya dengan tatapan tak kalah tajam.
"Hahaha." Steve tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Zhoe yang menahan kesal.
"Diam! Apa yang lucu," hardik Zhoe.
"Huft, sory, sory. Direktur Zhoe. Saya hanya tak tahan melihat wajah Bapak yang sudah merah seperti kepiting rebus, ha ha," ucap Steve menutup mulutnya.
"Kau memang sahabatku Steve. But, bisnis is bisnis. Sekarang aku mau kamu hukum bawahanmu yang tidak kompeten ini. Dia sudah membuatku menunggu lama di ruang meeting dan juga sudah membuatku kesal," ucap Zhoe.
"Untuk masalah meeting yang terlambat saya minta maaf, tapi untuk membuat Anda kesal bukankah itu urusan pribadi? Itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan," ucap Zhe Zhe.
"Kau membuat klien tidak senang dan itu bisa membuat saya membatalkan kontrak. Apa itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan?" tanya Zhoe semakin kesal.
"Maafkan saya, Pak Zhoe. Saya janji tidak akan membuat Bapak kesal lagi lain kali," ucap Zhe Zhe dengan mengepalkan tangannya di sofa. Betapa jengkelnya hati Zhe Zhe pada Zhoe.
"Dasar brengsek, kau hanya ingin menindasku karena urusan pribadi. Akan kubuat kau menyesal karena sudah menindasku," batin Zhe Zhe menggumam kesal.
"Aku ingin kamu bertanggung jawab dengan tindakan, bukan hanya ucapan." Nada bicara Zhoe terasa lebih mengintimidasi Zhe Zhe.
"Tindakan? Tindakan apa maksud Bapak?" Zhe Zhe mulai khawatir dengan ucapan Zhoe.
"Aku ingin menghukummu," ucap Zhoe.
"Hu-ku-man?" tanya Zhe Zhe tergagap.
"Hukuman ... apa?" tanya Zhe Zhe kembali dengan ketakutan.
"Steve, aku ingin kepala editormu ini menjadi model iklan kosmetik ZK atau pecat semua tim editor, termasuk dia jika tidak mau menjadi model produkku," ucap Zhoe.
"Apa?" tanya Zhe Zhe sontak berdiri.
"Pak Zhoe yang terhormat. Saya bukan seorang model, jadi saya tidak bisa memenuhi permintaan Anda. Permisi." Zhe Zhe melangkah hendak pergi dari ruangan Steve.
"Jadi kau memilih hukuman kedua. Semua tim editor termasuk kamu harus dipecat. Kamu yakin akan mengorbankan karyawan yang sudah bertahun tahun bekerja disini. Hanya karena kesalahanmu?" Zhoe bertanya dengan nada tinggi.
Zhe Zhe menghentikan langkahnya sebelum menarik handle pintu. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat hingga kuku panjangnya yang indah dengan nail polish berwarna peach itu patah. Zhe Zhe berbalik memandang Zhoe dengan penuh kebencian.
"Aku membencimu." Dengan penuh amarah Zhe Zhe menyatakan rasa bencinya pada Zhoe. Setelah mengucapkan hal itu Zhe Zhe menarik handle pintu dan keluar dari ruangan Steve.
"Aku tahu Zhe. Aku tahu, seberapa bencinya kamu terhadapku," gumam Zhoe setelah Zhe Zhe berlalu dari hadapannya.
"Kamu ini aneh Zhoe. Kamu ingin mendapatkannya atau membuatnya makin membencimu. Caramu mengancamnya seperti itu, apa kau yakin akan berhasil?" tanya Steve tak mengerti jalan pikiran Zhoe.
"Pasti berhasil dan pasti dia mau menjadi modelku. Aku tahu sebaik apa hati Zhe Zhe. Dia tidak akan membiarkan orang lain menderita. Kita tunggu dua hari lagi," ucap Zhoe.
"Terserah kau saja Zho, asal jangan membuat perusahaanku berantakan," ucap Steve.
"Tenang saja. Baiklah, aku harus kembali ke perusahaan, kabari aku saat dia bersedia menjadi modelku." Zhoe berdiri dan pamit pergi meninggalkan Steve yang kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Zhe Zhe tidak langsung kembali keruangannya tapi dia pergi menuju toilet. Zhe Zhe masuk kedalam salah satu bilik toilet dan duduk diatas toilet yang tertutup.
"Hiks hiks." Zhe Zhe menutup mulutnya dengan kedua tangan agar isakan tangisnya tak terdengar oleh orang lain.
"Kamu jahat Zhoe. Kamu jahat, setelah susah payah aku mencoba melupakanmu. Kenapa saat aku sedikit lupa dengan luka hatiku. Kamu datang kembali." Dalam hati Zhe Zhe meratap pilu. Hatinya yang luka oleh Zhoe belum sembuh. Setelah bertemu Zhoe kembali, luka hatinya kembali menganga. Setelah mencuci wajahnya Zhe Zhe kembali keruangannya.
Ocha yang melihat Zhe Zhe datang segera menghampirinya.
"Bagaimana Mbak? Apa yang Pak Steve bicarakan?" tanya Ocha penasaran. Sesa dan yang lain juga menunggu jawaban Zhe Zhe yang berdiri didepan pintu ruangannya. Zhe Zhe berbalik dan menatap mereka semua.
"Aku tidak mau menjadi modelnya karena itu berarti aku harus terus bertemu dengannya. Tapi melihat mereka yang sudah bekerja keras selama ini, aku tidak bisa melihat mereka kehilangan pekerjaan," gumam hati Zhe Zhe. Ocha menyentuh pundak Zhe Zhe dan menyadarkannya dari lamunan.
"Ahh, itu. Klien setuju dengan konsep yang sudah disiapkan. Dia hanya ingin mengganti modelnya dan menunda syuting," ucap Zhe Zhe dengan tersenyum menatap mereka. Zhe Zhe lalu masuk kedalam ruangannya. Ocha masuk dan duduk didepan meja Zhe Zhe.
Zhe Zhe duduk dikursinya dan menelungkupkan wajahnya dimeja. Ocha tahu yang dikatakan Zhe Zhe tadi pasti tidak seperti itu kenyataannya. Ocha melihat kuku Zhe Zhe yang patah dan dengan khawatir bertanya.
"Ada apa Zhe? Bilang dong sama aku," ucap Ocha. Zhe Zhe memang membutuhkan teman curhat saat ini. Zhe Zhe bangun dari kursinya dan duduk di sofa. Ocha menghampiri dan duduk disampingnya.
"Cha. Klien kita, Direktur Zhoe itu. Dia ...." Sebelum kalimat Zhe Zhe selesai,Ocha menyela ucapannya.
"Dia pria yang meninggalkanmu di altar tiga tahun lalu," ucap Ocha dengan raut wajah iba pada Zhe Zhe.
Zhe Zhe mengangguk. Ocha menarik Zhe Zhe kedalam pelukannya dan mengusap punggung Zhe Zhe. Air mata Zhe Zhe akhirnya menetes tak tertahan.
"Saat dia tidak hadir di pernikahan kami. Aku bukan hanya merasakan sakit hati karena penghinaannya. Aku juga kehilangan ibuku, satu satunya orang yang kusayangi didunia ini. Ibuku meninggal karena aku. Aku hancur saat itu, Cha," ucap Zhe Zhe dengan terisak.
"Ceritakanlah semua padaku! Aku akan mendengarkan ceritamu, aku ingin kau membagi kesedihanmu denganku," ucap Ocha.
"Hapus air matamu! Ikut denganku!" Ocha menarik Zhe Zhe dan membawa Zhe Zhe ke atap gedung. Ocha membawa Zhe Zhe ke sisi timur atap gedung.
"Duduklah! Suasana disini teduh dan damai, kamu bisa cerita padaku kisah 3 tahun lalu tanpa ada orang lain yang tahu," ucap Ocha.
"Hem, kau yakin tidak akan bosan mendengar ceritaku?" tanya Zhe Zhe dengan senyum getir yang tersirat dibibirnya. Ocha menggeleng dan membalas senyum Zhe Zhe. Zhe Zhe membuka jasnya dan menyisakan baju satin pink tanpa lengan. Ocha terus menatap wajah Zhe Zhe yang menatap lurus kedepan. Pandangan Ocha tidak terlihat seperti seorang gay. Pandangan lebih terlihat seperti seorang pria yang melihat orang yang dicintanya bersedih. Pandangan kasihan, sayang, kagum dan ingin melindungi serta menghapus kesedihannya.
Zhe Zhe memejamkan matanya dan menghirup udara sedalam mungkin, untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak. Zhe Zhe belum mulai bercerita,dia masih merasa harus mempersiapkan diri untuk menceritakan kisah pahitnya. Apakah dia sanggup untuk mengenang kembali kejadian tiga tahun lalu dan menceritakannya pada Ocha. Ocha masih setia menunggu Zhe Zhe siap bercerita. Zhe Zhe membuka matanya dan menatap nanar kedepan.
"Berat banget ya Zhe?" tanya Ocha.
"Em, bagaimana kalau aku ceritakan di apartemen saja nanti saat kita pulang," ucap Zhe Zhe.
"Janji mau cerita?" Ocha mengacungkan jari kelingkingnya. Zhe Zhe tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Ocha.
"Janji," ucap Zhe Zhe. Mereka berdua saling melempar senyum lalu menarik kembali jari kelingking mereka. Mereka menghabiskan waktu istirahat di atap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Sulati Cus
klu ak udah risegn
2021-07-03
6
Alecsandra Kepincut
meninggalkan jejak.. udah episode 4 nih, yiay!
2020-07-22
3
Epron Putra
klau usah senior mah gak tau lgi mau komen apa tor cma bisa like aja
2020-05-18
1