5. Pujian Tulus Warga

Ridwan tampak wudlu di sumur memakai ember cat yang dilobangi dan ditutup memakai potongan kayu kecil yang dibuntel menggunakan kain perca.

Setelah ambil wudlu ia bergegas menuju kamar untuk memakai sarung, baju koko dan peci.

Adzan terdengar mulai dikumandangkan dari arah masjid dan surau-surau di sekitar daerah tempat tinggal Ridwan.

"Ridwan ke masjid Bu."

Kata Ridwan pada Ibunya yang berjalan menuju belakang rumah untuk ambil air wudhu.

"Iya Wan..."

Jawab Ibu.

Ajeng juga ikut si Mbah ambil wudhu, untuk Ibu dan Mbak Wening memang dari dulu mereka sebagai perempuan memilih opsi jamaah di rumah saja, tidak ke surau atau masjid.

Ridwan keluar dari rumah,

"Bismillahirrahmanirrahim..."

Ridwan melangkahkan kakinya yang beralaskan sandal jepit berwarna hijau.

Ia berjalan menyusuri jalanan kampung menuju masjid yang letaknya di pinggir jalan raya tembusan ke kota sebelah.

Di jalan ia bertemu dengan Pak RT, tampak Pak RT senang melihat Ridwan, salah satu pemuda yang termasuk kebanggaan daerah mereka.

"Pulang kapan Nak Ridwan?"

Tanya Pak RT ramah, tatkala Ridwan menyalaminya dengan santun.

Mereka berjalan beriringan menuju masjid Uswatun Hasanah, masjid yang berdiri di RW mereka yang kebetulan letaknya ada di RT Ridwan tinggal.

"Alhamdulillah tadi siang Pak RT."

Jawab Ridwan.

"Alhamdulillah."

Pak RT mantuk-mantuk.

"Jadi ini liburan atau akan menetap di rumah?"

Tanya Pak RT lagi.

"Alhamdulillah untuk sekarang saya akan menetap Pak RT, karena saya baru diterima mengajar di SDN Waru dua."

Jawab Ridwan.

"Wah senang sekali saya mendengarnya Nak, ini namanya berkah untuk kampung kita, baru saja kehilangan Ustadz Saleh, sekarang nak Ridwan datang untuk menggantikan. Alhamdulillah."

"Aduh, ilmu saya tidak sebanding dengan Ustadz Saleh yang lulusan Gontor Pak RT, sementara saya cuma lulusan pesantren kecil di kota kecil pula."

Ridwan merendah,

Bersamaan dengan itu keduanya tampak telah sampai di teras masjid, melepas sandal dari kaki kiri terlebih dahulu, lalu diikuti kaki kanan.

Sementara naik ke teras masjid adalah sebaliknya, memakai kaki kanan lebih dulu, baru diikuti kaki kiri.

Beberapa Bapak-bapak dan hanya beberapa pemuda tampak berdatangan untuk berjamaah.

Mereka menyambut kehadiran Ridwan, tentu saja buat mereka Ridwan yang merupakan santri seperti cahaya penerang manakala Ustadz Saleh meninggalkan mereka.

"Ini Nak Ridwan bisa diajak masuk Dewan Kemakmuran Masjid Pak Haji Imran."

"Ooh iya betul, apalagi ini menjelang bulan puasa, yang rencana untuk membuat pengajian anak-anak muda dan anak kecil sehabis asar, serta kuliah subuh, mungkin Nak Ridwan bisa menggantikan Ustadz Saleh."

Ridwan yang merasa sambutan dan tawaran dari warga begitu berlebihan membuat hatinya antara bahagia namun juga takut akan menjadi ujub.

"Astaghfirullah Bapak Bapak yang terhormat, nuwun sewu... nuwun sewu, saya tidak seistimewa itu, ya Allah saya juga masih harus banyak belajar."

Ridwan terlihat sangat malu dipuja-puji luar biasa.

Sungguh pujian hanya pantas untuk Allah Subhanahu Wata'ala. Batin Ridwan takut hatinya tergetar sedikit saja untuk merasa memang ia layak dipuji.

Hingga akhirnya terdengar iqomah,

"Allahu Akbar... Allahu Akbar...

Asyhadu Allaa illaha illallah. Asyhadu Anna Muhamadar Rosulullah... Hayya 'Alas-sholaah... Hayya 'Alal-falaah, Allahu Akbar... Allahu Akbar... Laa ilaaha illallaah..."

Semua jamaah pun segera bersiap membuat shaf, sementara Pak Haji Imran sebagai orang yang dituakan berdiri sebagai Imam.

**--------------**

Ibu di kamar masih terdengar membaca Alquran, ketika Mbak Wening selesai membuat dadar telur dan membuat gorengan tempe kesukaan Ajeng.

Ajeng sendiri selepas sholat jamaah maghrib dengan Ibu dan Mbah nya di kamar si mbah langsung ke kamarnya sendiri dan mulai sibuk belajar.

Ajeng memang sangat menyukai sekolah, ia juga tak pernah susah payah disuruh belajar.

Cita-cita Ajeng adalah ingin seperti Ibu Kartini, yang menjadi perempuan cerdas dan terhormat.

"Jeng... Ajeng."

Mbak Wening menuju kamarnya, menyingkap tirai pintu kamar dan melongok ke dalam.

Ajeng duduk di kursi meja belajarnya.

Meja belajar bergambar Elsa Frozen, tokoh animasi kesukaannya.

Tampaknya, Ajeng memang suka dengan sosok perempuan yang kuat dan mandiri, mungkin karena ia selama ini melihat Ibu dan si Mbah yang mampu hidup tanpa bantuan seorang laki-laki.

Berjuang atas kerasnya hidup, menghasilkan rupiah sendiri, namun tetap berpegang teguh menjaga kehormatannya.

"Mau makan sekarang tidak?"

Tanya Mbak Wening pada putri semata wayangnya.

Buah cinta satu-satunya dengan sang suami selama pernikahan mereka hingga akhirnya cinta mereka dipisahkan oleh kematian Ayah Ajeng.

"Nanti saja Bu, sama-sama Mbah dan Paman Ridwan."

Ujar Ajeng.

Mbak Wening mengangguk.

"Baiklah, teruskan belajarnya, nanti kalau isya kita sholat jamaah lagi, Paman Ridwan mungkin pulang setelah sholat Isya."

Ajeng mengangguk.

"Iya Bu."

Sahutnya.

Mbak Wening kembali ke ruang makan, menutup sajian makan malam sederhana keluarga mereka dengan tudung saji.

Setelah itu ia mulai membenahi hasil setrikaannya, untuk di masukkan ke dalam lemari pakaiannya, lemari Ajeng dan lemari Ibunya.

Ibu di kamar masih terus membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Sepertinya yang beliau baca adalah surat An-naml. Surah yang menceritakan kisah Nabi Sulaiman tatkala membawa risalah kepada Ratu Balqis, dan juga tentang kawanan semut yang terdengar khawatir terinjak oleh Nabi Sulaiman yang akan lewat bersama pasukannya.

Setelah selesai menyimpan baju-baju yang telah disetrika, Mbak Wening menuju teras rumah, gerimis tipis turun kembali.

Setelah menjelang siang tadi hujan sempat mengguyur deras, malam ini gerimis kembali turun tipis-tipis.

Mbak Wening melipat tangannya, udara mulai terasa dingin di pertengahan musim penghujan.

Angin pesisir yang biasanya kering dan tetap memberikan hawa panas, kini terasa sangat dingin di kulit.

Adzan Isya berkumandang, menenggelamkan suara serangga-serangga malam yang terdengar dari area pesawahan dan juga kebun-kebun di sekitar sana.

Kelip lampu dari rumah-rumah penduduk yang jauh di seberang sawah sana terlihat kecil bagaikan lampu kunang-kunang.

Mbak Wening segera kembali masuk, menutup pintunya rapat-rapat takut ada ular kobra masuk ke dalam rumah.

Risiko hidup di dekat sawah memang ancaman ular kobra dan ular lain yang kapan saja bisa masuk rumah lalu menyelinap sembunyi.

Pernah Mbak Wening sengaja memelihara kucing untuk berjaga.

Karena menurut Bang Panji petualang, salah satu penjaga rumah yang paling baik dari ular kobra adalah kucing kampung.

Kebetulan sepulang bekerja di pabrik donat, Mbak Wening melihat ada kucing kampung kecil yang seperti tersesat atau mungkin dibuang oleh orang.

Mbak Wening mengambilnya, membawanya pulang untuk dipelihara dan akhirnya dijadikan penjaga rumah.

Tapi, naas bagi kucing tersebut, suatu malam pintu belakang rumah lupa di kunci, pintu yang sedikit terbuka membuat ada ular menyelinap.

Kucing kampung peliharaan Mbak Wening menghalau, tapi karena kobra itu cukup besar, maka racun yang masuk ke tubuh sang kucing cukup banyak dan akhirnya ia tak tertolong.

Meskipun kobra itu mati juga, tapi kucing Mbak Wening pun berkorban nyawa.

Ah Mbak Wening tiap kali ingat itu jadi sedih, sampai saat ini ia masih ingat kucingnya yang malang.

Mbak Wening pergi ke belakang rumah untuk kembali mengambil air wudhu, dan bersiap sholat isya bersama Ibunya.

**--------------**

Terpopuler

Comments

ic

ic

anaconda..

2022-10-08

0

Rinjani

Rinjani

waduh ular sawah kok ada ular kobra ihhh kasih garam kasar sekitar rumah🤭🤭🤭🙏

2022-09-21

0

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

mantap thor

2022-07-08

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang Ke Rumah
2 2. Pemilik Wajah Ayu
3 3. Sebuah Pertemuan
4 4. Sebuah Kisah Sedih
5 5. Pujian Tulus Warga
6 6. Keluarga Dan Sahabat
7 7. Mimpi Ridwan
8 8. Dua Kejutan
9 9. Kesibukan Di Sekolah
10 10. Calon Idola
11 11. Rencana Perjodohan
12 12. Tawaran Pak Haji
13 13. Pemuda Saleh
14 14. Prinsip Laki-laki
15 15. Kesibukan Pagi
16 16. Sebuah Nasehat
17 17. Sarapan Bersama
18 18. Kesempatan Langka
19 19. Sayang Disayang
20 20. Tawaran Kerja Sampingan
21 21. Pemuda Seribu Satu
22 22. Jangan syuudzon
23 23. Tetap Semangat
24 24. Curahan Hati
25 25. Sang Ustadz
26 26. Sebuah Hadiah
27 27. Rezeki Baik
28 28. Dua Sahabat
29 29. Bersyukur
30 30. Jangan Sombong
31 31. Mampir Sebentar
32 32. Penasaran
33 33. Kaget
34 34. Pitutur
35 35. Perasaan Aneh
36 36. Lupa
37 37. Kesungguhan
38 38. Jodoh Tak Akan Kemana
39 39. Hadiah Terbaik
40 40. Luka Seorang Sahabat
41 41. Sabarlah Is
42 42. Amanat Berat
43 43. Adik Laki-laki Baik
44 44. Parcel Tak Diharapkan
45 45. Tiada Daya Upaya
46 46. Pesan Tak Sampai-Sampai
47 47. Kode Alam
48 48. Calon-Calon Isteri Yang Baik
49 49. Memenuhi Undangan
50 50. Tegas
51 51. Dia Yang Istimewa
52 52. Demi Sahabat
53 53. Terhempas
54 54. Keji
55 55. Kakak Pelindung Adik
56 56. Luka Hati Ibu
57 57. Rencana Allah
58 58. Mungkinkah?
59 59. Kenyataan Menyakitkan
60 60. Ke mana Anisa
61 61. Anisa Dan Wisnu
62 62. Sebuah Keputusan
63 63. Calon Ketua Yayasan
64 64. Mendung Tapi Cerah
65 65. Pesona Istimewa
66 66. Semoga Jadi Mantu
67 67. Pedas
68 68. Perkara Hati
69 69. Hari-hari Keberuntungan
70 70. Akhir Pekan
71 71. Tak Kenal Maka Tak Sayang
72 72. Siapa Dia?
73 73. Sebuah Perjalanan
74 74. Luar Biasa
75 75. Hotel Bintang
76 76. Nyaman
77 77. Pengalaman Pertama
78 78. Terlupakan
79 79. Nyasar
80 80. Pertentangan Batin
81 81. Semakin Dekat
82 82. Penasaran
83 83. Ketenangan Batin
84 84. Tak Akan Mengijinkannya
85 85. Penampakan
86 86. Malam Sibuk
87 87. Semoga
88 88. Perenungan
89 89. Di Antara Dua Cinta
90 90. Aku Pulang
91 91. Bukan Cinderella
92 92. Tiba Di Rumah
93 93. Pagi Hari
94 94. Berangkat Sekolah
95 95. Love Monday
96 96. Belajar Mengajar
97 97. Menjemput Lagi
98 98. Menumbuhkan Cinta
99 99. Haru
100 100. Memicu Harapan
101 101. Belanja
102 102. Makan Siang
103 103. Serasa Keluarga
104 104. Rindu Umi
105 105. Menjadi Dekat
106 106. Idaman
107 107. Aku Yang Akan Melindungi mu
108 108. Wisnu dan Ridwan
109 109. Tanda Tanya
110 110. Tidak Apa-apa
111 111. Malam kelabu
112 112. Gelisah Yang Sama
113 113. Hati Ibu
114 114. Kacau Balau
115 115. kebetulan Lagi
116 116. Tamu Istimewa
117 117. Seperti Petir Di Siang Bolong
118 118. Ikhlas
119 119. Doa Baik
120 120. Bukan Jodoh
121 121. Bukalah Hatimu
122 122. Bukan Mimpi
123 123. Undangan
124 124. Kembali Dari Awal
125 125. Yang Serasi
126 126. Biar Saja
127 127. Sudah Legawa
128 128. Sepertiga Malam
129 129. Beli Sarapan
130 130. Sosok Baru
131 131. Sahabat Terbaik
132 132. Tersadar
133 133. Titipan Mas Wisnu
134 134. Kode
135 135. Tragedi Pagi
136 136. Mungkin Memang Jodoh
137 137. Calon Ibu Pilihan
138 138. Belum Tersadar
139 139. Aminkan To...
140 140. Sang Sekretaris
141 141. Tamu Tiba-tiba
142 142. Terkejut
143 143. Pinangan Pertama
144 144. Senyam-senyum Sendiri
145 145. Mas
146 146. Sang Pengirim Sate
147 147. Rasa Apa Lagi?
148 148. Jodoh Tak Akan Ke Mana
149 149. Tak Bisa Lupa
150 150. Selamat Pagi
151 151. Kehebohan Pagi
152 152. Curiga
153 153. Mampir Besan
154 154. Dua Orang Ibu
155 155. Semakin Dekat
156 156. Calon-calon Pasangan
157 157. Mohon Doa
158 158. Calon Bapak
159 159. Bayang Masa Lalu
160 160. Dalam Tatap Matamu
161 161. Perempuan Istimewa
162 162. Kita Saudara
163 163. Satu Pengalaman
164 164. Nyaris Saja
165 165. Harapan Dan Harapan
166 166. Rapat
167 167. Calon Mertua
168 168. Ibu Adalah Segalanya
169 169. Sosok Orangtua
170 170. Sepertiga Malam
171 171. Dering Pagi
172 172. Masih Pagi Yang Sama
173 173. Khawatir
174 174. Mungkin Sudah Saatnya
175 175. Mencoba Ikhlas
176 176. Secuil Nasehat
177 177. Mengungkapkan
178 178. Mungkin Sudah Jodoh
179 179. Kesayangan Ibu
180 180. Maha Pengasih Dan Penyayang
181 181. Amanat Bapak
182 182. Surat Undangan
183 183. Rencana Pergi Bersama
184 184. Calon Fans
185 185. Ketika Langit Mendung
186 186. Kamu Ketahuan
187 187. Orangtua Rendah Hati
188 188. Sepenggal Masa Lalu
189 189. Khawatir
190 190. Ajeng Yang Pintar
191 191. Langit Dan Bumi
192 192. Terasa Asing
193 193. Masih Hujan
194 194. Sudah Kewajiban Adik
195 195. Langit Subuh
196 196. Kondangan
197 197. Jangan Khawatir
198 198. Tangisan Dan Senyuman
199 199. Ikhlaslah Nisa
200 200. Keponakan Ceriwis
201 201. Calon Isteri Ridwan
202 202. Tamu Istimewa
203 203. Ketulusan Iis
204 204. Hanya Sebuah Hadiah
205 205. Melepas Anisa
206 206. Wejangan Mbak Yu
207 207. Hak Dan Kewajiban
208 208. Luruskan Niat
209 209. Menuju Akad
210 210. Akhirnya
Episodes

Updated 210 Episodes

1
1. Pulang Ke Rumah
2
2. Pemilik Wajah Ayu
3
3. Sebuah Pertemuan
4
4. Sebuah Kisah Sedih
5
5. Pujian Tulus Warga
6
6. Keluarga Dan Sahabat
7
7. Mimpi Ridwan
8
8. Dua Kejutan
9
9. Kesibukan Di Sekolah
10
10. Calon Idola
11
11. Rencana Perjodohan
12
12. Tawaran Pak Haji
13
13. Pemuda Saleh
14
14. Prinsip Laki-laki
15
15. Kesibukan Pagi
16
16. Sebuah Nasehat
17
17. Sarapan Bersama
18
18. Kesempatan Langka
19
19. Sayang Disayang
20
20. Tawaran Kerja Sampingan
21
21. Pemuda Seribu Satu
22
22. Jangan syuudzon
23
23. Tetap Semangat
24
24. Curahan Hati
25
25. Sang Ustadz
26
26. Sebuah Hadiah
27
27. Rezeki Baik
28
28. Dua Sahabat
29
29. Bersyukur
30
30. Jangan Sombong
31
31. Mampir Sebentar
32
32. Penasaran
33
33. Kaget
34
34. Pitutur
35
35. Perasaan Aneh
36
36. Lupa
37
37. Kesungguhan
38
38. Jodoh Tak Akan Kemana
39
39. Hadiah Terbaik
40
40. Luka Seorang Sahabat
41
41. Sabarlah Is
42
42. Amanat Berat
43
43. Adik Laki-laki Baik
44
44. Parcel Tak Diharapkan
45
45. Tiada Daya Upaya
46
46. Pesan Tak Sampai-Sampai
47
47. Kode Alam
48
48. Calon-Calon Isteri Yang Baik
49
49. Memenuhi Undangan
50
50. Tegas
51
51. Dia Yang Istimewa
52
52. Demi Sahabat
53
53. Terhempas
54
54. Keji
55
55. Kakak Pelindung Adik
56
56. Luka Hati Ibu
57
57. Rencana Allah
58
58. Mungkinkah?
59
59. Kenyataan Menyakitkan
60
60. Ke mana Anisa
61
61. Anisa Dan Wisnu
62
62. Sebuah Keputusan
63
63. Calon Ketua Yayasan
64
64. Mendung Tapi Cerah
65
65. Pesona Istimewa
66
66. Semoga Jadi Mantu
67
67. Pedas
68
68. Perkara Hati
69
69. Hari-hari Keberuntungan
70
70. Akhir Pekan
71
71. Tak Kenal Maka Tak Sayang
72
72. Siapa Dia?
73
73. Sebuah Perjalanan
74
74. Luar Biasa
75
75. Hotel Bintang
76
76. Nyaman
77
77. Pengalaman Pertama
78
78. Terlupakan
79
79. Nyasar
80
80. Pertentangan Batin
81
81. Semakin Dekat
82
82. Penasaran
83
83. Ketenangan Batin
84
84. Tak Akan Mengijinkannya
85
85. Penampakan
86
86. Malam Sibuk
87
87. Semoga
88
88. Perenungan
89
89. Di Antara Dua Cinta
90
90. Aku Pulang
91
91. Bukan Cinderella
92
92. Tiba Di Rumah
93
93. Pagi Hari
94
94. Berangkat Sekolah
95
95. Love Monday
96
96. Belajar Mengajar
97
97. Menjemput Lagi
98
98. Menumbuhkan Cinta
99
99. Haru
100
100. Memicu Harapan
101
101. Belanja
102
102. Makan Siang
103
103. Serasa Keluarga
104
104. Rindu Umi
105
105. Menjadi Dekat
106
106. Idaman
107
107. Aku Yang Akan Melindungi mu
108
108. Wisnu dan Ridwan
109
109. Tanda Tanya
110
110. Tidak Apa-apa
111
111. Malam kelabu
112
112. Gelisah Yang Sama
113
113. Hati Ibu
114
114. Kacau Balau
115
115. kebetulan Lagi
116
116. Tamu Istimewa
117
117. Seperti Petir Di Siang Bolong
118
118. Ikhlas
119
119. Doa Baik
120
120. Bukan Jodoh
121
121. Bukalah Hatimu
122
122. Bukan Mimpi
123
123. Undangan
124
124. Kembali Dari Awal
125
125. Yang Serasi
126
126. Biar Saja
127
127. Sudah Legawa
128
128. Sepertiga Malam
129
129. Beli Sarapan
130
130. Sosok Baru
131
131. Sahabat Terbaik
132
132. Tersadar
133
133. Titipan Mas Wisnu
134
134. Kode
135
135. Tragedi Pagi
136
136. Mungkin Memang Jodoh
137
137. Calon Ibu Pilihan
138
138. Belum Tersadar
139
139. Aminkan To...
140
140. Sang Sekretaris
141
141. Tamu Tiba-tiba
142
142. Terkejut
143
143. Pinangan Pertama
144
144. Senyam-senyum Sendiri
145
145. Mas
146
146. Sang Pengirim Sate
147
147. Rasa Apa Lagi?
148
148. Jodoh Tak Akan Ke Mana
149
149. Tak Bisa Lupa
150
150. Selamat Pagi
151
151. Kehebohan Pagi
152
152. Curiga
153
153. Mampir Besan
154
154. Dua Orang Ibu
155
155. Semakin Dekat
156
156. Calon-calon Pasangan
157
157. Mohon Doa
158
158. Calon Bapak
159
159. Bayang Masa Lalu
160
160. Dalam Tatap Matamu
161
161. Perempuan Istimewa
162
162. Kita Saudara
163
163. Satu Pengalaman
164
164. Nyaris Saja
165
165. Harapan Dan Harapan
166
166. Rapat
167
167. Calon Mertua
168
168. Ibu Adalah Segalanya
169
169. Sosok Orangtua
170
170. Sepertiga Malam
171
171. Dering Pagi
172
172. Masih Pagi Yang Sama
173
173. Khawatir
174
174. Mungkin Sudah Saatnya
175
175. Mencoba Ikhlas
176
176. Secuil Nasehat
177
177. Mengungkapkan
178
178. Mungkin Sudah Jodoh
179
179. Kesayangan Ibu
180
180. Maha Pengasih Dan Penyayang
181
181. Amanat Bapak
182
182. Surat Undangan
183
183. Rencana Pergi Bersama
184
184. Calon Fans
185
185. Ketika Langit Mendung
186
186. Kamu Ketahuan
187
187. Orangtua Rendah Hati
188
188. Sepenggal Masa Lalu
189
189. Khawatir
190
190. Ajeng Yang Pintar
191
191. Langit Dan Bumi
192
192. Terasa Asing
193
193. Masih Hujan
194
194. Sudah Kewajiban Adik
195
195. Langit Subuh
196
196. Kondangan
197
197. Jangan Khawatir
198
198. Tangisan Dan Senyuman
199
199. Ikhlaslah Nisa
200
200. Keponakan Ceriwis
201
201. Calon Isteri Ridwan
202
202. Tamu Istimewa
203
203. Ketulusan Iis
204
204. Hanya Sebuah Hadiah
205
205. Melepas Anisa
206
206. Wejangan Mbak Yu
207
207. Hak Dan Kewajiban
208
208. Luruskan Niat
209
209. Menuju Akad
210
210. Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!