setelah seminggu kegiatan Mos berakhir. sekolah sudah mulai pelajaran, danis masih seperti biasa belum terlalu banyak teman hanya billy. waktu bel istrihat berbunyi. semua siswa berhamburan menuju kantin.
"dan pesan makan apa?" tanya billy.
"aku mie ayam aja." sahut danis.
billy memesan mie ayam 2 dan cappucino 1 serta bobba kesukaannya. disaat mereka menikmati makanannya tiba-tiba ada yang menepuk pundak mereka berdua.
"hayooo makan gak ngajak aku lagi ya," teriakan reva menggelegar hingga seisi kantin menatap mereka.
"uhuk uhuk uhuk ah reva ngagetin aja aku jadi kesedak nih," sahut danis.
sedangkan billy berdiri kaget sambil bengong melihat bajunya yang kotor kena kuah mie yang muncrat.
"reva .. tukan bajuku kotor! aku kan malu harus kekelas kalo begini," billy mendengus kesal.
reva menarik tissu dimeja trus membersihkan baju billy sambil berkata "sini aku bersihkan."
disaat reva membersihkan baju billy mereka tiba-tiba bertatapan saling pandang sampai beberapa detik detak jantung reva begitu kuat deg dug deg dug.
"aduh gimana ini kenapa hatiku lompat-lompat." reva bicara dalam hati.
hingga akhirnya mereka dikagetkan dengan suara deheman..
"ehem." danis berdehem hingga akhirnya mereka berdua salah tingkah.
"aduh sepertinya semakin tumbuh benih benih cinta." danis pun berkata.
"ayo dan kita kekelas udah bel masuk tu." billy berkata sambil berjalan meninggalkan kantin.
"oke" sahut danis sambil melambaikan tangan ke reva.
reva malu malu kesal "kenapa sih billy cuek gitu huuuh. udah temenan dari orok juga masih gitu."
ketika billy dan danis berjalan dikoridor sekolah tiba-tiba ponsel danis berbunyi.
"kring kring kring,"
"iya bu ada apa?" danis bertanya dari ujung telepon.
"den ini mbak ibu pingsan dan pendarahan mbak udah telpon bapak tapi gak diangkat." pembantu danis yang menelpon.
"apaaa bik." danis teriak panik.
"baik bik aku telpon rumah sakit." jawab danis.
"kenapa dan?" billy bertanya penasaran.
"ibu bil ibu" danis menjawab tergugu.
"iya ibu kenapa?" tanya billy lagi.
"ibu pingsan." jawab danis masih dengan mimik kekhawatiran.
kemudian danis menelpon ayahnya namun tidak diangkat hanya suara operator. kemudian ia menelpon rumah sakit untuk segera mengirim ambulan dan tak lupa memberikan alamat rumahnya. danis mencoba lagi menelpon ayahnya namun tetap sama akhirnya ia menelpon kantor ayahnya.
"tut tut tut"
"halo siapa? ada perlu apa? suara dari ujing telfon itu.
"mbak weni ini danis apa ayah ada?" danis bertanya.
"oh mas danis, bpk lagi metting mas, apa ada keperluan nanti saya sampaikan kepada bapak mas." jawab sekretaris ayahnya.
"mbak bilangin sama ayah kalo ibu masuk rumah sakit dari tadi aku menghubunginya tapi gak bisa." danis menjawab sambil menahan air matanya karna bingung.
"baik mas segera saya sampaikan." sahut weni.
setelah itu tanpa pikir panjang danis berlari menuju gerbang sekolah.
"dan dan danis mau kemana?" teriak billy sambil mengikuti danis berlari.
"aku ijin pulang." sahut danis.
tak perlu sulit danis meminta ijin kepada guru piket di samping gerbang. setelah mendapat ijin danis berlari kejalan dan mencari taxi.
"dan kabarin aku kalo udah ketemu ibu." teriak billy dari dalam gerbang tanpa ada sahutan dari danis.
kantor ayah
"Wen metting selesai ini laporan harus segera kamu copy dan berikan ke divisi pemasaran." perintah ayah.
"baik pak." jawab sekretarinya itu.
"pak tadi ada telpon dari mas danis ibu masuk rumah sakit pak. mas danis menghubungi bapak tapi bapak tidak menjawab." ucap weni menyampaikan pesan danis.
"apaaaaa" teriakan ayah saat tau istri tercintanya dirumah sakit.
tanpa berbicara kepada sekretarisnya ayah kemudian berlari menuju parkiran dan masuk mobil. saat itu juga ayah menelpon danis .
"bagaimana ibu dan?" tanya ayah.
"aku belum sampai yah kita ketemu dirumah sakit."jawab danis.
danis sampai dirumah sakit dahulu. sesampainya danis berlari menuju resepsionis dan bertanya kepada petugas.
"dimana pasien yg pendarahan ya sus??" tanyanya.
"masih ditangani di UGD," sahut petugas itu.
ketika danis sedang menuju UGD ayahnya memanggil dari belakang.
"dan dimana ibumu?" teriak ayah.
"di UGD yah ayo kita kesana." sahut danis.
didepan UGD mbak ami sedang berjalan kekanan kekiri terlihat kepanikan.
"bapak, mas danis, ibu pak." sambil menangis mbak ami mengadu.
"ibu kenapa mbak??" tanya danis dan ayah bersamaan.
"ibu tiba-tiba pingsan dan pendarahan." jawab mbk ami.
ayah merasa bersalah sambil memukul dinding seraya berkata "apa kamu hamil sayang kenapa tidak memberitahuku."
danispun mengalihkan tatapan pada ayahnya sambil meletakkan tangannya diatas kepala ia merasa pilu dengan apa yang terjadi pada ibunya. kemudian mereka dikagetkan dengan pintu yang dibuka.
"suami pasien??" tanya dokter.
"iya saya dok," jawab ayah.
"sepertinya anda kehilangan." dokter berkata.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments