Postingan Kiki

“Hai”

sapa Dara riang kepada Lusi yang diantar oleh mbok Inem ke kamarnya.

“Mmm ... udah siap?” tanggap Lusi

“Udah, tapi kita tunggu Rani dulu ya, tadi dia minta banget mau ikut, gak masalah 'kan?”

Dara mematut diri di depan cermin yang memantulkan dirinya dalam balutan blouse dan rok berwarna hitam dengan jilbab warna merah hati.

“Ok, gak masalah” Lusi masih fokus menatap layar pipih canggih dalam genggamannya.

Dara memutar kursi rodanya membelakangi meja rias dengan cermin seukuran badan lalu bergerak menuju Lusi yang duduk di sofa sebelah tempat tidur.

“Hei, kamu kenapa sih Si? Kok kayak gak semangat gitu? Ada kerjaan? Ada masalah? Kenapa?”

Rentetan tanya dari Dara tertuju pada Lusi.

Lusi menggeleng lalu menyodorkan telepon canggih miliknya ke hadapan Dara.

“Nih” Lusi bersungut.

“Terus, kenapa?” tanya Dara sesaat setelah melihat yang ditampilkan dari layar pipih canggih itu.

“Ya ampun, Dara ... kamu lihat gak siapa yang disana, pakai apa dan captionnya gimana?”

Dengus Lusi sambil menunjuk-nunjukan kembali layar handphonenya ke hadapan Dara.

“Kiki memakai pakaian syar’i koleksi dari designer ternama sahabatku, Lusi Syalsabila dengan caption, ‘Alhamdulillah mau apa-apa langsung dibeliin sama suami tersayang @lukman88. Jadilah istri yang berbakti biar makin disayang suami. Makasih sayang ku’ terus pake emoticon bibir monyong penuh lope-lope” jawab Dara tepat dan santai.

Lusi menghela nafas melihat respon Dara.

Sementara, sebenarnya pakaian yang dikenakan Kiki di dalam postingannya tersebut tadi membuat Dara mengingat kejadian tempo hari.

...***...

-Beberapa hari yang lalu-

“Loh Kak? Kok banyak banget. Mas Lukman 'kan cuma minta kemeja batik yang dipesan khusus dari designer itu aja”

Kiki heran memandangi sebuah koper yang diletakkan mbok Inem di hadapannya.

“Sekalian. Supaya kamu gak perlu bolak-balik jemput pakaian mas Lukman. Kasihan kamu perut udah gede gitu masih aja wara-wiri”

Dara memandangi perut Kiki yang ukurannya tidak dapat ditutupi meski telah dibalut pakaian syar’i yang ia kenakan.

“Kiki gak masalah kok Kak, lagian perut Kiki kelihatan besar begini karena bayinya mas Lukman yang di dalam sini ada dua Kak”

Kiki mengelusi perutnya dengan senyum yang terkembang lebar.

Dara hanya mengangguk kecil, malas mengomentari sesuatu yang tidak penting baginya.

“Selagi bisa bikin suami bahagia apa pun keinginan mas Lukman pasti Kiki turuti termasuk merubah penampilan begini Kak, walaupun harganya lumayan banget buat ngeringin dompet. Mungkin mas Lukman takut kali ya kalau body Kiki dilihatin pria-pria lain jadi, dibungkus full gini. Beneran so sweet banget lho mas Lukman itu Kak”

Kiki yang tidak peduli dengan ukuran perut buncitnya menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri bergantian.

Bak peragawati yang sedang memeragakan busana, Kiki memamerkan gaya terbarunya dalam berpakaian.

Jika dulu lekuk tubuh Kiki yang bisa dikatakan 'aduhai' tercetak jelas dalam tiap balutan busana yang ia kenakan, hari ini sebaliknya.

“Pakaian Ayah Azkia dan Alsava ada di dalam sana. besok-besok kalau ada barang mas Lukman lainnya yang ketinggalan disini, kamu hubungi telpon rumah aku ini aja biar mbok Inem siapin dan diantar sama pak Saleh jadi kamu punya lebih banyak waktu untuk menunjukkan gaya terbaru kamu kepada orang-orang yang matanya lapar akan hiburan”

Alih-alih merespon ucapan Kiki sebelumnya dengan terlalu mendalam, Dara lebih suka menyilahkan tamu tak diundangnya itu pergi dengan cara yang tidak kentara tapi mestinya cukup untuk membuat yang bersangkutan sadar diri agar undur diri.

