5

Atta dan Ernes bertemu di sebuah kafe 24 jam. Selama hampir sejam keduanya hanya diam dan saling pandang. Atta yang mersa bersalah tidak berani menatap Ernes lama. Dan sebenarnya dia terpesona dengan ketampanan Ernes.

"Nggak niat ngejelasin lelaki tadi siapa?" tanya Ernes agak marah.

"Dia cuma teman aku." kata Atta.

"Terus aku juga teman kamu?" tanya Ernes dengan sengit. Sepertinya dia masih kesal karena Atta menganggapnya hanya teman.

"Belum ke tahap teman sih, kan kita baru aja kenal." jawaban Atta tersebut justru semakin membuat Ernes kesal.

"Jangan melotot gitu, kan emang kenyataannya seperti itu." kata Atta dengan takut-takut karena Ernes mempelototinya.

"Kamu mau kemana?" tanya Ernes.

"Ke rumah sakit temenin ibuku."

"Naik?"

"Jalan, aku nggak punya uang untuk bayar taksi."

"Aku anterin." sahut Ernes dengan wajah yang masih dingin. Dan itu membuat Atta bingung, apakah ia akan menerima tawaran Ernes atau menolaknya.

"Nggak usah ak-"

"Kamu calon istriku, aku nggak mau kamu kenapa-napa!" ucap Ernes dengan cepat memotong perkataan Atta.

"...Oke," Atta menganggukan kepalanya.

"Kalau gitu kenalin, aku Ernes," meskipun telah memutuskan untuk menikah, namun mereka belum sempat berkenalan satu sama lain.

"Lovata, biasa dipanggil Atta."

"Buruan makan, setelah itu aku anter ke rumah sakit!" Atta segera memakan makanan yang ada di depannya.

Ernes beneran mengantar Atta ke rumah sakit, dan dia juga sempat turun dari mobil dan menemui ibunya Atta. Sayangnya ibunya Atta sudah tidur. Ernes melarang Atta yang hendak membangunkan ibunya, karena tidak mau menganggu istirahat ibunya.

Lalu Atta dan Ernes ngobrol di kursi depan ruangan rawat ibunya. "Ayah kamu kemana?" tanya Ernes yang tidak melihat ayah Atta.

Atta terdiam, dia enggan menceritakan tentang ayahnya kepada Ernes. Akan tetapi, pada akhirnya Atta cerita juga kepada Ernes, mungkin karena dia lelah menyimpan dukanya seorang diri.

"Sebenarnya aku anak diluar nikah. Ibuku tidak mau dinikahi ayahku karena ayahku ketahuan menipu ibuku. Jadi ayahku bilang ke ibuku kalau dia masih single, ternyata dia sudah punya istri dan telah lama menikah tapi belum juga memiliki keturunan." kata Atta.

Ernes mendengarkan cerita Atta yang penuh dengan emosional itu dengan seksama. Ernes semakin terkesima setelah tanpa sengaja Atta membuka kata matanya. Niat Atta hanya ingin menghapus air matanya. Tapi dia justru malah membongkar penyamarannya sendiri.

Ernes membulatkan matanya melihat mata indah Atta. Kemudian secara refleks tangannya menarik kuncir di rambut Atta.

Seperti keindahan mentari yang terpancar dipagi hari. Rambut yang terurai indah, mata yang terpancar indah, juga wangi yang semerbak. Ernes tidak bisa memalingkan pandangannya dari Atta.

"Jadi kamu menyamar?" tanya Ernes masih terpukau dengan kecantikan alami Atta.

"Kamu juga menyamar." Atta yang gugup tidak berani mengakui malah melempar kesalahan kepada Ernes.

"Aku nggak, memang kalau di kantor penampilanku seperti itu." jawab Ernes.

"Sama aja, kalau kerja penampilanku juga seperti ini, karena aku takut digoda oleh para lelaki hidung belang."

"Kalau gitu keluar dari pekerjaan kamu!" sahut Ernes dengan cepat.

"Jangan ngaco deh, kamu nggak berhak atur aku."

"Aku punya hak, aku calon suami kamu.

Atta tidak bisa membantah perkataan Ernes. Tapi, dia juga tidak mau disuruh untuk keluar dari pekerjaannya. Susah payah akhirnya dia bisa mendapat pekerjaan, masa iya harus keluar gitu aja.

"Pernikahan kita kan hanya kerja sama,"

"Kamu keluar pekerjaan kamu atau aku tidak akan biayai operasi ibu kamu!" paksa Ernes. Entah kenapa dia ingin sekali melindungi wanita itu.

"Tapi aku harus kerja apa? Aku susah payah dapetin pekerjaan itu." keluh Atta yang merasa jika Ernes tidak masuk akal.

"Besok jam 9, datang ke kantor aku!" pinta Ernes.

"Nggak usah banyak tanya, kamu datang aja! Alamatnya ada di kartu nama aku." Ernes beranjak dari tempat duduknya kemudian pergi meninggalkan Atta yang masih mematung.

"Aku hanya nggak mau kamu dalam bahaya.." gumam Ernes.

Selepas Ernes pergi. Atta berpikir kembali dan juga sempat mengumpati Ernes yang bertindak semaunya sendiri. Tapi Atta juga takut jika Ernes akan menarik perkataannya lagi untuk menghentikan biaya pengobatan ibunya.

"Siapa suruh kamu miskin.." gumam Atta seolah mengolok dirinya sendiri yang tidak bisa membiayai pengobatan ibunya.

****

Setelah menidurkan kedua anaknya, Vanka menyusul suaminya yang sudah duluan naik ke tempat tidur. "Emang bener ya yank kalau kak Ernes mau nikah?" Vanka sangat penasaran dengan berita mengenai kakak iparnya tersebut.

"Kata kak Ernes sih iya." Gio menarik Vanka ke dalam pelukannya.

"Kak Ernes sama wanita itu pernah tidur bareng, jadi kak Ernes merasa harus bertanggung jawab." imbuh Gio sembari memeluk Vanka.

"Tapi kasihan jika mereka nikah bukan karena cinta, aku nggak yakin kalau mereka akan bertahan lama." ucap Vanka mengkhawatirkan hubungan kakak iparanya ke depannya.

"Udah jangan pikirin lagi masalah kak Ernes, dia udah dewasa udah bisa tentuin mana yang baik untuk dirinya sendiri!" kata Gio semakin mempererat pelukannya.

"Jika seandainya tanpa sengaja kamu tidur sama Marisa, apa kamu juga akan nikahin dia?" Gio seketika menatap Vanka yang ada di dalam pelukannya.

"Sampai sekaramg aja dia nggak pernah menyerah deketin kamu." imbuh Vanka.

"Yank, kamu tahu seberapa besar aku mencintai kamu. Jadi apa yang kamu pikirkan itu tidak akan terjadi." ucap Gio menenangkan istrinya.

Bukan tidak masuk akal kecemburuan Vanka tersebut. Karena sebelum mereka menikah, Gio hampir jatuh dalam jeratan Marisa karena Marisa memberi obat kepada Gio. Untung saja waktu itu teman-teman Gio berhasil menyelamatkan Gio.

Dan, karena insiden tersebut. Gio dan Vanka sempat putus hubungan beberapa saat sampai akhirnya mereka kembali karena memang tak bisa berpisah. Cinta tahu kemana dia harus kembali.

Bahkan sampai sekarang pun Marisa masih sangat terobsesi dengan Gio. Tak tahu apa yang dia inginkan dari Gio. Padahal dia sendiri juga sudah menikah dengan lelaki lain. Namun pada alhirnya bercerai dengan alasan tidak cocok satu sama lain.

"Terkadang aku takut. Takut kamu akan berpaling dari aku karena aku yang sering manja, bahkan terkadang egois. Sementara disana ada sorang wanita yang benar-benar mencintai kamu sampai segitunya. Aku takut pada akhirnya kamu akan terjerat." ucap Vanka pelan.

Gio semakin erat memeluk Vanka dan juga mengecup keningnya lembut. "Aku suka saat kamu manja ke aku, aku suka saat kamu marah, tidak peduli seperti apa keadaan kamu, muda atau tua, sehat atau sakit, susah atau senang, aku hanya ingin bersama dengan kamu. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku bersama kamu dan anak-anak kita, aku cinta banget sama kamu.." berkali-kali Gio mengecup kening Vanka.

Vanka tersenyum senang kemudian memeluk Gio dengan erat. "Jangan pernah berubah!" lirihnya.

"Aku janji." jawab Gio dengan lembut.

Malam yang indah itu mereka akhiri dengan kegiatan indah. Sepasang anak manusia yang saling mencintai dan tidak mau terpisah, menggambarkan keindahan semesta. Seolah tidak mau melepas satu sama lain. Keduanya menggambarkan bentuk cinta sepanjang malam.

Terpopuler

Comments

Patrick Khan

Patrick Khan

. kasih up banyak kak

2022-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!