Seluruh kepala divisi dan pemegang saham tengah berkumpul di ruang rapat, menunggu dengan harap-harap cemas akan apa yang nantinya pimpinan sampaikan pada mereka
Mereka saling berbisik, menerka pembicaraan penting apa yang akan mereka dapatkan hari ini. Mengingat sudah beberapa bulan ini pimpinan mereka tidak pernah mengadakan pertemuan mendadak semacam ini.
Atmosfir seakan berubah menjadi sedikit menegangkan, saat tuan Max Jarvis selaku direktur utama perusahaan tersebut sudah ikut bergabung dengan mereka.
Tuan Max menatap wajah tertunduk di hadapannya satu persatu tanpa ada ucapan apapun yang keluar dari bibirnya
Hingga pandangan pria tua itu beralih pada Abbas, asisten sekaligus orang kepercayaannya yang sudah cukup lama mendampinginya
Saking lamanya, bahkan hanya dengan tatapan mata saja asistennya itu seakan mengerti dengan apa yang tuannya itu inginkan
"Tuan muda sedang dalam perjalanan kesini tuan," bisik Abbas yang hanya di balas oleh helaan nafas dari Tuannya
Keheningan terjadi di dalam ruangan rapat tersebut. Tiap orang terlihat sibuk dengan ponsel serta pikirannya sendiri
Hingga dari arah pintu, kemunculan seorang pemuda asing membuat perhatian mereka semua terarah kepadanya
"Perkenalkan putraku Mike Cavero Jarvis. Yang mulai hari ini akan menggantikan posisiku disini sebagai presiden direktur di Jarvis Company"
Kini lagi-lagi, pandangan semua orang tertuju pada pria muda tersebut. Pandangan yang seakan mempertanyakan kelayakan pria muda yang baru mereka temui itu dalam memimpin perusahaan yang besar ini
Desas desus tentang direktur yang memiliki seorang putra memang pernah terdengar, tapi karena selama ini putra yang di maksud tidak pernah terlihat maka orang-orang beranggapan bahwa itu hanya berita bohong saja
Tidak mereka sangka, kabar burung itu terbukti kebenarannya hari ini.
"Sudah waktunya yang tua di gantikan dengan yang lebih muda. Saat ini saya ingin menikmati masa tua saya dengan beristirahat dan berkumpul bersama keluarga di rumah." Ucap Max lagi demi meredam ketidaksukaan yang terlihat dari wajah mereka
Max menaruh harapan besar terhadap putranya, ia merasa sudah cukup waktu untuk Mike bermain-main dengan kebebasannya. Kini saatnya Mike kembali pada kenyataan serta tanggung jawabnya
"Untuk selanjutnya,saya berharap kalian semua bisa bekerjasama dengannya" Max lalu berdiri dari duduknya, kemudian melangkah keluar di ikuti oleh penghormatan dari para semua yang berada disana
Begitu lah tuan Max di kenal oleh semua orang. Sosok misterius yang tidak banyak bicara, dingin dan terkesan menakutkan.
"Terima kasih atas kehadiran kalian semua, saya berharap kedepannya kita bisa bekerjasama dengan baik." ucap Mike seraya menundukkan kepalanya kemudian ia pun keluar dari ruangan rapat itu mengikuti langkah papanya
Tapi satu hal yang tidak di ketahui oleh mereka semua yang ada disana,kalau ada sepasang mata yang mengiringi kepergian kedua ayah dan anak itu dengan raut wajah ketidaksukaannya
Mike berjalan masuk ke dalam ruangan kerja milik papanya, lalu menghempaskan tubuhnya di sebuah sofa yang ada disana
"Kenapa terlambat?" tanya Max pada putranya yang tengah sibuk dengan ponselnya
"Jalanan macet pa" alasan klasik yang selalu ia pakai untuk menjawab pertanyaan berulang dari papanya itu
"Berhenti bermain-main dengan semua wanita murahan itu" Mike terdiam, ia tentu sadar kalau selama ini papanya selalu mengetahui apa yang ia lakukan.
Akhirnya Mike memilih tidak menghiraukan perkataan papanya, dan sibuk memainkan ponselnya
"Berkencan dengan mereka, hanya akan membuat reputasi mu menjadi buruk,"
Pak Abbas yang mengetahui perubahan muka dari kedua tuannya itu memilih pergi dan memberikan waktu khusus untuk ayah dan anak itu
"Aku tidak berkencan dengan wanita-wanita itu" Mike merasa tidak perlu menjelaskan apapun karena ia yakin papanya sudah tau dengan pasti akan hal itu
"Tidak berkencan tapi tidur bersama…" sarkas Max membuat Mike menatap tajam kepadanya.
"Setidaknya aku tidak mengumbar cinta kepada banyak wanita, seperti yang papa lakukan" timpal Mike yang membuat papanya mengeratkan rahangnya menahan marah
Selama ini Mike mengira kematian ibunya akibat kesalahan yang papanya lakukan, membuat Mike menaruh rasa marah yang begitu besar terhadap papanya
Kemarahan itu mencapai puncaknya ketika papanya menikahi wanita yang saat ini menjadi istrinya, membuatnya mengambil keputusan besar dengan pergi meninggalkan rumah
"Jaga ucapan mu, Mike!"
"Tidak perlu marah seperti itu pa, aku hanya berkata yang sebenarnya."
Tuan Max menghela nafasnya, ada rasa sakit yang ia dengar dari tiap perkataan anaknya itu
"Usiamu sudah mapan untuk memiliki pasangan, papa akan mengenalkan mu dengan salah seorang anak kenalan papa" nada suara Max sedikit melembut
Apa lagi ini! pekik Mike dalam hati
Belum juga urusan perusahaan selesai, harus pula di tambah dengan urusan perjodohan yang akan membuat kepalanya seakan terbakar saking panasnya
"Cukup pa! aku akan memimpin perusahaan ini seperti keinginan papa, tapi aku mau papa berhenti mencampuri urusanku dan cukup urus hidup papa sendiri"
Mike pergi meninggalkan papanya begitu saja, ia harus mencari udara segar untuk menetralkan emosinya dan menjauh dari rengekan papanya yang terdengar seperti anak kecil itu
Max kembali menghela nafasnya, pembicaraan dengan putranya itu selalu saja berakhir dengan perdebatan.
Mungkin karena watak serta sikap keduanya yang sama kerasnya, membuat percikan api selalu saja mewarnai obrolan singkat mereka
Selama ini Max tidak pernah sekalipun mencampuri urusan anaknya, ia sengaja memberikan kebebasan pada putranya itu untuk melakukan apapun yang ia sukai
Hal itu ia lakukan sebagai bentuk kasih sayangnya yang selama ini tidak bisa ia tunjukkan secara langsung kepada Mike
Tapi sekeras apapun ia mencoba menunjukkan kasih sayangnya, Mike seakan tidak peduli bahkan Mike selalu menjalani hidup sebagai anak yang tidak memiliki orang tua lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments