"Tuan Muda Kecil,, kenapa Anda belum tidur?"
Pria setengah baya itu menghampiri putra majikannya yang sedang duduk di sofa ruang utama. Dengan di temani wanita berseragam yang berdiri di belakangnya. Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya, Daniel menoleh dan menatap pria tua yang duduk di sampingnya.
Daniel menggeleng "Daniel ingin menunggu, Papa." Balasnya "Oya Kakek Wang, boleh Daniel bertanya sesuatu padamu?" Daniel menatap wajah pria yang juga menatapnya itu dengan serius.
Paman Wang mengangguk tipis. "Tentu, memangnya apa yang ingin Tuan Muda tanyakan pada, Kakek?" Tanya pria paruh baya itu.
"Kakek Wang, apakah orang yang sudah meninggal akan menjadi salah satu bintang di Langit? Aku mendengar dari seorang Kakak cantik, jika seseorang yang telah tiada akan menjadi salah satu bintang di atas sana? Lalu, apakah Mama, Kakek dan Nenek juga menjadi bintang di atas sana?" Daniel berkata sendu, matanya yang bening menatap dalam manik tua seakan menuntut jawaban atas pertanyaannya.
"Siapa yang mengatakan itu pada, Tuan Muda Kecil."
"Kakak cantik yang sering menemani Daniel di taman, dan kakak cantik itu berkata jika orang yang telah tiada akan menjadi bintang di langit. Karena Mamanya juga sudah tiada, kakak cantik itu mengatakan jika dia sudah tidak memiliki mama lagi."
"Ibu kandungnya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dia hidup hanya dengan ayah, kedua kakak dan ibu tirinya." Tutur Daniel dengan begitu polos.
Kakek Wang tersenyum tipis, Ia mengusap pucuk kepala bocah berusia 6 tahun itu penuh sayang. "Ya cerita itu juga yang dulu pernah Kakek Wang dengar, saat Kakek masih kecil, ibu Kakek sering bercerita jika orang yang sudah tiada akan menjadi bintang di langit." Tutur Kakek Wang.
"Kakek, lalu apakah papa dan mama saling mencintai? Kenapa Daniel tidak melihat foto pernikahan mereka terpajang di kamar Papa? Kakek Wang, apakah mama Daniel cantik? Apakah Kakek Wang tau mama Daniel orang seperti apa?"
DEG ,, !
Kakek Wang tersentak. Ia tidak tau harus menjawab apa. Daniel memberinya pertanyaan yang membuatnya tidak berkutik sama sekali.
"Daniel, berhenti bertanya yang tidak-tidak pada Paman Wang. Ini sudah malam, sebaiknya kau segera tidur." Pinta seseorang dari arah pintu.
Paman Wang dan Daniel menoleh pada sumber suara, terlihat Ken berjalan memasuki ruangan."PAPA..." Daniel berlari dan berhambur kedalam pelukan Ayahnya. Ken mengangkat tubuh mungil Daniel dan membawanya kedalam gendongannya.
"Anak baik. Dengarkan Papa, Daniel kembali ke kamar Daniel sendiri, kemudian tidur."
Daniel menggeleng. "Malam ini Daniel ingin tidur bersama Papa saja." Ucapnya. Ken menghela nafas, dan mengangguk.
"Baiklah,"
-
Dentuman musik yang mengalun keras dan cahaya remang-remang menyambut kedatangan seorang dara jelita bersurai coklat terang yang baru saja menginjakkan kakinya di sana.
"Luna,"
Teriakan seseorang memanggil namanya mengalihkan perhatian gadis bermarga William itu. Ia melambaikan tangannya pada dua gadis dan satu pria yang duduk di salah satu ruangan yang ada di bar. Luna mengembangkan senyumnya, Ia berjalan menghampiri ketiganya.
"Kau terlambat lebih dari 30 menit nona William." Ucap salah satu dari kedua gadis tersebut, Sunny.
"Jika itu masalahnya, maka salahkan saja para Bodyguard sialan itu yang mencoba menghalangiku untuk pergi." Tanpa permisi Luna mengambil minuman yang ada di hadapan Seulgi dan meneguknya hingga tidak tersisa.
"YAKK ITU MINUMANKU!!" Protes Tiffany melihat minumannya di teguk habis oleh Luna.
"Pelit sekali kau ini, aku akan menggantinya dengan yang baru." Jawab Luna menimpali. Lalu pandangan Luna bergulir pada satu-satunya pria yang ada di ruangan itu."Joy, tumben malam ini kau jadi anak yang baik. Kemana perginya para kucing liar peliharaan mu itu?" Luna menatap Jonas penasaran.
