Hari minggu pagi.
Ayah dan ibu Gilang harus pergi kekantor mengurus pekerjaan yang sedang diburu waktu,meski sedang libur kedua orang tua itu tetap berangkat kekantornya demi menyelesaikan pekerjaannya,mereka biasanya membawa pekerjaannya kerumah,tapi karena kemarin sibuk mencari asisten baru,mereka lupa bahwa ada urusan yang belum diselesaikan.
Sebelum berangkat,ibu Gilang berkata kepada tera yang sedang menyiram tanaman didepan,akan mendaftarkan dirinya kesekolah Gilang besok,jika pekerjaannya hari ini selesai.
Seharusnya tera juga tidak perlu bekerja hari ini,tapi ibu tera tidak bisa hanya berdiam diri saja,mereka pagi-pagi sekali sudah bangun dan mengerjakan apa yang bisa mereka kerjakan.
Tadi ibu tera sudah meminta izin untuk memasak hari ini,karena majikannya harus pergi bekerja bahkan dihari libur.
Sementara ibunya memasak didapur.
Tera menyiram tanaman dihalaman dan dibelakang rumah.
Tanpa dia sadari Gilang sedang menatapnya sinis dari balik jendela dilantai atas rumah itu.
Tapi dia hanya bersikap seperti itu pada tera.
Puas menatap anak gadis itu,dia turun kedapur mencari makanan yang sudah hampir selesai dimasak bu Nur.
..."Bude saya makan duluan boleh ya,saya mau keluar sebentar lagi." Sahutnya kepada bude barunya itu....
Sejak dulu dia selalu memanggil asistennya dengan sebutan bude seperti permintaan orang tuanya.
..."Oh iya nak Gilang,silakan tapi ini ada yang belum selesai dimasak."...
..."Nggak apa bude,saya makan ini saja."...
...*...
Anak ini baik pikir bu Nur,tapi kenapa tatapannya pada Tera sangat berbeda.
Tera yang sudah selesai menyiram tanaman,berjalan masuk kedapur tapi langkahnya terhenti karena melihat Gilang sedang duduk dimeja makan.
Dia segera berbalik menuju kamarnya.
Dia tidak ingin merusak pagi majikan mudanya itu.
Meskipun dirinya sendiripun merasa kelaparan karena sudah pukul delapan pagi.
Biasanya dia sudah sarapan saat jam pagi pagi,tapi karena dia sadar saat ini berada dimana,dia memutuskan menunggu anak laki-laki itu pindah dari dapur.
Dia merebahkan dirinya dikasur,tapi teringat buku birunya,segera dia bangkit kemeja belajar berwarna coklat itu,menemukan bukunya masih kosong tanpa satu kalimat pun.
...*...
Dia memutuskan menuliskan kalimat pertama didalam bukunya itu.
...*...
( 30 Juni,Pertama kali aku melangkahkan kakiku menuju ibu kota,pertama kali bertemu anak laki-laki kaya dengan ciri khasnya sendiri.
Pertama kalinya aku merasakan duduk didalam mobil mewah dan untuk pertama kalinya tinggal dirumah yang begitu besar,meski semua terasa asing bagiku,aku akan menjalaninya dengan sepenuh hati,menjalankan setiap tugas dengan rajin,belajar dengan semangat,di usiaku saat ini harusnya aku bahagia dengan teman-temanku disana,tapi demi kebahagiaan ibuku,aku akan berusaha menjadi anak yang baik,menjadi anak asisten rumah tangga yang jujur,suatu hari nanti,akan aku temukan kebahagiaanku sendiri,meraih cita-citaku di Negeri seberang,semoga buku biru ini menemaniku dan menjadi saksi perjalananku kemanapun aku akan melangkah nanti ).
...*...
Tanpa terasa sudah hampir pukul sembilan,buku birunya kini sudah tidak lagi kosong,sedikit kalimat dari gadis kecil yang sudah harus dewasa oleh keadaan itu membuatnya terisi.
Tapi malah membuat perutnya semakin kosong.
Tera berlari kecil menuju dapur,dia tidak lagi melihat Gilang disana,ibunya sudah selesai memasak dan sekarang membersihkan sisa sisa bekas memasaknya.
Tera segera meminta makanan pada ibunya.
Dia mengambil makanan dan hampir melepas tangannya dari piring ketika melihat Gilang yang mengenakan baju kaos hitam dan jaket jeansnya berjalan menuruni tangga,dia tidak peduli pada tera,tapi tera menatapnya tanpa berkedip,anak laki-laki itu terlihat semakin tampan dengan pakaian seperti itu.
Buru buru tera mengalihkan pandangannya agar tidak membuatnya semakin tidak disukai.
Gilang berlalu dengan cepat dan segera menuju garasi mengambil motor gedenya,dirinya memang sudah membawa motor saat dia memasuki dunia SMA,diusianya yang keenam belas tahun,motor gede itu adalah hadiah ulang tahun dari Ayahnya karena selalu mendapat nilai yang bagus saat duduk dibangku SMP,dia sudah diperbolehkan membawa motor sendiri kesekolah dan kemanapun dia pergi,meski sedikit berbahaya,tapi Ayah ibunya tetap memperbolehkannya dengan syarat tidak ikut-ikutan masuk kedalam geng bermotor.
Tera menghela nafas,berpikir andai saja anak laki-laki itu mau menyapanya,tentu dia tidak akan merasa sepi didalam rumah itu.
Dia kemudian mengambil sedikit makanan lalu membawanya kekamar,dia masih enggan duduk dimeja makan keluarga ini..
Selesai membenahi dan sarapan sedikit didapur, ibunya kemudian menyusul kekamar karena tidak ada lagi pekerjaan yang harus dikerjakan.
Ibunya duduk disofa yang menghadap kejendela dan menatap keluar.
Tera yang melihat ibunya,khawatir jika ibunya menangis lagi mengingat keadaan mereka,tapi ibunya tersenyum kepada dirinya.
..."Tera,maafkan ibu ya nak,karena kita butuh kerjaan ini,kamu harus ikut bantu ibu,dan malah jadi pembantu disini,di sekolah baru kamu nanti,kamu jangan bilang apapun tentang pekerjaan ibu ya nak,jangan bikin diri kamu menjadi terlihat lemah dan dibenci sama teman sekolahmu."...
Tera yang sementara menghabiskan makanannya,susah payah menelan karena air matanya sudah membasahi pipinya.
Dia hanya bisa mengangguk pelan karena tidak bisa menjawab apa yang dikatakan ibunya.
Baru kali ini dia merasa hidupnya sesulit ini meski bertemu dengan keluarga yang baik karena sudah menerima mereka.
Dulu dikotanya,dia sudah terbiasa dengan ejekan teman-temannya selama itu tidak menyakiti tubuhnya,dia menerima dengan lapang apapun yang dikatakan orang lain terhadapnya,dia memang anak seorang pembantu,dan hampir semua orang mengetahui itu,dia tidak bisa menghindar dari apa yang sudah menjadi bagian dari hidupnya,dia tetap belajar dengan semangat dan menjadikan dirinya murid yang berprestasi agar bisa membanggakan dirinya sendiri maupun orang tuanya,tidak heran jika teman-temannya merasa tersaingi oleh dirinya.
Tapi kali ini,dia harus menjadi sedikit lebih percaya diri atau bahkan egois,dan berusaha menghabiskan masa remajanya di SMA dengan tenang,meskipun harus menjauhkan diri dari siapapun itu disekolahnya nanti,meskipun harus menyimpan rahasianya sendirian.
Dia tidak keberatan jika tidak ada satupun yang akan berteman dengannya nanti,dia berharap tidak akan ada yang mengenalnya disekolah.
Lalu bagaimana dengan Gilang,bagaimana jika dia memberi tahu seluruh sekolah bahwa tera hanya anak seorang pembantu dirumahnya,bagaimana jika Gilang yang membencinya itu justru memberi tahu teman-temannya untuk mengganggu dirinya.
Dadanya semakin sesak membayangkan semuanya,dia tidak bisa lagi menelan makanannya,dia berlari menuju dapur dan membawa sisa makanannya.
Dia menangis disana,terisak diantara bunyi air kran yang mengalir.
Siapa yang salah atas kehidupannya itu,pikirnya lagi,tangisnya semakin pecah,membuatnya tidak menyadari kehadiran Gilang yang kembali untuk mengambil sesuatu dikamarnya,tangga menuju kamarnya memang tepat berada didekat dapur,membuatnya dengan mudah melihat tera yang menangis ditempat pencucian piring.
Gilang hampir saja kehilangan kesadarannya dengan tetap berdiri dianak tangga pertama jika tangis Tera tidak mereda.
Dia berlari naik keatas dan tera masih tidak menyadarinya.
Gilang berpikir apa yang sudah dilakukan anak perempuan itu hingga menangis disana sendirian.
Lalu kemudian kembali bersikap bodo amat.
Dia menuruni tangga dan tera yang sudah selesai mencuci piringnya terpaku melihat Gilang.
..."Sejak kapan dia kembali,apa dia lihat aku nangis tadi,terserah lah,kalaup**un dia lihat,dia nggak bakal ngadu sama siapapun kan,pikirannya menenangkannya"...
Dia acuh,lalu kembali berjalan kekamarnya,begitupun Gilang,dia sudah kembali melaju dengan motornya.
Dia masuk kekamar dan langsung kekamar mandi untuk mencuci wajahnya yang sembab karena menangis tadi,untung saja ibunya entah sejak kapan tertidur disofa.
...*...
Dia keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan diri dikasurnya,masih jam sepuluh pagi,tapi matanya mengantuk setelah menangis tadi.
Dia tertidur hingga siang hari
Ibunya sudah tidak ada lagi dikamar,mungkin kedapur untuk menyiapkan makan siang.
Tera terbangun saat hari sudah menunjukkan pukul dua belas siang,mobil pak Hermawan sudah terparkir didepan rumah.
Dia memilih berdiam diri disana hingga sore tiba.
Ibunya juga sudah kembali.
Mereka kembali duduk dan hanya diam disofa menikmati matahari yang sudah mulai tenggelam.
Besok, hari yang sesungguhnya akan dimulai.
...****...
...Maaf kalau masih banyak salah dalam penulisan....
...Semoga kalian bisa tetap memberikan komentar yang membangun....
...Terima kasih sudah membaca cerita recehku ini....
...❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Vino Agustian
saya sangat suka terus berkembang untuk lebih baik lagi/Ok/
2024-09-30
0
Duyung kesayangan
Aku mampir thor.
salam dari jodoh pilihan orang tua
2022-04-29
0