...***...

-Saat ini-

“Dara, selain untuk check ombak pasaran, kamu tahu 'kan niat aku mengeluarkan koleksi set pakaian syar’i demi mendukung keberadaan muslimah sholeha sejati bukan yang bentukannya kayak Kiki si mulut manis tapi hati penuh iri dengki hobi ngerebut suami teman sendiri”

Wajah bersungut Lusi makin jelas menggambarkan kekesalan dengan celotehannya yang sinis.

“Mmmppp ... izin ngakak ya, hhaaa ... hahahaha ...”

Tanpa aba-aba atau pun tanggapan dari lawan bicara, Dara tertawa menyikapi kalimat Lusi.

Lusi menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab berwarna biru muda meski pun sama sekali tidak gatal.

Lusi Bingung dengan sikap Dara yang dapat diartikan sebagai bentuk sabar atau mati rasa karena sedari tadi emosi Dara stabil rata saja padahal, membahas perihal perebut suaminya.

“Aku paham niatmu tapi kalau pun eksekusi di lapangan tidak sesuai harapan, kenapa harus dijadikan beban pikiran toh, nilai niatnya urusan Tuhan. Lagian terlepas siapa yang beli, koleksimu yang ini laris manis 'kan?” lanjut Dara setelah menghentikan tawanya.

“Iya sih, tapi kecewa aja pakaian syar’i yang aku produksi dipakai sama manusia munafik kayak si Kiki, hilang deh tu aura pakaian untuk perempuan Sholehanya”

Lusi memandangi lagi layar handphonenya yang menampilkan postingan-postingan di media sosial Kiki, rata-rata bernarasi seolah merendah namun faktanya hampir menyaingi puncak pegunungan. Seperti ;

*Bagi informasi nya donk .. villa yang budgetnya kisaran 'T' dimana ya? Suamiku @lukman88 mau beli sebagai hadiah untuk kelahiran bayi kami nanti*

*Terimakasih sayang @lukman88 untuk si putihnya. Mobil ini hadiah karena aku hamil jadi semangat banget nih buat jaga kehamilan*

*Bersyukur, walau sederhana dan seadanya tapi bisa masakkin suami dan bikin suami happy. Btw telur caviar ini kita pesennya dari sebulan yang lalu lho*

Kiki mengedikkan bahunya, tidak mengerti apa sebenarnya yang ingin dicapai Kiki dari postingannya yang terlihat menggelikan di mata kaum serupa Dara dan Lusi yang anti menggunakan media sosial untuk publikasi hak kepemilikan dan kekayaan.

“Husss. Udah deh ah. Gak harus sholeha dulu untuk berpakaian syar'i. Gak akan hilang juga aura sebuah pakaian hanya dengan pendapat orang terhadap si pemakai. Positif thinking aja bahwa siapa pun yang mengenakannya, hasil karyamu bisa jadi media perempuan untuk makin sholeha”

“Iya-iya siap Bunda Dara siap. Yang begini nih yang bikin kamu sampai di tikung terus disemena-menain sama Lukman dan keluarganya, positif thinking aja terus tanpa peduli sakitnya hati sendiri” lugas Lusi pula.

Dara terdiam.

"Bukannya tidak peduli atas sakit hati sendiri Si, tapi ada hati anak-anak yang harus aku lindungi. Istri mana yang saat berada di titik terendahnya terima diabaikan bahkan diduakan oleh suami sendiri"

Dara memilih bicara pada hatinya saja demi menghindari emosi Lusi yang bisa semakin menjadi-jadi.

“Maaf Bu, Rani kelamaan”

Rani sudah berdiri di depan pintu kamar Dara.

“Kita berangkat sekarang atau ngedumel disini aja?” Dara menunggu jawaban Lusi.

“Ayo berangkat sekarang ngedumelnya lanjut di perjalanan”

Lusi mengembangkan senyum pertanda ucapan nya barusan hanya gurauan.

... ***...

Terpopuler

Comments

Heny Hennay🌻

Heny Hennay🌻

rani mata2 deh kyak ny

2022-08-26

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!