🌸
🌸
" Jangan terlalu berharap dulu, belum tentu kan aku mau menikah dengan kamu." Kata Viona ketus.
Reno tertawa kecil, sikap ketus dan dingin wanita cantik itu sungguh membuatnya tertarik.
"Ya ... " Tak banyak kata yang di ucapkan oleh Reno selebihnya hanya dia gunakan untuk terus mengagumi sosok cantik yang ada di depannya.
"Viona memalingkan wajah dengan kesal, dia tahu sedari tadi pria itu terua mengamati dirinya.
"Hemm, Vio ... aku harus panggil apa nih sama kamu?"
"Terserah saja," kata Viona ketus, dan di mata Reno sikapnya yang ketus dan jutek itu, justru menambah kadar kecantikannya.
"Boleh minta nomer ponsel kamu?" Tanya Reno hati-hati.
"Buat apa?" Viona menatap penuh selidik ke wajah tampan pria di depannya itu.
"Buat apa ya? Hemm, mungkin kalau kamu sudah memutuskan mau menerima aku atau tidak, bukankah butuh nomer ponsel aku?" Kata Reno seraya tersenyum.
Viona mengulurkan ponsel yang baru saja dia ambil dari dalam tas slempangnya, wajahnya terlihat seperti tidak ikhlas untuk memberi nomer ponselnya kepada Reno.
"Terima kasih." Reno langsung saja mengetikkan sederet angka ke layar ponsel Viona, setelah itu dia men- dial nomer yang baru doa tulis, dan akhirnya nomer ponsel Viona bisa masuk ke dalam ponselnya.
Reno mengembalikan lagi ponsel dengan warna gold itu kepada si empunya. Bersamaan dengan itu pelayan datang dan mengantar pesanan mereka.
"Selamat makan mbak, mas," kata mbak pelayan sebelum dia meninggalkan pasangan itu.
"Terima kasih, mbak." Reno yang menjawab, karena Viona bersikap tak acuh, wanita itu langsung saja menyantap nasi gorengnya dengan lahap.
"Selamat makan, Vio."
"Hemm."
Pria tampan itu mengulas senyum tipis, kemudian dia juga segera menyantap makanannya tanpa banyak bicara lagi.
Keduanya menikmati makanan masing-masing dengan keheningan yang menyelimutinya, Viona juga tidak mengeluarkan suara sedikitpun, dia terlihat begitu menikmati makanannya.
"Makanannya enak?" Tanya Reno penasaran.
"Lumayan, cukup cocok di lidah aku."
"Apa kamu bisa masak?" Reno bertanya lagi, dia menggeser piringnya yang sudah kosong ke pinggir, dan berganti menikmati jus jeruk pesanannya tadi.
"Bisa."
"Oh ya, bisa masak apa saja?" Tanya Reno dengan wajah berbinar.
"Masak air."
Reno tergelak, mendengar jawaban yang keluar dari bibir berwarna merah itu membuatnya tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya.
Lagipula, wanita karir sekelas Viona, mana mungkin juga mau bersusah payah di dapur, di zaman seperti ini, sosok asisten rumah tangga tentu saja lebih di butuhkan.
"Kenapa tertawa?" Tanya Viona, dia juga sudah menghabiskan nasi gorengnya, saat ini dia tengah mengaduk jus jeruknya menggunakan sedotan yang berwarna putih.
"Nggak pa-pa." Reno tersenyum.
"Jangan pernah berharap aku mau masuk ke dapur, jika ingin menikah dengan aku."
"Tidak masalah, untuk sementara aku yang akan memasak untuk kita."
"Hey, bukankah sudah aku bilang, jangan terlalu berharap dulu, aku harus memikirkan dulu."
"Iya, aku mengerti. Tapi, jangan lama-lama, aku beri kamu waktu 24 jam dari sekarang."
"Apa-apaan kamu, 24 jam tidak cukup untuk memikirkan semuanya, ini menyangkut masa depanku lho, tidak bisa sembarang memutuskan." Mata bulat itu membelalak, membuat Reno bertambah gemas saja.
"Mau memikirkan apa lagi, yang penting kita berdua ada niat, selebihnya biarkan mengalir seperti air."
"Tidak bisa, aku butuh waktu, mungkin satu minggu, jika sudah ada jawaban, aku akan menghubungi kamu." Viona berdiri," karena pembicaraan ini sudah cukup, aku permisi pulang dulu."
"Tidak mau aku antar?" Tanya Reno, dia juga sudah ikut berdiri.
"Aku bawa mobil sendiri, makanan ini ... kamu yang bayar kan?"
"Tentu saja ..."
"Ok, aku pergi dulu." Viona berbalik dan mulai melangkah, hingga teriakan dari Reno membuatnya harus menoleh lagi.
"Dek ..." Teriak Reno entah mengapa dia ingin memanggil wanita cantik itu dengan panggilan 'dek' bukankah terdengar manis.
"Apa lagi?" Viona menghentikan langkahnya, dan sedikit menoleh.
"Hati-hati, tolong hubungi aku bila sudah sampai di rumah." Reno mengusap tengkuknya malu.
Viona memutar kedua bola matanya, dia merasa Reno adalah tipe pria yang posesif, belum jadi suami juga sudah ingin ini itu.
Tanpa menjawab, Viona bergegas melangkah meninggalkan tempat itu, dan Reno terus saja memandang Viona, hingga hilang dari pandangannya.
*
*
"Bagaimana tadi, lancar kan?" Sang Mama, Mela langsung saja meng- interogasi, begitu putri semata wayangnya muncul dari luar.
"Aduh, Ma. Biarkan aku duduk dulu kenapa? Baru saja datang, sudah di interview," kata Viona agak kesal. Memang yang begitu ngotot menjodohkan dia adalah sang Mama. Entah apa yang Mamanya lihat, dari sosok Reno ganteng sih, tapi kan miskin.
Viona Menghempaskan bokongnya, di sebelah Mela, yang sedang menonton acara infotainment di layar televisi.
"Tampan kan?" Mela memiringkan tubuhnya, hingga bisa berhadapan dengan sang putri.
"Lumayan, masih tampan Alex."
Mela melotot, cukup kesal ketika mendengar bama Alex di sebut, dia adalah mantan pacar putrinya, yang beberapa bulan yang lalu memutuskan jalinan asmara mereka, alasannya bosan dengan Viona yang terkesan pasif dan dan dingin.
Alex mengkhianati Viona, dan yang terakhir Viona dengar, pacar Alex yang sekarang sudah hamil, entah mereka menikah atau tidak.
"Jangan mencari pria hanya karena tampang saja."
"Bukannya Mama tadi tanya, ganteng apa enggak?" Viona melirik Mela sekilas, wanita itu menyandarkan punggungnya ke belakang.
"Iya ... Ya." Mela terkekeh, dia mencubit hidung mancung putrinya dengan gemas.
"Jadi, bagaimana? Cocok kan, Mama tahu seperti apa sosok Reno, dia pria yang bertanggung jawab, reputasinya juga tidak buruk."
"Mama kok tahu banget ya tentang pria itu?" Tanya Viona agak sinis.
"Iya dong, Mama sudah mencari tahu ke sumber yang bisa di percaya." Mela terkekeh lagi.wanita cantik yang berusia mendekati paruh baya itu masih terlihat cantik dan muda.
"Huh ... Kenapa nggak Mama saja yang pacarin dia?"
"Huss, papa mau di taruh di mana?" Mata Mela sontak melotot.
"Lagian, umur Vio juga masih 25 Ma, kenapa buru-buru nyari menantu sih?"
"Laki-laki semakin banyak usia, semakin bagus dan matang, kalau perempuan, umur sudah mendekati kadaluarsa, pasti sulit cari jodoh."
"Dih, masih muda Vio Ma, belum ada 30 tahun, santai saja Ma."
"Tidak bisa, kali ini kamu harus menurut sama Mama, kamu tidak akan menyesal bila menikah dengan Reno," kata Mela, kali ini wanita cantik berambut ikal sebahu itu terlihat serius.
"Vio butuh waktu buat berpikir, Ma."
"Iya, tapi jangan lama-lama, kamu sudah 25 tahun, teman kamu juga banyak yang sudah punya anak." Mela terus saja bicara, membuat Viona semakin kesal.
"Memang jodoh manusia itu bisa kita tentukan Ma, bagi Vio, menikah itu sekali seumur hidup, jadi perlu pemikiran yang matang," kata Viona.
"Mikir apa lagi sih? Apa karena Reno cuma seorang montir?" Tanya Mela sedikit kesal.
"Salah satunya, masak penghasilan aku lebih besar dari dia sih Ma."
"Itu masalah gampang, biar nanti Reno ikut kerja sama Papa." Rendra papa dari Viona punya usaha bengkel besar, karena Viona anak tunggal, otomatis usaha sang papa nanti pasti jatuh juga ke tangan dia.
Viona sendiri tentu saja lebih memilih usahanya sendiri, butik yang dia bangun dari nol, hingga saat ini yang beromset ratusan juta rupiah setiap bulannya.
"Vio pikir-pikir dulu Ma, ya udah. Vio masuk dulu," kata Viona seraya beranjak dari duduknya, dia bergegas menuju ke lantai atas, di mana kamarnya berada.
"Papa belum pulang, Ma?" tanya Viona, begitu dia sampai di tengah-tengah tangga.
"Belum, nggak tahu, mungkin masih memeriksa laporan keuangan bengkel, " kata Mela, setengah berteriak.
"Oh, begitu Ma?"
"Ya, kamu makan malam lagi nggak?" Mela bertanya balik.
"Nggak Ma, sudah kenyang, langsung tidur kayaknya.
"Ok."
Viona langsung saja menghempaskan tubuhnya ke ranjang besar miliknya, kedua matanya terpejam, hingga suara notifikasi ponselnya berbunyi, memaksanya untuk membuka mata lagi.
Jemari lentiknya menyusup ke dalam tas yang tadi dia bawa keluar, dan meraih ponselnya, dan pesan dari nomer yang belum terdaftar. Dahi wanita itu berkerut, dalam hati bertanya, nomer siapa gerangan.
"Sudah sampai rumah belum, Dek?" Bunyi pesan yang sudah dia buka.
Viona memutar kedua mata, saat melihat foto profil sang pengirim pesan, siapa lagi kalau bukan Reno.
"Sudah." Viona menjawab dengan singkat dan padat.
"Alhamdulilah, aku cemas karena kamu tidak kunjung kirim pesan." Begitu kata-kata yang di kirim oleh Reno.
"Aku lupa!" Lagi-lagi balasan Viona begitu singkat dan terkesan ketus.
"Ya sudah, selamat tidur ya, jangan lupa gosok gigi dan cuci kaki sebelum tidur,"
"What!"
Bersambung...
🌸
🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Tati Rosyati
makin seru ceritanya... semangatt terus thor...
2023-08-19
0
Nna Rina 💖
typo nama.. sering tertulis abizard
2022-04-16
2