PEKERJAAN APA?

Sita menatap pada rincian biaya rumah sakit yang harus segera ia lunasi agar Pak Alwi bisa segera dioperasi. Saat ini kondisi bapak angkat Sita itu memang sudah sadar. Tapi terap saja Pak Alwi harus secepatnya dioperasi agar beliau bisa sembuh dan beraktivitas seperti sedia kala. Tapi biaya yang tertera bukanlah termasuk angka yang kecil.

Lalu darimana Sita akan mendapatkan uang sebanyak ini?

"Ma, ponsel mama bunyi!" Teguran Angga yang entah sejak kapan sudah berada di samping Sita, langsung membuyarkan lamunan ibu satu anak tersebut.

"Iyakah?" Sita segera membuka tas selempangnya dan memeriksa. Benar saja, Teresa menelepon.

"Halo!"

"Sit, kok tumben belum datang? Ini antaran kue lumayan banyak."

"Eh, iya! Astaga, maaf aku lupa. Aku kesana sekarang," jawab Sita tergagap.

"Apa semuanya baik-baik saja? Angga sudah kamu bawa periksa?"

"Iya, sudah! Angga sudah pakai kacamata sekarang karena matanya minus dua." Jawab Sita menjelaskan apa yang kemarin dijelaskan Robert kepadanya.

"Baiklah! Segera kesini, ya! Aku tunggu!"

"Iya, Tere! Aku kesana sekarang!" Sita menyimpan kembali ponselnya setelah telepon terputus.

"Ma, Angga boleh ikut?" Tanya Angga yang sepertinya sedikit jenuh berada di rumah sakit sejak semalam.

"Iya, boleh! Tapi nanti Angga main sama Timmy dan Beth saja, ya! Tidak usah ikut Mama antar kue!" Pesan Sita pada Angga yang langsung mengangguk. Bocah laki-laki itu juga sedikit membenarkan kacamatanya.

"Kita pamit ke Nenek dan Kakek dulu!" Ajak Sita selanjutnya seraya menggandeng Angga masuk ke kamar perawatan Pak Alwi.

"Sita, belum berangkat kerja?" Tanya Bu Tutik yang sejak kemarin memang tak beranjak dari samping Pak Alwi.

"Ini baru mau berangkat, Bu! Ibu tidak apa-apa Sita tinggal, kan?" Ujat Sita memastikan.

"Tidak apa-apa! Ibu akan menjaga bapakmu. Kamu sudah sarapan tadi?" Tanya Bu Tutik lagi.

"Sudah, Bu!" Jawab Sita berdusta. Sita sedang tidak berselera untuk makan karena memikirkan biaya pengobatan Pak Alwi yang entah akan Sita bayar pakai apa. Sita juga baru saja kehilangan pekerjaan, dan uang yang kemarin sudah Sita pakai untuk mencicil biaya rumah sakit.

Ya ampun!

Sita harus mencari uang untuk operasi kemana lagi?

"Sita! Kenapa melamun?" Tegur Bu Tutik membuyarkan lamunan Sita.

"Enggak, Bu!" Jawab Sita cepat.

"Sita berangkat dulu, Bu! Angga ikut Sita karena katanya mau main bersama Timmy da Beth!" Pamit Sita sekali lagi seraya mencium punggung tangan Bu Tutik. Sita lalu beralih ke Pak Alwi yang masih terlelap.

"Sita akan mencari biaya operasi untuk Bapak secepatnya," bisik Sita seraya bertekad dalam hati.

Selesai berpamitan, Sita dan Angga langsung meninggalkan rumahbsakit untuk selanjutnya menuju ke rumah Teresa.

****

"Ini ongkos kurir hari ini dan sedikit uang jajan untuk Angga!" Ujar Teresa seraya menyerahkan beberapa lembar uang pada Sita yang hanya tersenyum tipis. Setidaknya Sita bisa membeli makan siang dan makan malam untuk Bu Tutik dan Angga hari ini.

"Apa ada pekerjaan lagi yang bisa kukerjakan, Tere?" Tanya Sita penuh harap.

"Kau tidak ke rumah majikanmu?" Teresa balik bertanya dan menatap penuh khawatir pada Sita.

"Aku sudah tak bekerja di sana karena Opa yang biasa aku rawat sudah dipindahkan ke panti jompo," cerita Sita yang langsung membuat Teresa kaget.

"Kau kehilangan pekerjaan?" Tanya Teresa dan Sita hanya mengangguk samar.

"Tapi aku akan secepatnya melamar kerja di tempat lain," sambung Sita cepat.

"Sudah dapat gambaran mau melamar dimana? Di pabrik Will juga sedang tak membuka lowongan," cecar Teresa merasa iba pada Sita. Wanita itu benar-benar harus kerja banting tulang sejak Pak Alwi jatuh sakit. Sita benar-benar harus berganti peran menjadi tulang punggung keluarga sekarang.

"Sudah ada beberapa tempat," jawab Sita seraya mengangguk. Tadi Sita memang sempat bertanya pada langganan kue Teresa tentang lowongan pekerjaan. Dan ada beberapa rekomendasi. Salah satunya bahkan menawarkan pekerjaan dengan bayaran tinggi, meskipun Sita tak tahu pekerjaan macam apa yang bergaji tinggi tapi hanya dilakukan semalam saja.

"Aku akan pergi melamar kerja sekarang. Angga--"

"Angga biar disini!" Sergah Teresa memotong.

"Dia masih betah bermain bersama Timmy dan Beth. Jadi biat disini saja," sambung Teresa lagi.

"Apa tidak akan merepotkan?" Tanya Sita khawatir.

"Tentu saja tidak, Sita! Aku akan menjaganya. Angga juga anak penurut dan tak pernah merepotkan. Dia cepat mandiri sepertimu," ujar Teresa seraya memuji Angga yang memang cepat mandiri dan tak manja seperti bocah kebanyakan.

"Terima kasih karena sudah banyak membantuku, Tere! Aku selalu saja merepotkan dirimu," Ucap Sita sebelum wanita itu berpamitan.

"Jangan bilang begitu! Kita kan teman! Dulu kau pernah membantuku saat aku kesulitan. Jadi sekarang gantian, oke!" Jawab Teresa serata memeluk Sita.

"Semoga kau segera dapat pekerjaan baru. Aku akan menjaga Angga," ujat Teresa lagi yang langsung diaminkan oleh Sita.

Setelah berpamitan pada Teresa dan Angga juga, Sita akhirnya meninggalkan rumah Teresa untuk pergi melamar kerja. Semoga ada pekerjaan baru untuk Sita hari ini.

****

Robert celingukan ke rumah seberang seolah sedang mencari seseorang yang tumben hari ini tidak datang ke halaman rumah keluarga Halley.

"Cari siapa, Pak Robert?" Tanya Security pada Robert yang masih celingukan di gerbang.

"Angga tadi kesini?" Tanya Robert pada Security di kediaman Halley tersebut.

"Saya belum melihatmu sejak tadi, Pak! Keluarga di depan juga pergi pagi-pagi tadi. Mungkin hari ini Angga dan mamanya libur bekerja," terang security menerka-nerka.

"Begitu, ya?" Robert hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Padahal Robery sudah membawakan beberapa buku cerita untuk Angga karena kata Sita kemarin, bocah enam tahun itu suka membaca.

Robert juga tidak tahu kenapa ia perhatian sekali pada Angga. Tapi saat dulu pertama kali ia melihat Angga dan sorot mata lembutnya, Robert langsung ingat pada Sheila yang memiliki sorot mata serupa dengan Angga.

Mungkin besok Angga dan Mamanya sudah kembali bekerja, jadi besok saja Robert memberikan buku cerita itu pada Angga.

"Rob! Kau tidak makan siang!" Panggil Liam dari arah teras pada Robert yang masih berdiri di depan pos satpam.

"Ya! Aku kesana sekarang!" Jawab Robert seraya berseru. Robert berbasa-basi pada security sebelum berlalu dan menghampiri Liam yang masih berdiri di teras. Bos Robert itu sudah berkacak pinggang sekarang.

"Mencari siapa?" Tanya Liam penuh selidik.

"Hanya ngobrol dengan security! Dasar kepo!" Jawab Robert yang malah langsung meninggalkan Liam di teras.

Robert langsung masuk ke ruang makan kediaman Halley dimana sudah ada Yumi, Fairel, Faranisa, dan Mom Belle di sana.

"Hai, Jagoan! Sudah sehat?" Sapa Robert yang langsung tos bersama Fairel.

"Sudah!"

"Makan siang dulu, Rob!" Ujar Mom Belle dengan hangat dan ramah seperti biasa. Mom kandung Liam itu memang selalu bersikap hangat dan ramah pada siapa saja.

"Iya, Aunty!"

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

Agustina Kris

Agustina Kris

bener nyari angga? sama ibunya gimana?

2022-04-04

1

Nana

Nana

Robert mencari anak sekaligus ibunya😁

2022-04-04

1

Kharina.

Kharina.

Rob pengen ketemu Angga apa Sita? 🤭

2022-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!