Bab 4

"AKU BILANG MENYINGKIR!!"

"Ck ck ck, pria tampan. Kenapa kau sombong sekali" ucap salah satu dari mereka.

"Halah, pria seperti itu. Kalau sudah tau rasanya dia tidak akan sombong lagi. Kak, jangan buang waktu, lebih baik cepat bertindak saja" kata seorang wanita dengan pakaian merah menyala yang hanya menutupi setengah dari tubuhnya.

"Kau benar juga. Kemari lah pria tampan. Aku jamin kau pasti akan puas" ucapnya sambil mendekati.

"Apa yang sedang kau lakukan. Menyingkirlah dariku"

Bruak

Terdengar dentuman pintu yang di buka dengan kasar.

"Lio!!" teriak seorang pemuda dan segera berhambur menghampiri. "Haish, untung saja aku tepat waktu. Pakai ini" ucapnya lirih sambil mengenakan jas hitam kepada tubuh dewa Lodra.

"Kau siapa?"

"Mengoceh apa sih ini bocah?" gumamnya lirih. "Maaf para wanita cantik. Pria tampannya aku pinjam dulu. Daahh sampai nanti"

Pemuda itupun langsung menarik dan membawa dewa Lodra pergi.

"Haishh ... Gagal menikmati laki-laki tampan malam ini"

"Betul, sangat jarang ada pria setampan itu yang datang ke tempat ini"

Pemuda berperawakan tinggi tegap itupun membawa dewa Lodra keluar dari kamar tersebut.

"Kau ... Siapa ... AAAKKKHHH" teriaknya sambil memegangi kepalanya.

"Bodoh, apa kau lupa denganku? Aku Kevin, adikmu. Kau ini, makanannya kalau di tempat asing jangan minum sembarangan. Jadinya begini kan? Untung saja kau tidak di makan sama iblis-iblis betina itu" ucapnya sambil mengibaskan pucuk jas biru tuanya.

"Iblis?" gumam Lio. "Jadi wanita-wanita itu adalah iblis? Aku harus membunuh mereka"

Lio pun hendak pergi kembali menuju kamar tadi.

"Eh, kau mau kemana? Kau gila ya?" kata Kevin sambil memegang tangan Lio.

"Lepaskan aku"

"Cih, kau mau kembali dan jadi santapan mereka? tidak bisa, aku sudah mengeluarkan mu dengan susah payah. Kalau ada apa-apa lagi, aku tidak mau membantumu" ucap Kevin kesal.

Lio pun menghempaskan tangan Kevin dan pergi berlalu.

"Ck, dasar bocah"

Lio pun berjalan sempoyongan menuju ke kamar tadi.

"Kepala ku sakit sekali, apakah ini efek dari ramuan si dewa gila itu?"

"Lihat saja, dia pasti akan berulah lagi" gumam Kevin yang mengikutinya.

"Baru bangun langsung bertemu iblis. Aku rasa ini bukan tugas yang susah"

Bruakkk

Lio pun menendang pintu kamar tersebut dengan keras namun tidak ada orang di dalamnya.

"Dimana mereka?"

"Hey, hey, apa yang kamu lakukan? Kamu merusak properti orang. Kamu mau buat masalah lagi? Sudah ayo pergi" kata Kevin sambil menyeret tangan Lio.

"Lepaskan aku manusia rendahan. Kau tidak pantas menyentuhku" ucap Lio dengan dingin.

"Apa kau bilang? Hah ... Aku ... Manusia rendahan?" ucapnya tak percaya. "Sepertinya kau benar-benar sudah gila. Ayo ikut aku" lagi-lagi Kevin menarik Lio.

"Lepaskan tanganmu" kata Lio tanpa bergeming dari tempatnya. "Bisa-bisanya manusia ini menyentuh dewa agung seperti ku"

"Permisi tuan-tuan" kata seorang pelayan wanita yang membawa nampan berisi minuman.

Kevin melepaskan tangannya dan segera menghindar. Pelayan dengan tubuh kurus tinggi itu nampak cantik dengan rambut yang di kuncir kuda dengan dress selutut dan belahan dada yang rendah. Ia pun tersenyum manis dan berjalan melewati Lio dan Kevin.

"Duh cantiknya" batin Kevin.

Mata Lio tak bergeming sedikitpun saat wanita itu lewat di hadapannya. Lio memicingkan matanya seperti mencari-cari sesuatu. Ia terus memandangi pelayan itu sampai dia menghilang di ujung lorong.

Kevin yang menyadarinya langsung menepuk bahu Lio.

"Puas lihatnya? Sudah, ayo pergi"

"Itu dia" gumam Lio lirih. Lio pun mengejar pelayan itu.

"Lah? Kemana lagi dia? Sepertinya dia masih kurang bersenang-senang"

"Tidak salah lagi, aku memang bisa merasakan bahwa di tempat ini ada iblis. Wanita tadi pasti adalah iblis yang menyamar. Aku bisa merasakannya saat melihatnya tadi. Lihat saja, aku pasti bisa menangkap mu iblis"

Dengan cepat Lio mengikuti pelayan tadi Namun, semakin lama malah membawanya ke tempat yang lebih ramai, terdapat banyak orang yang sedang menari-nari dengan di iringi dentuman musik yang memekakkan telinga. Lio mendongak-dongakkan kepalanya mencari-cari pelayan tadi. Namun dia semakin menjauh. Saking ramainya, pelayan tadi bak terkubur dengan lautan manusia.

"Dasar manusia rendahan. Minggir. Jangan menghalangi jalanku" kata Lio sambil mendorong beberapa orang yang sedang menari di hadapannya.

"Aw, siapa sih pria ini? kenapa dia kasar sekali" kata salah satu perempuan.

"Hey bro. Kalau jalan hati-hati dong"

Bagaikan angin lalu, Lio terus berjalan tanpa mendengarkan mereka.

"Manusia manusia ini sangat menjengkelkan" gumamnya.

"Wah sombong sekali dia? Dia bahkan tak memperdulikan kita"

Praaakkk

Sebuah botol minuman pecah di atas kepala Lio dan membuatnya berdarah. Ia pun menghentikan langkahnya sambil memegangi kepalanya yang berdarah.

"Menjijikkan"

"Rasakan itu sampah, berani-beraninya kau menyentuh wanitaku" caci pria yang memukulkan botol ke kepala Lio.

"Sakit sekali, dia mendorongku dengan keras" kata salah satu wanita dengan manja.

"Jangan khawatir sayang, aku akan membuat dia berlutut di hadapanmu"

Mata Lio mencari-cari benda yang sama. Ia pun dengan cepat mengambil botol di meja dan dengan hitungan detik botol itu sudah terlempar ke wajah pria itu.

"AKKKHHH" teriak para wanita di sana.

Suasana pun menjadi tegang, musik juga seketika di matikan.

"Akkkhhh, brengs*ek. Wajahku"

"Oh tidak, sayang kau tidak apa-apa?"

"Hey, kau cari masalah dengan kami anak muda. Kau harus membayar apa yang telah kau perbuatan kepada ketua" Salah satu dari mereka maju dan menunjuk wajah Lio.

"Ck ck ck. Manusia manusia ini sudah buta. Bagaimana bisa babi di jadikan ketua dari segerombolan manusia ini?" kata Lio dengan sombongnya.

"KAU ... BERANI-BERANINYA KAU MENGHINA KAMI"

"Cih, kenapa mulut para manusia ini bau sekali" kata Lio sambil mengibaskan tangannya di depan wajah.

"K-kau ... Waahh ... Benar-benar minta di hajar dia"

Dia pun melayangkan pukulannya ke arah Lio. Dengan cepat Lio melempar kursi dan tepat mengenai kepalanya.

"Sial, dasar brengs*ek. Hajar dia"

Segerombolan pria pun mengelilingi Lio.

"Mulut mu itu sangat pedas anak muda. Kalau kau berlutut di hadapan ketua dan meminta maaf. Maka kami akan memaafkan mu"

Lio tak mendengarkan, dia bahkan hanya memejamkan matanya dan mengirup udara di sekitarnya.

"Hanya dengan satu tebasan pedang ku. Kalian semua sudah menjadi abu" gumamnya lirih.

Lio berusaha mengeluarkan pedang kematian, namun tidak ada yang terjadi.

"Apa dia gila?" bisik mereka melihat Lio yang merentangkan tangannya dengan mata tertutup.

"Hemmm ... Ada yang salah, kenapa pedang kematian ku tidak mau keluar?" kata Lio sambil memiringkan kepalanya.

"Jangan banyak bicara. Hajar dia"

Door

"Aahhhh"

Suara tembakkan menggema di ruangan itu, semua yang ada di sana reflek berlutut sambil melindungi kepala mereka kecuali Lio yang masih berdiri tegak.

"Kami adalah polisi, harap semua jangan bergerak dan tetap di tempat masing masing"

Terpopuler

Comments

El Khan

El Khan

Wah zaman modern ni latarnya..

2022-06-26

0

anggita

anggita

pria tampan..

2022-05-05

1

REY ASMODEUS

REY ASMODEUS

p

2022-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!