"Jangan ungkit soal kucing liar, Jonas baru saja mendapatkan musibah besar dalam hidupnya. Kedua kucing liarnya di rebut paksa oleh saingannya, dia lebih beruang dan mampu memberikan kemewahan pada mereka berdua." Tutur Sunny menyahuti.
Luna menatap sahabatnya itu dan menghela napas berat. "Aku turut berduka untukmu, kau tidak perlu sedih. Pasti ada hikmah di balik semua ini. Dari pada murung dan sedih, bagaimana kalau kita berpesta? Kita nikmati malam ini, setuju tidak?!"
"SETUJU!!!"
-
Suara denting pada ponselnya mengalihkan perhatian Ken yang sedang menyelimuti Daniel. Pria itu beranjak dari posisinya, lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas meja.
Setelah membaca pesan tersebut, Ken meninggalkan kamarnya begitu saja. Bahkan ia tidak menghiraukan Daniel yang sedang tertidur pulas.
"Paman Wang, aku ada urusan sebentar. Aku titip, Daniel. Dia baru saja tidur. Jika sewaktu-waktu bangun dan mencariku, katakan saja jika aku ada urusan!!"
"Baik, Tuan Muda."
-
Dentuman musik terdengar memenuhi seluruh ruangan ini. Kelap-kelip lampu yang menyilaukan mata tidak sedikitpun menyurutkan niat manusia untuk tidak menghabiskan waktunya disini.
Bau alkohol tercium dengan sangat jelas di setiap penjuru tempat. Kepulan asap rokok pun pengganti oksigen di tempat ini.
Menemani lautan manusia yang menari dengan bebas, sembari memegang botol alkohol mereka. Tidak peduli jika sesekali mereka terdorong atau bahkan berdesak-desakan dengan yang lainnya. Para manusia bodoh yang mencoba melarikan diri dari masalah mereka di tempat seperti ini.
Tapi, itu bukan urusannya...
Karena jika boleh jujur, Luna pun sama seperti mereka. Hanya seorang gadis yang mencoba melarikan diri dari segala hal memuakkan di dalam hidupnya, dan di malam hari ia menjadi pemimpin para manusia bodoh ini untuk menari.
Yup, betul sekali. Selain pelanggan tetap adalah seorang DJ suka rela di club ini. Dia tidak meminta bayaran sepeser pun, karena Luna sangat menikmati kegiatannya satu ini.
Sesekali gadis itu membetulkan kembali ikatan rambutnya yang agak miring dan mengambil minumannya kemudian meminumnya dengan santai sembari menatap lautan manusia itu sekilas.
Sedikit informasi, tempat ini adalah tempat hiburan VIP , agar bisa masuk ke sini, harus menjadi anggota dan mempunyai tanda pengenal khusus. Jadi tidak bisa sembarangan orang memasuki tempat ini.
Luna memakai sebuah mini dress berwarna hitam model kemben yang kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Harusnya dia merasa kedinginan karena berpakaian seperti ini di musim dingin, tapi tidak.
Luna malah merasa sangat panas. Mungkin inilah salah satu sebabnya kenapa perempuan yang berada di club mapam lebih suka memakai pakaian yang kurang bahan, tak jarang ada juga perempuan yang tidak menggunakan b@ju sama sekali dan berjalan dengan bebas kesana-kemari.
Tentu saja, tidak akan ada yang mencela atau pun mencaci mereka. Karena semua orang yang ada di tempat ini adalah sama, berdosa.
Luna terus memainkan tangannya dengan lincah di atas peralatan DJ di depannya. Ditemani dengan Headphone di telinganya, ia sungguh merasakan euforia menyenangkan di sekelilingnya. Sesekali dia mengeluarkan semua suara kemudian berteriak kencang.
"APA KALIAN INGIN YANG LEBIH?!"
Dan respon yang dia dapatkan adalah semua orang berteriak semangat, seolah-olah menyetujui apa yang Luna tawarkan. Padahal ia tahu, mereka bahkan mungkin tidak sadar saat ini. Tapi aku tetap melanjutkan kegiatan menyenangkan ini.
"NIKMATI PESTANYA DAN LUPAKAN SEMUA KEPENATAN KITA!!"
Dengan semangat, Luna menaikan volume dan mengubah tempo musik menjadi musik yang cepat. Semua orang terlihat menikmati permainan tangan lentiknya. Mereka menari dengan sangat liar, tertawa dengan lebar, dan melupakan segala kepenatan hidup.
Oh god, Luna sangat mencintai hobinya yang satu ini.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
SumaYani
Lanjut thor
2022-06-02
2
Teh icha
jejak ..
semangat kak , lanjut terus :)
2022-05-02
2
Noer Anisa Noerma
lanjuuuut author
2022-04-28
4