Jika kalian pernah menonton film Doraemon yang berjudul Doraemon: Nobita's Three Visionary Swordsmen (3 Pendekar Fantasi), berarti kalian tidak akan asing lagi dengan kehidupan baru yang akan Vyolla mulai.
Saat Nobita masuk ke dunia game ketika tidur, Vyolla masuk ke dunia novel ketika koma. Dan jika Nobita diawasi oleh Doraemon, Vyolla diawasi oleh Cherry, author novel tersebut.
Byuuurrrr
"Bangun heh, pemalesan banget kamu!" teriak ibu kejam yang membangunkan anaknya dengan air satu ember.
Vyolla marah. Ingin rasanya ia balik mengguyur ibu tersebut dengan air satu gentong. Tapi ia coba tahan, karena seperti yang dikatakan Cherry, di dalam bab 1 nya tidak boleh ada perubahan sama sekali.
Vyolla, gadis yang dipaksa masuk ke dalam tubuh protagonis wanita bernama Putri Larasati. Vyolla diminta Cherry untuk merubah Putri menjadi sosok berkarakter kuat dan pemberani.
Ibu yang telah mengguyur Vyolla tersebut adalah ibu tiri Putri. Ibu tiri kejam itu telah menikah dengan ayahnya ketika Putri masih kecil. Dan mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang sama kejamnya, bernama Lani.
Putri yang merasa hutang budi kepada ibunya itu pun akhirnya tidak pernah melawan saat ibunya melakukan hal yang semena-mena kepadanya.
'Sialll, gue harus so legowo nih ngadepin nenek sihir!' jiwa Vyolla frustasi
"M-me-ma-af Bu, Putri terlambat bangun," jawab Putri sambil menggigil kedinginan.
"Kenapa telat heuh, begadang nonton drama korea lagi? iyah?!"
Ibu melemparkan ember yang dipegangnya itu ke badan Putri.
"Shh, eng-enggak kok Bu. Putri cuma kecapean bekerja."
Ibu tidak percaya dengan jawaban Putri. Ibu lantas membawa paksa ponsel Putri.
"Cepet mandi! Terus beres-beres dan masak!"
Ibu pergi meninggalkan Putri yang tengah kedinginan.
"Anjir banget tuh nenek sihir!" Vyolla mengusap-usap paha Putri yang terkena ember terbang.
"Walaupun yang disiksa raganya Si Putri, tapi tetep aja yang ngerasain sakit nya gue. Kesel!"
Cherry datang sambil cengengesan.
"Ahhhh Cherry kuuu~."
Vyolla memeluk erat Cherry.
"Vyollaaaa! Basah ih!"
Cherry kabur dengan cara berganti tempat.
"Curang banget lo Cher. Huh!"
"Vyooo, Vyo. Kamu itu suka banget ngedumel yah."
Vyolla tak menjawab.
"Cieee ngambek."
"Yaiyalah ngambek, nih gara-gara lo nih gue jadi diguyur nenek sihir."
"Iyah, iyah, maaf. Sok sekarang kamu mau apa, nanti aku kasih deh."
"Heum, gitu dong. Hehe. Gue mau mandi air anget Cher, dingin banget nihhh."
"Siap nona." Cherry diam sejenak. "Oke. Air bak kamar mandinya sudah hamba rubah menjadi air hangat," Cherry sedikit membungkuk tanda hormat.
"Terimakasih banyak dayangku," jawab Vyolla sambil menurunkan badannya bak permaisuri.
"Oiyah satu lagi, tolong keringan kasur sama selimut Putri ya. Mmuahh."
Vyolla mencium pipi Cherry dan langsung berlari menuju kamar mandi.
"Putriiiii, cepetan masaknya, gue udah laper!" teriak Lani di meja makan.
"Gak sopan banget astogeeee adik tiri lo Put. Awas aja yah lo Lan, udah Bab 1 beres gue bakal ngajarin lo gimana caranya berperilaku baik sama yang lebih tua. Hah hah haaaa."
Vyolla memasak nasi goreng sambil mengomeli wajan yang ada di depannya.
"Sekarang gue masak nya normal, tapi nanti, heummmm, kalian pasti bakalan kapok nyobain masakan gue."
Setelah selesai masak, Vyolla langsung menyajikan hasil masakannya di meja makan.
"Eh ehhhh, mau ngapain!"
Ibu memberhentikan Putri yang akan duduk untuk bergabung makan bersama mereka berdua.
"Mau duduk Bu, mau makan," jawab Putri.
"Enak aja! Lo gak lihat apa nasi gorengnya cuma segini doang. Kalau lo ikutan makan, gue sama nyokap gak mungkin kenyang."
"Bener tuh kata adik kamu. Udah sana hus pergi kerja sana. Hus huss."
Putri pasrah. Ia kemudian pamit kerja kepada ibu.
"Hah hah hahhh, kalian pikir gue bodoh apa." Vyolla tertawa bagaikan preman di dalam cerita.
Sebelum naik angkot, Vyolla melipir dahulu ke taman komplek. Ia kemudian mengeluarkan tempat nasi dari dalam tasnya.
"Nyamm," Vyolla ternyata sudah memisahkan nasi goreng yang dia masak untuk dirinya sendiri.
...****************...
"Heuh, inhale~ exhale~, lo bisa tahan Vyo. Bab 1 sebentar lagi beres kok," ucap Vyolla menyemangati diri sendiri.
Vyolla sekarang sudah ada di depan hotel tempat Putri bekerja. Ia berjalan ke ruangannya dengan gontai.
"Kok telat sih lo!" ketus Nisa, teman seprofesi Putri.
"Iyah maaf, tadi macet." Putri menundukkan kepalanya.
'Nisa, Nisa, nyari gara-gara banget sih lo. Gimana ceritanya gue dibilang telat, ini aja gue dateng kecepetan 30 menit!' gerutu Vyolla dalam hati.
"Ini Bandung woi, bukan Jakarta," seru Meli saat mendengar alasan dari Putri.
"Cepet beresin nih kamar! Gue mau istirahat dulu sebelum jam absen pulang."
Nisa dan Meli rebahan di kamar hotel yang baru saja akan mereka rapihkan.
'Sekarang harusnya masih jam kerja kalian jancokkkkk!' lagi-lagi jiwa Vyolla ngedumel dan mengumpat.
Vyolla mulai melakukan pekerjaan sebagai housekeepingnya dengan bete. Ia merasa tak adil karena sekarang bukanlah jam kerjanya.
'Banyak banget orang yang nindas lo Putttt, Put. Sabar yah, mulai dari Bab 2, gue bakal balesin semua orang yang selalu nindas lo.'
"Yuk Mel, udah jam 8," ucap Nisa.
Nisa dan Meli bangun dari tempat tidur.
"Anjirrr!" teriak Vyolla refleks ketika melihat lantai yang baru saja dia pel kembali kotor oleh sepatu Nisa dan Meli.
Nisa dan Meli langsung melihat tajam kearah Putri. Mereka berdua dekatkan diri kepada Putri.
"Lo ngomong apa barusan?" tanya Nisa dengan suara pelan tapi menekan.
"Euhh, eumm, gak ngomong apa-apa kok Nis," jawab Putri.
Nisa mengangkat dagu Putri agar dirinya bisa melihat wajah Putri dengan jelas.
"Lo emang tahu, arti kata anjir yang lo omongin barusan?"
Jarak antara wajah Nisa dan Putri hanya tersisa beberapa senti saja. Dan itu membuat Putri tak nyaman. Putri akhirnya menundukkan kembali wajahnya karena takut jika bertatap muka langsung dengan Nisa.
"JAW-WAB!"
"Eung, eung, m-mm-maff," jawab Putri gelagapan.
