Setelah insiden memalukan di toilet minggu kemarin, Vyolla benar-benar enggan berpapasan dengan Agiyassa. Lahir batinnya belum siap jika Agiyassa kembali mempermainkan dirinya dengan panggilan pacar. Namun, kenyataan tak selamanya sesuai dengan yang kita harapkan. Pada akhirnya mau tidak mau Vyolla tetap harus berhadapan dengan Agiyassa.
Tok..tok..tok
Gadis itu mengetuk pintu ruangan Agiyassa.
"Masuk."
Tangannya seketika gemetar, tatkala mendengar suara Agiyassa yang memintanya untuk masuk. Ia berusaha menahan getaran pada nampannya agar tidak terjatuh. Vyolla mengatur napasnya untuk mengurangi rasa gugupnya. Dengan perlahan Vyolla membuka pintu ruangan tersebut. Dan dia merasa sedikit lega ketika mendapati Agiyassa tengah sibuk bekerja hingga tak menyadari kedatangannya.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Vyolla bergegas pergi tanpa suara begitu selesai meletakkan kopi di atas meja kerja pria itu.
"Ira ke mana?" tanya Agiyassa tepat saat Vyolla sudah berdiri di ambang pintu ruangan yang sedikit lagi akan berhasil keluar dari sana.
Vyolla mendesah pasrah. Ia membalikkan badannya agar menghadap ke arah Agiyassa. "Mbak Ira izin pulang duluan Pak."
Agiyassa menutup dokumennya dan fokus melihat wajah Vyolla.
'Sial, padahal dia nggak ngeliat ke arah gue, tapi kok bisa tau kalau gue itu bukan Mbak Ira,' ujar Vyolla dalam hati.
"Harum parfum kalian beda, jadi saya bisa tahu kalau kamu itu bukan Ira."
Vyolla melongo. Matanya yang sayu kini ia paksa bulatkan. 'Kok dia bisa tahu yang gue ucapin dalam hati? Wah curiga dia turunan iblis nih. Sifat dan kelakuannya kan iblis banget,'
"Saya turunan cenayang, jadi saya saranin kamu jangan merutuki saya dalam hati. Percuma, pasti saya bakalan tahu."
Vyolla menelan ludahnya dengan kasar. 'Masa sih?'
"Benar dong pacar, ngapain juga saya bohong."
Mata Vyolla mendelik tajam. Dia kesal mendengar kata pacar yang dilontarkan Agiyassa. "Pak please, stop manggil saya pacar!" ketus Vyolla sambil berlalu pergi dari ruangan Agiyassa.
"Nggak perlu bisa baca pikiran untuk mengetahui isi hati kamu, Vyo. Ekspresi wajah kamu memberitahu semuanya," ucap Agiyassa ketika Vyolla sudah keluar dari ruangannya.
Agiyassa hanya tersenyum tipis tatkala mendapatkan perlakuan yang cukup asing dari seorang wanita. Karena selama ini, para wanita akan memberikan sikap termanis mereka hanya untuk mendapatkan perhatiannya. Vyolla justru selalu ketus bahkan marah ketika dirinya memanggil pacar, satu hal yang sangat diidam-idamkan banyak wanita
Setelah kembali ke meja kerja Ira, Vyolla berusaha kembali fokus untuk mengerjakan tugasnya agar cepat selesai.
"Send. Done."
Jarum jam menunjukkan pukul 9:30 malam. Vyolla memutuskan untuk menyimpan motornya di kantor dan pulang menggunakan ojek online agar bisa lebih safe di jalan.
"Pamit dulu nggak yah?" tanya Vyolla ke diri sendiri. "Ah langsung balik aja deh. Gue masih kesel sama dia."
Vyolla pergi, dan tak berapa lama Agiyassa keluar dari ruangannya.
"Loh, dia udah pulang?" Agiyassa setengah berlari untuk mengejar Vyolla. Dia khawatir jika Vyolla pulang sendirian.
Sesampainya di parkiran, ia melihat motor Vyolla masih terparkir rapih di sana. Agiyassa lalu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Vyolla, tapi nihil. Akhirnya Agiyassa memutuskan untuk bertanya kepada security.
"Oh Ibu Vyolla barusan pulang naik ojek online Pak. Baru pergi banget Pak, sekitar 3 menitan lah."
Jawaban security tersebut membuat Agiyassa panik. Ia segera kembali ke parkiran dan langsung melajukan mobilnya dengan kencang agar bisa menyusul Vyolla.
Berbeda dengan Agiyassa yang panik, Vyolla malah santai membaca novel yang membuat dia penasaran sekaligus darah tinggi. Ya, Vyolla memutuskan kembali membacanya karena Ira telah memberikan spoiler bahwa novel tersebut mempunyai akhir yang happy ending.
"Busset, udah 6 bab gue baca dan lo masih jadi upik abu, Put?" monolog Vyolla dengan suara pelan. "Andai gue punya keahlian untuk masuk dalam novel, gue pasti bakal bantuin lo Put. Biar lo bisa jadi protagonis wanita yang kuat, nggak menye-menye, dan yang paling utama, nggak gampang ditindas."
Vyolla yang terlalu fokus membaca novel, tak sadar jika sesuatu telah terjadi menimpa dirinya
BRUGGGG
Dentuman keras yang dihasilkan dari tubrukan mobil dan motor yang Vyolla naikin membuat orang-orang yang di sekitar kejadian tersebut kaget. Vyolla terpental cukup jauh dari titik tabrakan. Dan dia langsung tak sadarkan diri.
"Kamu bos galaknya Vyo?" tanya bunda ketika melihat ada Agiyassa yang tengah duduk di depan ruang IGD.
"Sstt Bun," ayah memberi isyarat agar bunda diam.
Agiyassa tersenyum. Ia mencium tangan ayah dan bunda Vyolla.
"Pemeriksaannya belum selesai?" tanya ayah kepada Agiyassa.
"Belum Om," jawab Agiyassa pelan.
"Kamu kenapa bisa tahu kalau Vyo kecelakaan?"
"Saya tidak sengaja melihat Vyolla tertabrak Tan, jadi saya langsung bawa dia kesini."
"Kenapa lo gak anterin dia balik, hah? Lo yang nyuruh dia lembur kan?" kali ini Varel, adik Vyolla yang angkat bicara.
"Saya nggak tahu jika Vyolla yang lembur, karena yang saya suruh untuk lembur itu Ira, bukan Vyolla. Dan tadi pun saya berencana untuk mengantarkan Vyolla pulang, tapi dia nggak pamit. Jadi saya nggak tahu kalau dia sudah pulang duluan," jawab Agiyassa padat dan jelas.
"Oh seperti itu. Terimakasih yah, kamu sudah membawa Vyolla ke sini," ayah menepuk pelan bahu Agiyassa.
Setelah menunggu satu setengah jam, akhirnya pintu ruangan IGD terbuka. Dokter keluar dengan masker yang masih digunakannya, sehingga semua orang tak bisa melihat ekspresi yang ditunjukkan dokter kepada mereka. "Tidak ada luka dalam serius yang dialami oleh pasien. Tapi karena benturan cukup keras yang membuat cidera kepala dan trauma yang dirasakannya, jadi dia tidak bisa segera bangun untuk sementara waktu."
...****************...
"Hey, heyy," ucap seorang wanita berusaha membangunkan Vyolla untuk bangun.
Mata Vyolla sedikit demi sedikit terbuka. "Hah, perasaan gue tadi lagi naik motor deh, tapi kok sekarang tiba-tiba ada di Afrika ya?" tanya Vyolla bingung ketika melihat di sekitarannya hanya sebuah hamparan rumput yang luas.
Wanita yang membangunkan Vyolla itu tertawa. Ia tak habis pikir, kenapa negara Afrika yang terlontar dari mulut Vyolla.
"Lo siapa?" tanya Vyolla kepada wanita yang telah iseng membangunkannya.
"Mmm, sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, Vyolla."
"Minta maaf? Buat apa?" Vyolla semakin bingung. "Lo siapa sih? Perasaan gue nggak kenal sama lo deh, tapi kok lo bisa tau nama gue?"
"Mm..Mmm, maaf. Maaf, karena aku yang nggak sengaja nabrak kamu kemarin malam."
Vyolla mengerenyitkan dahi. Bola matanya mengarah ke kanan atas tanda sedang mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada dirinya. "Oiyah, gue ingat sekarang!"
"Maafin aku yah," wanita itu tertunduk takut karena aura marah yang sangat terasa dikeluarkan oleh Vyolla.
"Maaf, maaf, lo gila apa, nyetir sampai bikin orang lain celaka! Kalau lo nggak bisa nyetir, ya nggak usah nyetir dong!" Vyolla emosi. Ingin rasanya ia memakan wanita yang ada didepannya itu sekarang. "Dan..dan..dannn, apa gue udah mati? Apa ini yang namanya alam barzah?"
Vyolla melihat sekeliling sambil ketakutan. Ternyata pikirannya tentang dia yang ada di Afrika itu salah. "Yaa Allah, saya belum sempat taubat nasuha! Saya juga belum sempat baca syahadat di saat terakhir saya hidup! Hiks..hiks, gak mau masuk neraka......." Vyolla menangis lirih.
"Hey heyy, tenang."
