Hari itu sudah lewat tengah hari.
Mereka sampai dirumah besar berlantai dua milik keluarga pak Hermawan.
Sepi,itu yang dirasakan tera saat tiba dirumah mewah itu.
Pak Hermawan memarkirkan mobilnya kegarasi,ibu Jullie mengajak tera dan ibunya masuk kedalam rumah.
Rumah besar ini cuma ada mereka bertiga,sepi sekali,pikir Tera.
Kemudian memberanikan diri bertanya.
..."Bu,dirumah cuma bertiga aja ?" Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya....
"Iya Tera,anak Ibu yang pertama sekarang lagi kerja diluar negeri,yang kedua lagi kuliah diluar kota,kalau anak ibu yang ketiga mungkin ada dikamarnya." Ibu Jullie menjelaskan.
..."Oh iya kamar kalian ada disamping,masih rapi,jadi kalian tinggal benahin sedikit aja,kalau soal makan,kalian bisa makan disini sama kami,nggak perlu takut sama kami,kami nggak jahat kayak disinetron,hehe." Ibu Jullie terkekeh karena melihat ekspresi tera yang masih sedikit takut berada dirumahnya....
..."Eh iya bu,iya maaf,kok bisa ibu tau saya bayangin sinetron." kata Tera malu," Saya tau Ibu orang baik,kalau nggak baik nggak mungkin ngajak kita tinggal disini." katanya lagi berusaha tenang....
..."Ya sudah kalian jangan mikir macam-macam yaa soal keluarga kami." Ibu Jullie kembali tertawa....
Tera sedikit takut karena sering melihat acara televisi yang menampilkan majikan yang jahat dan tidak sebaik keluarga ibu Jullie.
Keluarga pak Hermawan sendiri meski adalah seorang pemimpin perusahaan dan keluarga mereka dipandang Kaya oleh para tetangganya,tapi tidak sedikitpun membuat mereka merasa sombong,dan tetap rajin menolong orang-orang yang membutuhkan bantuannya.
Mereka seperti itu bukan tanpa alasan,mereka pun sadar siapa mereka dulu tanpa bantuan orang-orang sekitar,pak Hermawan dulunya hanya seorang karyawan kantor biasa yang mengontrak rumah petak sempit untuk anak-anaknya,mereka pun pernah berada dimasa sulit bahkan tertekan.
Mereka bangkit saat salah satu sahabat lama pak Hermawan membutuhkan bantuan laki-laki paruh baya itu.
Dan membuat mereka menyambut masa terang dan kesuksesan seperti saat ini,perusahaan yang dipimpin olehnya pun masih beserta campur tangan sahabatnya.
Keadaannya dulu tidak ingin kembali dirasakan orang-orang yang berada didekatnya,dan alasan itu pula yang membuatnya sengaja membangun kamar luas disamping rumahnya untuk ditinggali asisten rumah tangga yang bekerja dirumahnya.
Dan kamar itu saat ini menjadi milik tera dan ibunya.
Baru pertama kali bertemu ibu Jullie merasakan Ibu Nur beserta anaknya itu akan tinggal dan bekerja dengan baik dirumahnya,sehingga membuat ibu Jullie tidak ingin lagi mengganti asisten rumah tangganya.
...*...
..."Kalian tinggal disini bukan cuma sekedar sebagai asisten rumah kami,tapi juga sebagai keluarga kami," kata Pak Hermawan meski wajahnya hampir tidak pernah tersenyum....
..."Baik pak,saya akan bekerja dengan baik." Jawab ibu Nur....
...*...
Ibu Nur dan Tera berjalan kesamping menuju kamar mereka,tepatnya tempat tinggal,karena kamar luas itu sangat besar menurut tera.
Tera berjalan menjelajahi kamar itu,ada kamar mandi,toilet,meja belajar dan lemari berukuran besar,bahkan satu kasur empuk yang dibatasi gorden pemisah dari luasnya kamar itu,juga satu sofa kecil untuk 3 orang yang menghadap kedinding kaca depan.
Ini bukan kamar kata tera,tapi rumah mewah untuknya.
"Bu ini besar banget,ini sih bukan kamar,tapi satu rumah." katanya bersemangat.
..."Iya nak,tapi kamu harus ingat,kita disini karena harus membantu keluarga ibu Jullie,bukan untuk bersantai duduk disini,Oh iya satu lagi,kamu harus belajar serius,ingat mimpi kamu yang katanya mau kuliah kenegeri ginseng,lengkuas atau jahe itu." Seloroh ibunya....
..."Buu Negeri Ginseng,bukan jahe atau lengkuas." Tera tertawa....
..."Iya itu lah,sekarang kamu beres-beres pakaian kamu sama pakaian ibu,ibu mau kedalam dulu,kali aja mereka butuh bantuan kita." Sahut ibunya....
Tera segera membereskan baju-bajunya sendiri juga pakaian ibunya.
Mereka hanya membawa beberapa lembar baju yang mereka rasa layak untuk dipakai diibu kota.
Ibunya segera menuju kedapur karena sudah lewat jam empat sore,dan bertanya pada ibu Jullie yang saat itu hendak mengambil air minum.
..."Bu,saya harus masak apa ya bu,karena ini sudah sore?" tanyanya gugup....
..."Bu Nur,sekarang ibu istirahat aja dulu,nanti hari senin ibu baru mulai kerja,karena besok hari minggu,biasanya saya meliburkan orang yang kerja disini kalau hari sabtu dan minggu,untuk makan malam nanti saya bisa pesan dulu,"ibu Jullie menjawab pelan takut ibu Nur merasa tersinggung....
..."Baik bu,tapi saya merasa tidak enak kalau harus duduk santai saja,karena ibu sudah sangat baik sama saya dan tera,meskipun baru pertama kali bertemu saya." Ibu Nur terus saja merasa gugup....
..."Bu Nur,tolong jangan merasa seperti itu,saya justru merasa bersalah kalau harus meminta ibu bekerja sekarang,sementara ibu baru aja sampai disini." Ibu Jullie merasa tidak enak karena asisten barunya ini sangat takut menghadapinya,meski didepan anaknya tadi dirinya berusaha terlihat tegar....
..."Iya bu baik,terima kasih karena sudah mengijinkan kami bekerja dan tinggal disini,saya bisa memasak apa saja yang keluarga ibu mau,dulu dikota S saya sering bekerja dirumah-rumah orang seperti ibu juga dan diajarkan masak makanan apa saja," katanya lagi sudah sedikit tenang....
..."Sama-sama bu Nur,saya percaya sama ibu,kalau nggak percaya nggak mungkin saya ajak ibu kerja disini." Ibu Jullie tersenyum lagi....
...*...
Baru saja ibunya akan kembali kekamar,tera sudah menyusul kedapur.
..."Loh bu,nggak masak atau apa gitu bu?" tanyanya antusias....
..."Nggak raa,hari ini kita istirahat dulu,hari senin nanti baru mulai kerja." Sahut ibunya...
Mereka baru saja akan kembali kekamar,Gemilang Andara anak bungsu ibu Jullie dan pak Hermawan turun kedapur untuk mengambil buah dikulkas.
Tera tertegun menatap anak laki-laki yang terlihat hampir seusia dengannya.
Dia tinggi,tampan,seperti anak orang kaya pada umumnya,hanya raut wajahnya sedikit tidak ramah.
Tera cepat menyadari bahwa kehadirannya tidak membuat anak itu senang,mungkin karena dia anak perempuan.
Ibu jullie buru-buru mengenalkan bu Nur dan Tera pada anaknya.
..."Gilang ini bu Nur sama tera,mereka yang akan bantu kita dirumah,ibu sudah kewalahan lagi mengurus kerjaan dikantor,belum lagi ngurus kerjaan rumah." Ibu Jullie memberi tahu Gilang....
Gilang hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kepada ibu Nur.
Gilang paham akan hal itu,sejak usianya memasuki masa SMP,dirinya sering tinggal bersama asisten rumah tangga yang dipercaya oleh ibunya,dan sering kali menghabiskan waktu bermain bersama anak laki-laki asisten rumahnya.
Tapi kali ini kenapa anak perempuan yang ikut dengan ibunya bekerja.
Dia tidak suka,ibunya dulu cukup mengharapkan anak perempuan di dalam keluarganya,dan membuatnya merasa bahwa Tera akan menjadi anak perempuan itu.
..."Bu Nur,tera,ini anak bungsu saya,namanya Gemilang Andara,panggil aja Gilang."...
Bu Nur dan Tera mengangguk pelan.
Tera tau betul rasanya tidak disukai oleh orang lain,dan itu dia rasakan kembali setelah bertemu Gilang.
Bagaimana bisa orang tuanya sangat menerima mereka,tapi anak laki-laki itu justru menatap benci pada dirinya.
'Aah biarin lah,kan yang ngajak tinggal disini bukan dia."pikirnya
Tanpa tera sadari rasa yang berbeda justru akan timbul dengan sendirinya karena akan bertemu setiap hari dengan anak itu.
...*...
Mereka kembali kekamarnya,merebahkan diri diatas kasur besar itu.
Ibunya mengusap kepala tera,karena merasakan Gilang yang terlihat tidak menyukai kehadiran anak perempuannya itu.
"Tera,kamu yang sabar yaa,kamu yang betah tinggal disini,soal mas Gilang,jangan terlalu diambil hati,mungkin karena dia belum terbiasa sama anak perempuan dirumahnya."
"Iya bu,aku nggak papa,aku tau Gilang nggak suka sama aku meskipun baru ketemu,tapi karena kita disini buat kerja,Aku bakal betah kok bu."
...*...
Dikamarnya dilantai atas,Gilang mulai merasa tidak tenang,kenapa pula ibunya mencari asisten yang punya anak perempuan,dia berlari menuruni anak tangga untuk menemui ayah ibunya diruang keluarga dibawah.
..."Bu,kenapa ibu bisa bawa anak perempuan kesini,aku sudah bilang aku nggak suka kalau yang tinggal disini anak perempuan," serunya marah....
"Gilang jaga suaramu,kalau mereka dengar gimana,mereka baik kok,mereka juga nggak akan ganggu kamu,mereka disini cuma kerja,dan Lentera ibu akan masukan satu sekolah sama kamu."
..."Ibu yang benar aja bu,aku nggak mau satu sekolah sama dia bu,kalau anak-anak lain tau aku harus bilang apa,aku nggak akan masalah kalau dia anak laki-laki."...
..."Gilang,nggak perlu teman-temanmu tau kan,segitu nggak sukanya sama anak perempuan,padahal disekolah kamu juga berteman sama perempuan kan."...
..."Buu tapi mereka beda bu."...
..."Apanya yang beda Gilang,status mereka? sejak kapan kamu diajarkan membeda-bedakan status orang lain."...
Ayah Gilang yang baru masuk keruang keluarga hampir saja memukul Gilang jika istrinya tidak menyabarkan dirinya.
..."Ayah tidak suka kamu seperti itu,Kamu boleh tidak suka sama tera karena dia anak perempuan,tapi kamu tidak boleh membenci dia karena dia anak asisten rumah kita." Ayahnya mulai menurunkan nada suaranya....
Ibunya menepuk bahu Gilang dan menyuruhnya kembali kekamarnya.
..."Mas yang tenang yaa,mungkin Gilang belum bisa nerima karena dia nggak punya teman main lagi dirumah."...
Suaminya menarik nafas panjang melihat anak bungsunya ,karena sudah membuatnya marah dengan tingkahnya.
Hampir sama dengan kedua anaknya yang sering membantahnya dan akhirnya memilih meninggalkan rumah.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments