Transmigrasi menjadi Putri Abu

Transmigrasi menjadi Putri Abu

Vyolla

"Haish! Lo kenapa lemah banget sih Put? Kesel banget gue lama-lama sama lo!" teriak Vyolla, seorang gadis berparas cantik dengan rambut hitam pekat yang sengaja ia cepol asal. "Mau berhenti... penasaran. Tapi kalau dibaca terus, malah bikin emosi. Ck, bener-bener gedek banget gue sama lo Put, hobi kok ditindas, parah!"

Gadis berlesung pipi itu tak pernah berhenti memberikan komentar pedas kepada sang protagonis wanita yang novelnya tengah ia baca. Vyolla teramat gemas dengan karakter Putri yang selalu dengan sukarela menerima penindasan dari orang-orang disekitarnya.

"Nggak, nggak bisa. Gue nyerah baca novel yang protagonisnya lemah maksimal kaya gini. Gue butuh spoiler." Dan untuk saat ini, Vyolla akhirnya menyerah. Ia memilih tidur cepat, sebab tak sabar ingin mendapatkan spoiler dari orang yang telah meracuni novel tersebut, esok hari.

"Mbak Iraaaaaaa!" Vyolla berteriak ketika melihat Mbak Ira sedang berjalan menuju lift.

Tapi, bukan hanya Mbak Ira saja yang melihat kearah Vyolla, semua orang yang berada di lobby kantor pun kompak menengok ke arah sumber suara yang berbunyi nyaring itu.

"Ini kantor, bukan hutan," ucap seorang pria dengan suara bariton yang familiar ditelinga Vyolla.

Mendengar suara pria tersebut membuat mata Vyolla seketika membulat. Saliva yang ada di mulut pun ditelannya dengan kasar. Dia berbalik sambil cengengesan menahan rasa malu dan canggung yang mendera.

"Eh ada Pak Agiyassa, selamat pagi Pak. Heh-he," sapa Vyolla kikuk.

Ya, pria yang mengomentari teriakan Vyolla adalah Agiyassa. CEO tampan berkharisma, yang bisa membuat setiap orang yang melihatnya begitu terpana dan terpesona, terkecuali Vyolla. Sebab menurut Vyolla, sikap angkuh dan galak yang melekat di diri Agiyassa, mampu menutupi ketampanan serta kelebihannya dengan sempurna.

Karena postur tinggi mereka yang cukup jauh, maka Agiyassa yang mempunyai tinggi 181cm pun melihat Vyolla yang hanya 159cm dengan sedikit menunduk.

"Saya heran sama kamu. Badan kamu mungil gini tapi kok suaranya bisa ngalahin toa masjid ya?" Dengan perlahan Agiyassa sengaja mencondongkan badannya, karena ingin membisikkan sesuatu kepada Vyolla. "Jika kedepannya saya masih mendengar suara teriakan kamu di area kantor, siap-siap saja nilai magang kamu bakalan saya kasih D."

Bisikan suara dari Agiyassa yang menggelitik, membuat telinga Vyolla menjadi merah. Dan Agiyassa yang melihatnya, tanpa sadar langsung mengusap-usap lembut telinga dari gadis berwajah oval itu.

Manik mata dari keduanya kini beradu. Agiyassa melihat sepasang mata sayu berwarna hitam dari Vyolla, yang terasa begitu teduh dan memabukkan.

"Apaan sih Pak," ketus Vyolla sembari menepis tangan Agiyassa yang masih setia bertengger di indera pendengarannya.

"Saya?" Agiyassa menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, agar ia punya sedikit waktu untuk menenangkan kembali pikirannya.

"Iyalah Bapak, siapa lagi orang disini yang mengusap-usap telinga saya."

"Ternyata kamu orang yang mempunyai tingkat ke PD an yang tinggi, yah?"

Vyolla mengernyitkan dahi tanda tak mengerti, apa maksud dari ucapan Agiyassa.

"Bukan mengusap, tapi menjewer."

Agiyassa berlalu pergi meninggalkan Vyolla yang tercengang tak percaya. Ia sungguh tak habis pikir, bisa-bisanya Agiyassa bilang jika itu adalah sebuah jeweran. Padahal jelas-jelas Vyolla merasakan bahwa Agiyassa benar-benar mengusap telinganya dengan lembut dan juga halus.

"Heh, sejak kapan kamu deket sama Agiyassa?" tanya Mbak Ira, asisten pribadi Agiyassa sekaligus pembimbing magang Vyolla.

Vyolla yang langsung tersadar dari bengong nya, hanya menjawab pertanyaan Mbak Ira dengan singkat, "ngaco."

...****************...

"Sini lo." Marsha menarik kasar tangan Vyolla yang hendak pergi ke kamar mandi. Ia lantas membawa Vyolla masuk ke dalam ruangan arsip.

Bughh

Badan Vyolla didorong Marsha keras ke lemari kabinet besi. Tak terima mendapat serangan yang tiba-tiba, Vyolla langsung membalasnya dengan melakukan hal serupa.

Marsha yang merasakan sakit di bagian punggungnya, menjadi semakin marah. Ia lantas melampiaskan kemarahannya itu dengan menampar pipi kiri Vyolla. "An*jing lo! Lo berani sama gue hah? Lo itu cuma anak magang, nggak usah sok sok an deh!" seru Marsha menunjuk-nunjuk muka Vyolla.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Vyolla menangkap jari telunjuk Marsha, dan memelintirnya dengan kuat hingga Marsha mengaduh kesakitan. "Terus, emang kalau gue anak magang, gue harus takut gitu sama lo yang cuma pegawai KON-TRAK." Vyolla sengaja menekankan kata kontrak nya.

Marsha berusaha melepaskan jari telunjuk yang masih di pelintir Vyolla.

"Kenapa, sakit?" tanya Vyolla dengan nada psychopath.

"Eush, lepasin be*go!"

Vyolla menampar pipi kanan Marsha, "ingat yah, gue orangnya dendaman. Kalau lo ngelakuin A sama gue, gue akan ngebalas lo dengan ngelakuin A juga."

"BACCOT!" Marsha sekuat tenaga menjambak rambut Vyolla yang terurai dengan bebasnya.

"Aw!" Vyolla yang mempunyai teknik dasar penyerangan balik di pelatihan karate, langsung mengambil gerakan berbalik setengah badan sambil mengangkat kaki kirinya hingga menyentuh badan Marsha.

Marsha pun jatuh. Vyolla dengan sigap duduk di atas badan Marsha dan tak lupa memegang erat kedua tangan Marsha. "Lo kenapa sih!" bentak Vyolla.

"Heuh, lo nanya gue kenapa?!"

"Iyah! Lo kenapa!"

"Lo yang kenapa! Ngapain lo tadi pagi tebar pesona sama Si Agiyassa, hah! Nggak usah sok kecantikan deh."

Vyolla mengernyitkan dahi. Ia tak menyangka bahwa dirinya bisa mengalami hal seperti ini hanya gara-gara kejadian tadi pagi. "Nih ya Sha. Yang pertama, gue nggak pernah tebar pesona sama dia. Yang kedua, ngapain juga gue tebar pesona sama pacar gue sendiri, aneh. Yang terakhir dan yang paling penting, gue bukannya sok cantik, tapi gue emang beneran cantik."

Vyolla berdiri. Ia melihat Marsha yang begitu pucat setelah mendengar pernyataannya barusan. "Kalau lo naksir sama dia, mending mundur deh, dia udah jadi milik gue," ujar Vyolla sebelum benar-benar keluar dari ruangan tersebut

Marsha masih diam terpaku. Kaget dengan apa yang baru saja Vyolla utarakan.

"Huh....huh," deru napas Vyolla tersengal. Dia lantas membasuh wajahnya menggunakan air kran yang ada di wastafel kamar mandi.

Dengan wajah yang masih basah, ia melihat pantulan dirinya di cermin, "lo ngapain bilang kalau Pak Agiyassa itu milik lo sih Vyo! Be*go banget! Gimana kalau dia tahu gue cuma asal ngomong aja. Duhhh mampus pasti!"

Tak berapa lama dari dumelan yang Vyolla utarakan, pintu toilet yang ada di belakangnya perlahan terbuka. Betapa kagetnya ia, ketika melihat Agiyassa lah yang keluar dari pintu toilet tersebut.

Agiyassa berjalan menghampiri Vyolla dengan santai, dan lalu membasuh tangannya di kran yang sedang dipakai 'wanitanya'. "Lain kali, sebelum bicara itu cari tahu dulu, ruangannya kosong atau enggak. Oke pacar?"

Agiyassa mencubit kedua pipi Vyolla dengan tangannya yang masih basah. "Dan satu lagi. Jangan sampai salah masuk toilet lagi yah pacar, nanti pacarmu ini marah loh karena mikirin yang aneh-aneh," sambung Agiyassa seraya tersenyum tengil.

Agiyassa pergi, Vyolla masih membatu.

"Argh! Sial!" teriak Vyolla setelah melihat papan toilet yang menunjukkan bahwa toilet yang dia masuki adalah toilet pria.

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘

2022-08-30

2

Imarin

Imarin

Salam kenal kak..
aku mampir ya baca, like dan coment. Mampir juga baca novel q yuk..

2022-07-11

0

ZaeV92

ZaeV92

Hadir kak🤗🤗

2022-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!