MAAF

"Mama!" Seru Angga dari dalam mobil. Putra semata wayang Sita itu sudah mengenakan kacamata dan wajahnya terlihat riang. Robert menghentikan mobilnya di depan garasi dan Angga segera berlari keluar untuk menghampiri Sita.

"Mama! Lihat!"

"Angga punya kacamata baru," pamer Angga menunjukkan kacamatanya pada Sita.

"Tadi darimana?" Tanya Sita yang langsung memindai Angga dari ujunh kaki hingga ujung kepala.

Robert sudah ikut turun dari mobil dan turut menghampiri Sita, Angga serta Yumi.

"Kau membawa Angga kemana, Rob?" Tanya Yumi penuh selidik.

"Ke optik dekat sini untuk memeriksakan matanya." Jawab Robert jujur.

"Maaf, Mamanya Angga! Karena sudah membuatmu khawatir dan tidak minta izin dulu," ucap Robert selanjutnya meminta maaf pada Sita.

"Seharusnya anda tidak perlu repot-repot, Tuan!" Jawab Sita canggung.

"Ngomong-ngomong, namaku Robert. Jangan memanggil tuan! Panggil Robert saja!" Robert memperkenalkan dirinya pada Sita.

"Om Robert ini baik, Ma! Sering menemani Angga main bola bersama Fairel juga," cerita Angga yang sepertinya sudah dekat sekali dengan Robert. Sita hanya mengangguk dan segera membalas uluran tangan Robert sebagai tanda perkenalan.

"Aku Sita," ucap Sita tetap saja canggung.

"Robert ini asistennya Liam, Sita."

"Liam suamiku," Yumi ikut menimpali perkenalan Robert dan Sita.

"Fairel dimana, Aunty?" Tanya Angga pada Yumi selanjutnya.

"Fairel sedang kurang sehat, Sayang!" Yumi mengusap lembut kepala Angga.

"Besok mungkin sudah membaik dan bisa main bersama Angga lagi, ya!" Lanjut Yumi yang langsung membuat Angga mengangguk.

"Mata Angga minus dua kiri kanan setelah diperiksa tadi. Mungkin itu alasan kenapa Angga kerap menabrak saat berjalan," ucap Robert lagi menyampaikan hasil pemeriksaan Angga tadi pada Sita.

"Dia sering main gadget?" Tanya Yumi khawatir.

"Tidak!" Jawab Sita cepat.

"Hanya ada satu ponsel jadul di rumah dan Angga tak pernah memainkannya. Tapi dia suka membaca buku dan menonton tivi kadang terlalu dekat," lanjut Sita yang langsung membuat Yumi mengangguk.

"Mungkin itu penyebabnya," gumam Yumi menerka-nerka.

"Sekarang sudah bisa melihat dengan jelas, kan?" Yumi selanjutnya bertanya pada Angga seraya berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Angga.

"Sudah, Aunty!" Jawab Angga tersenyum senang.

"Sekali lagi terima kasih banyak, Robert!" Ucap Sita sekali lagi pada Robert.

"Sama-sama!" Jawab Robert mengulas senyum.

"Dan kami langsung pamit, Nona Yumi. Masih ada keperluan yang haris saya urus." Sita ganti berpamitan pada Yumi.

"Ya ampun! Panggil Yumi saja dan jangan Nona!" Yumi sedikit terkekeh.

"Iya, Yumi! Kami pamit pulang!" Pamit Sita sekali lagi.

"Baiklah! Besok main kesini lagi, ya, Angga!" Yumi mengusap kepala Angga sekali lagi.

"Iya, Aunty!"

"Tos!" Robert mengajak Angga melakukan tos sebelum bocah lrlaki itu dibawa pulang oleh Sita.

"Terima kasih untuk kacamata dan es krimnya, Om!" Ucap Angga pada Robert.

"Bye!" Angga melambaikan tangan pada Robert dan Yumi saat Sita menggandengnya keluar dari halaman rumah keluarga Halley.

Robert masih terus menatap pada ibu dan anak itu hingga keduanya menghilang di balik pintu gerbang.

"Ngomong-ngomong, Liam sudah kembali ke kantor, Rob!"

"Tadi Liam tidak tahu kalau kau pergi bersama Angga. Liam pikir kau sudah ke kantor duluan dan tidak jadi makan siang disini," terang Yumi yang langsung membuat Robert tertawa kecil.

"Ya, tadi Liam meneleponku beberapa kali. Sebaiknya aku segera ke kantor." Robert sudah berjalan kembali menuju ke mobilnya dan Yumi mengekori asisten Liam tersebut.

"Kau tadi sudah makan siang?" Tanya Yumi khawatir."

"Sudah!"

"Tadi aku mampir sebentar ke kafe bersama Angga untuk makan siang." Jelas Robert yang langsung membuat Yumi mengangguk. Robert sudah duduk di belakang kemudi dan memasang sabuk pengaman.

"Aku ke kantor dulu, Yum!" Pamit Robert selanjutnya.

"Oke!"

Mobil Robert segera melaju meninggalkan kediaman Halley menuju ke Halley Development.

****

"Ma!" Teguran Angga menyentak lamunan Sita yang masih memikirkan tentanh pekerjaan apa yang akan ia jalani selanjutnya setelah ini.

"Ada apa!"

"Kita seharusnya turun di ruko hijau tadi!" Ujar Angga memberitahu Sita karena ternyata gang tempat mereka turun baru saja terlewat.

"Astaga!"

"Pak! Kiri!" Sita segera berseru pada supir angkot agar menepi karena gang tempat tinggalnya baru saja terlewat.

Angkot langsung berhenti sekitar dua ratus meter dari gang, lalu Sita dan Angga segera turun.

Setelah membayar ongkos angkot, Sita segera menggandeng Angga untuk berjalan menuju ke rumah kedua orangtuanya.

"Mama kenapa melamun, sih?"

"Kan Angga sekarang sudah punya kacamata baru dan mama nggak perlu membawa Angga periksa lagi!" Tanya Angga yang langsung membuat Sita teringat pada pria bernama Robert tadi.

"Tadi Angga diajak kemana sama Om Robert?" Sita balik bertanya pada Angga. Ibu dan anak itu masih berjalan menuju ke rumah mereka yang memang lumayan jauh dari mulut gang.

"Periksa mata, lalu mampir sebentar ke kafe karena katanya Om Robert kelaparan dan belum makan. Angga dibelikan es krim satu gelas penuh sama Om Robert, Ma!" Cerita Angga penuh antusias.

"Lalu setelah itu?" Tanya Sita lagi.

"Kami pulang." Jawab Angga singkat.

"Om Robert baik sekali pada Angga, Ma! Kenapa bukan Om Robert saja yang jadi papanya Angga, ya?"

"Angga kan juga mau punya papa seperti Fairel. Agar Angga bisa diajari naik sepeda, diajak memancing seperti Fairel," tutur Angga panjang lebar menyampaikan keinginannya. Hati Sita rasanya mencelos mendengar keinginan Angga tersebut.

"Kan Angga juga punya Kakek yang mengajari naik sepeda," Sita akhirnya bisa menjawab setelah wanita itu menelan gumpalan pahit di tenggorokannya.

"Iya, tapi Kakek sekarang sakit-sakitan dan tak pernah menemani Angga main lagi."

"Memangnya Papa Angga kemana, sih, Ma?" Tanya Angga sekali lagi yang benar-benar membuat Sita ingin menjerit. Pertanyaan itu memang suatu saat pasti akan keluar dari bibir mungil Angga. Dan sekarang hal itu sudah benar-benar terjadi.

"Papanya Angga sudah meninggal!" Jawab Sita cepat agar Angga tak bertanya lebih lanjut.

"Tapi kenapa Mama tak pernah membawa Angga ke makam Papa?" Tanya Angga lagi yang ternya rasa ingin tahunya sudah semakin besar.

"Karena makamnya berada di kota lain! Bukankah kita sudah pernah membahas ini sebelumnya, Angga!" Sita sedikit meninggukan nada bicaranya karena saat Angga bertanya tentang papanya, kelebat bayangan tentang perselingkuhan Aksha akan kembali menari-nari di benak Sita.

Bukannya Sita belum move on. Tapi rasa sakit itu seolah mengendap dan mendarah daging di hati Sita yang terdalam.

"Maaf, karena sudah membuat Mama menjadi sedih," ucap Angga selanjutnya dengan wajah sendu seraya mengusap lengan Sita yang masih menggenggam tangan kecilnya. Sita buru-buru berjongkok dan memeluk sang putra.

"Mama juga minta maaf karena sudah bicara keras pada Angga!" Jawab Sita dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah berpelukan untuk beberapa saat, ibu dan anak itu kembali melanjutkan langkah mereka.

"Ma! Kenapa ada banyak orang di rumah?" Celetuk Angga tiba-tiba saat Sita dan Angga berbelok di tikungan terakhir menuju ke rumah mereka.

"Mama juga tidak tahu!"

"Ayo kita cari tahu!" Sita mempercepat langkahnya untuk segera mencari tahu apa yang sudah terjadi. Dan saat Sita tiba di rumah, Sita melihat pemandangan yang langsung membuat wanita itu memekik.

"Bapak!"

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

keke global

keke global

kisah sita lbh mewekin

2022-04-09

1

Agustina Kris

Agustina Kris

kayaknya kedepannya jualan bawang ini

2022-04-04

2

Agustina Kris

Agustina Kris

betul

2022-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!