"Tunang, tenang, tunang, tenang! Ini semua gara-gara lo ya! Kalau gue masuk neraka, lo juga harus ikut. Lo harus mengambil alih siksaan buat gue entar!"
"Kita belum mati."
Vyolla diam. Ia menatap mata wanita itu dengan intens.
"Iyah, kita cuma koma doang, belum mati."
"Hah, koma lo bilang cuma? What the fak! Koma itu pertarungan hidup dan mati coy!"
"Hiks, maaf. Maaf, aku beneran nggak sengaja."
Tangis memilukan dari wanitu itu, membuat Vyolla sedikit meredakan emosinya. "Yaudah lah, gimana lagi, ini mungkin udah jadi takdir gue."
Wanita itu melihat mata Vyolla dengan nanar. Sorot matanya seakan-akan berkata bahwa ia sangat menyesal atas kejadian yang menimpa Vyolla.
Vyolla yang tak sanggup ditatap seperti itu akhirnya memilih untuk tiduran melihat ke arah langit yang begitu cerah. "Terus, lo kenapa bisa sampai nabrak orang? Mabok lo?"
Wanita tersebut duduk di sebelah Vyolla. "Aku stres."
Vyolla secepat kilat bergeser untuk menjauh dari wanita itu.
"Hey, bukan stres gila! Aku cuma stres karena komentar jelek yang terus aku terima terhadap novel yang baru aku rilis."
"Ohh, lo penulis novel?"
"Ya. Aku Cherry, penulis novel 'Putri?'."
Vyolla segera duduk. Ia menghadapkan badannya agar bisa bertatapan dengan Cherry. "Jadi lo, penulis novel yang bikin gue darah tinggi?!"
"Darah tinggi?" Cherry kaget saat Vyolla kembali menjadi mode galak.
"Iyah, darting! Lo kok bisa-bisanya nyiptain karakter protagonis wanita yang benar-benar lemah dan nggak bisa ngapa-ngapain kayak gitu!"
"Ya kan biar ada pria bak pangeran yang nolongin dia."
"Ya tapi nggak perlu selemah Si Putri itu juga kali! Gillaaaa! Udah tahu dia itu bener, tapi tetep aja ngalah dan mau disiksa terus-terusan. Nerima nerima aja lagi pas ditindas semua orang disekitarnya. Heran!" seru Vyolla meluapkan kekesalannya terhadap karakter Putri. Dia seketika lupa tentang masalah koma yang sedang dihadapinya.
"Aku cuma terinspirasi dari cerita si upik abu."
Vyolla diam.
"Aku cuma pengen kalau Bagas bener-bener menjadi hero-nya Putri. Jadi aku bikin karakter Putri selemah mungkin," Cherry menghembuskan napas panjang. "Tapi aku nggak nyangka, ternyata banyak banget para pembaca yang nggak suka sama karakter dia."
Vyolla masih diam.
"Dan aku nggak ngerti, kenapa novel aku bisa best seller? Padahal kan komentar negatif nya banyak banget!"
"Hm. Mungkin karena mereka penasaran?"
Kali ini giliran Cherry yang diam. Ia menatap Vyolla dengan tatapan rasa ingin tahu yang menggebu.
"Iyah, penasaran. Penasaran pengen tahu kapan sih Si Putri bisa berubah. Tapi ternyata udah lebih dari setengah buku dibaca, tetep aja lemah. Kecewa." Vyolla tersenyum kecut karena dirinya termasuk kedalam salah satu orang yang kecewa dengan novel Cherry.
Tak ada tanggapan dari Cherry. Dia masih setia mendengarkan pemikiran Vyolla. "Mungkin kalau lo setting dunianya di jaman dulu, masih bisa diterima lah yah karakter Si Putri itu. Tapi masalahnya lo setting dunianya di dunia modern, dan lo targetin pasarnya buat usia 15-24 tahun yang rata-rata umur segitu tuh sukanya sama karakter cewek yang nggak klemar-klemer kayak Si Putri." sambung Vyolla.
Vyolla melihat ke arah Cherry yang bagaikan patung, diam tak bergerak. Ia berpikir bahwa Cherry sudah tersinggung dan sedih dengan ucapan yang ia lontarkan. "Tapi cerita yang lo bikin bagus kok. Alurnya menarik. Cob-ba aja kalau karakter Si Putri ada perubahan misalnya di tengah sampai akhir novel kek, pasti bakal epic banget novel lo."
Cherry tersenyum penuh arti setelah mendengar kritik dan saran dari Vyolla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
ZaeV92
semangat Kakak 😘😘😘
2022-07-03
0
Husna_az
masih penasaran
2022-05-30
0
Zy Lin
saran aja kak, judul ceritanya dibikin awalan kapital. biar enak di bedain mana judul dan percakapan
2022-05-30
0