"Putriiii, Putri. Gue nggak nyangka orang cupu kayak lo tau juga kata anjir. Hahah," Meli tertawa sarkas.
"Sekali lagi lo ngomong kayak gitu sama kita, habis lo!" Nisa menunjuk-nunjuk kuat kepala Putri.
Setelah puas menindas Putri, Nisa dan Meli akhirnya pergi. Tapi sebelum mereka pergi, mereka mengacak-acak sprei kasur di ruangan tersebut.
"Anjir lo Nisa! Ini kepala gue udah di fitrahin egebbb!"
Viola mengelus-elus kepala Putri.
"Eh bentar, tapi ini kan kepala lo ya Put. Harusnya sih gue gak marah. Tapi kan gue yang ngerasain ditoyornya. Tapi tetep aja kan yah ini kepala lo," Vyolla mendengus kesal. "Tauk ah pusing mikirin ginian mah. Cherrryyyyyyyy!"
"Apa sih Vyo teriak teriak gitu?" protes Cherry.
"Lihat, gara-gara si Putri yang lemah ini nih, kerjaan gue dari tadi jadi sia-sia."
Cherry melihat ke sekeliling ruangan kamar tersebut. Ia meringis merasa bersalah dengan Vyolla.
"Iyah, iyah, aku ngerti. Biar aku yang beresin semuanya."
"Tuh pinter, harusnya bikin karakter protagonis ceweknya juga lebih pinteran dikit sabi kali."
"Udah deh Vyo, jangan sarkas kaya gitu ih!"
"Hahahah, sorry sorry. Udah ini tinggal ketemu sama si Bagas doang kan?"
"Iyah, udah gitu kamu bisa lanjut ke Bab 2."
"Yessss!"
...***************...
Brugh
Putri dan Bagaskara Dwi Prawira (GM Hotel) tak sengaja bertubrukan.
"Maaf maaf, saya gak sengaja," ucap Bagas.
'Sorry Cher, gue ngerubah dikit alur ceritanya,' batin Vyolla dalam hati. Vyolla sengaja melepaskan kacamata tebalnya agar Bagas bisa melihat dirinya yang begitu cantik tanpa aksesoris malapetaka tersebut.
Bagas mengulurkan tangannya untuk membantu Putri berdiri.
Jika di cerita aslinya Putri malah lari kabur, sekarang Putri menerima uluran tangan Bagas.
"Gapapa Pak," jawab Putri lembut. "Makasih Pak."
Putri berani bertatapan dengan Bagas.
Bagas mengerutkan dahi, "Kamu pegawai baru yah?"
"Bukan Pak, bukan. Saya Putri, housekeeping senior di sini."
"Putri?" Bola mata Bagas mengarah ke arah kanan.
Putri memakai kembali kacamata Betty La Fea nya.
"Ohh, kamu Putri?!"
"Iyah Pak, perasaan tadi saya sudah bilang deh kalau saya Putri."
"Hehehe, maaf maaf, habisnya kamu beda banget ketika gak pakai kacamata."
Putri hanya tersenyum tipis sambil menunduk.
"Kalau gitu, saya permisi yah Pak. Mari."
Putri pergi, dan mata Bagas masih setia mengekori Putri.
"Ternyata aslinya kamu lebih cantik yah Put," seru Bagas dengan senyuman lebar di bibirnya.
Putri pergi ke kamar yang lain untuk kembali mengerjakan tugasnya.
Brakkk
"Astaghfirullah!" teriak Vyolla ketika buku yang ada di belakangnya tiba-tiba terjatuh.
"Cher, gak lucu Cher!" seru Vyolla kesal.
Vyolla mulai merinding ketika Cherry tak kunjung datang.
"Cherr?" Vyolla celingak-celinguk berharap Cherry muncul.
"Cher woyyyy!" Vyolla frustasi.
Vyolla berlari ke arah kasur dan langsung menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Njir lah, gue pikir hantu cuma ada di dunia nyata doang, taunya di dunia novel juga ada begini-beginian yah."
Mode ngedumel Vyolla ON. Ia terus berbicara ngalor ngidul tanpa henti.
"Astaghfirullah Yaa Allah, masa iyah tuh hantu bisa masuk juga ke sini sihhhhh."
Ketakutan Vyolla akhirnya sudah mencapai puncak. Ia merasakan ada yang sedang bernafas persis di belakang pundaknya.
"Astaghfirullah, kenapa doa ayat kursi aja jadi ngaco gini Vyollaaa!"
Vyolla merutuki dirinya sendiri ketika ia berkali-kali salah melafalkan ayat kursi.
"Oke, gue coba baca doa makan aja. Siapa tau kan itu hantu takut gue makan!"
"Ahahahhahhhaaa!"
Vyolla membatu, "Njir lah, kayanya ini hantu, hantu dewasa deh! Bukannya takut gue bacain doa makan, dia malah ketawa ngukuk."
Tak ada cara lain, Vyolla mencoba keluar dari selimut itu dengan perlahan.
Satu kaki berhasil keluar. Tak berapa lama tangannya pun berhasil lolos.
'Yes, sekarang tinggal setengah badan lagi dan wussshhh, gue bisa kabur,' batin Vyolla.
Vyolla mulai menggeser badannya sedikit demi sedikit, dan----
Greupp
Brugghhhh
Dugggg
"Kyaaaaaaaaaaa!"
Vyolla terjatuh karena kakinya yang masih ada di dalam selimut itu dipegang oleh "hantu" tersebut.
"Hantu sialann! Benjol nih pasti kepala gue!" gerutu Vyolla ketika kepalanya mengenai dipan kasur.
"Ahahah ahahahhha ahhhahhhh!"
"Kok suaranya kaya familiar yah?"
Vyolla memberanikan diri untuk melihat sosok "hantu" yang telah menjahilinya.
Saat melihat, mata Vyolla membelalak.
"Cherrryyyyyy! Awas lo yakkkkk!"
Vyolla membungkus Cherry dengan selimut. Ia kemudian bergegas duduk di atas Cherry.
"Ampun gak lo Cher, heuhhhh!"
"Hai Vyo, lagi ngapain?" tanya Cherry tepat di sebelah Vyolla.
Vyolla ngebug. Dia melihat ke dalam selimut yang ia dudukin, dan ternyata yang ada di dalamnya itu hanyalah sebuah guling.
"Curang lo Cher!" Vyolla ngambek. Ia menghampar selimutnya dengan kasar.
"Yeee, ngambek. Harusnya aku dong yang ngambek sama kamu."
"Kenapa?"
"Masih tanya kenapa, lagi. Kenapa kamu ingkar janji? Kan kita udah sepakat kalau Bab 1 gak boleh ada yang berubah sama sekali."
"Yaellahhh, cuma gitu doang. Lagian itu kan udah masuk part terakhir, jadi gak masalah."
"Masalah dong! Kalau Bagas udah lihat wajah Putri tanpa kacamata, kedepannya dia nggak akan mungkin kaget lagi saat melihat perubahan Putri."
"Percaya sama gue, dia pasti bakalan tetep kaget kok!"
"Gimana caranya?"
"Tadi kan si Bagas lihat wajah Si Putri tanpa polesan, ya kan? Nah selanjutnya gua udah berencana kalau misalnya si Putri harus make-up an. Biar lebih glowing aja gitu. Oke kan?"
Cherry diam untuk mencerna ucapan Vyolla.
"Oke. Pokoknya kalau misalkan pada akhirnya Bagas gak kaget sama perubahan Putri, kamu gak akan aku pulangin ke dunia nyata."
"Deal."
Vyolla merebahkan dirinya ke atas kasur.
"And now, please help me my author Cherry. Hehehe."
Cherry paham maksud kata-kata "help me" nya Vyolla. Ia pun lantas menggunakan kekuatannya untuk merapihkan kamar tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments