Bab 2

"Hey apa kau sudah dengar? Pertemuan kemarin dewa Yora menyarankan untuk mengirim dewa Lodra ke bumi"

"Ya, meskipun aku tidak mengikuti pertemuan itu. Tapi aku sudah tau kabarnya. Dewa Yora adalah seorang yang bijak, dia juga pintar. Tapi aku tidak menyangka akan keberaniannya ini. Entah apa yang dipikirkannya, jika nirvana tidak ada dewa Lodra bukankah itu adalah situasi yang sangat sulit"

"Ya, tapi yang mulia raja menyetujui ucapan dewa Yora. Aku yakin, dia pasti punya cara sendiri sehingga dia mengajukan pendapat seperti itu"

"Heem, kau benar"

"Hari ini dewa Lodra kembali dari barat. Dan yang mulia ingin mengadakan diskusi dengan para petinggi. Masih tidak tau apakah dewa Lodra menyetujuinya atau tidak. Tapi aku rasa yang mulia raja pasti akan membujuknya''

"Entahlah ... Kurasa yang mulia harus memiliki kandidat lain''

Sedangkan di tempat lain terlihat seorang gadis kecil berjalan dengan riang memasuki sebuah pondok kecil di tengah kebun bunga.

Terlihat di sana berdiri seorang dewa tampan di depan tungku perapian.

"Dewa Yora, aku datang" kata gadis kecil tersebut.

"Hem, kau sudah dapat apa yang aku minta?" ucapnya sambil mengaduk sebuah ramuan di dalam panci tembaga.

"Ya, bunga Krisan, biji pohon naga merah, dan rumput tukai yang ada di rumah paman dewa Jia. Semuanya sudah lengkap yang seperti kau mau" jelasnya.

"Baguslah" Dewa Yora pun mengambil bungkusan dari gadis itu yang bernama Lira.

"Hanya itu saja?"

"Hem, kau sudah bawakan yang aku minta. Ini sudah lebih dari cukup" kata Dewa Yora dengan santainya.

"Aahh, itu tidak adil. Kau tau betapa susahnya aku mendapatkan bahan-bahan itu. Itu, itu ... Biji pohon merah. Bahkan aku hampir terjatuh dari tebing saat mau mengambilnya. Rumput tukai juga, aku bahkan di curigai paman dewa Jia sebagai pencuri karenanya" protes Lira.

"Terus?"

"Ya, setidaknya beri aku imbalan. Aku juga menginginkan hadiah" ucap gadis lugu itu sambil memanyunkan bibirnya.

"Baiklah, nanti akan aku beri hadiah. Tapi, tolong ambilkan sesuatu yang berada di kendi itu" Dewa Yora pun menunjuk sebuah kendi besar yang tertutup kain merah darah yang berada di sudut ruangan.

"Benar ya? Baiklah akan aku ambilkan"

Lira pun segera beranjak sesuai perintah dari dewa Yora. Dengan hati-hati ia membuka tutup kendi tersebut. Tangan mungilnya mencoba merogoh sesuatu yang ada di dalam kendi tersebut. Setelah ia menemukan dan mengamati benda yang ada di di tangannya, Lira pun penasaran.

"Ini seperti buah ceri, tapi kenapa warnanya hitam? Ah bukan sepertinya warnanya merah, hanya saja terlalu gelap" gumam gadis kecil itu hendak memasukkan satu buah ke mulutnya.

"Jangan coba-coba untuk memakannya. Itu bukan untuk di makan oleh gadis kecil seperti mu" kata dewa Yora yang seakan-akan tau dengan kegiatan Lira meskipun tak melihatnya.

Lira pun segera berlari ke arah Dewa Yora.

"Dewa, bukankah ini buah ceri? Ini seperti buah ceri jadi aku ingin memakannya"

Dewa Yora segera mengambil semua buah yang ada di tangan Lira.

"Ya, ini memang ceri. Tapi ... Apa kau tau nama ceri ini?"

Lira menggelengkan kepalanya dengan gemas.

"Tidak tau, memangnya buah ceri ada namanya?"

"Ya, pemilik buah ini menamainya buah jiwa. Dan sebagai gadis kecil seperti mu, kamu di larang untuk memakannya. Tapi, kalau kamu mau mati dan tidak dapat bereinkarnasi ya terserah padamu" ucap dewa Yora dengan gamblangnya sambil memasukkan satu butir buah jiwa ke dalam panci tembaga miliknya.

"Apa? Dewa, bukankah buah itu milik dewa kematian? Bagaimana dewa bisa memilikinya? Bukankah dewa kematian sangat melarang mengambil buah itu termasuk raja dewa sekalipun?"

"Hem, tentu saja. Buah ini tidak mudah di dapat. Dan aku juga harus menukar sesuatu karenanya"

"Apa yang kamu tukarkan dewa?"

"Sepuluh ribu tahun kehidupanku"

...----------------...

Kediaman raja dewa.

"Hormat kepada yang mulia" kata dewa Lodra sambil bersimpuh memberi hormat.

"Bangunlah keponakan ku" kata sang raja.

Dewa Lodra pun segera bangkit.

"Yang mulia, ada apa anda memanggil saya?"

"Hahaha. Tidak ada Lodra. Duduklah, pamanmu ini hanya ingin minum teh bersama mu" ucapnya sambil menunjuk kursi yang ada di depannya.

Tanpa basa-basi dewa Lodra pun segera duduk.

"Bagaimana dengan keadaan di barat? Semuanya lancar?" ucap sang raja.

"Ya, yang mulia. Seperti yang anda lihat, saya berhasil kembali dengan selamat"

"Hemm ... Ya keponakan ku. Hah, ini semua salahku. Aku telah mengirim mu ke bagian barat selama bertahun-tahun hingga kau tak bisa menghabiskan masa muda mu dengan nyaman. Pamanmu ini sungguh menyesal"

"Tidak yang mulia, ini semua adalah tugasku"

"Ya, kalau begitu. Apa kau mau mengemban tugas lagi yang akan aku berikan kepada ku?"

"Itu semua tergantung dengan tugas apa yang anda berikan yang mulia"

"Hem ... Aku rasa kau sudah tau mengenai pembahasan di aula istana tempo hari. Jadi, aku berencana untuk mengirimi ke bumi sebagai utusan pemusnah dari para raja iblis" jelasnya.

"Maaf yang mulia. Tapi, bukankah masih banyak dewa di Nirvana ini yang bisa mengemban tugas itu? Aku tidak tertarik untuk pergi ke dunia fana" jawab Dewa Lodra tanpa ragu.

"Aku sudah menduga bahwa kau akan menolaknya. Bagimu, para manusia itu tak lebih dari seekor semut. Tapi Lodra, kita membutuhkan kemampuanmu untuk memusnahkan mereka demi keseimbangan alam semesta ini"

"Bagaimana anda bisa sangat yakin bahwa kemampuan saya di butuhkan untuk membunuh mereka? Bahkan dewa Air sudah di berangkatkan ke dunia fana. Dia bahkan cukup berkemampuan daripada hamba"

"Dewa air tidak cukup hebat dari pada dirimu Lodra"

"Maaf yang mulia, tapi sebaiknya anda mencari dewa lain untuk mengemban tugas ini" Dewa Lodra pun segera beranjak dari tempat duduknya.

"Pedang kematian milikmu" ucap raja dewa dengan cepat hingga menghentikan langkah dewa Lodra. "Aku akan memberikanmu lorong Wangya agar kau bisa berkultivasi dan meningkatkan pedang kematian mu menjadi tingkat pedang dewa tertinggi. Tapi kau harus menerima tugas untuk membasmi para iblis itu"

Dewa Lodra pun menoleh ke belakang merasa tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Yang mulia, lorong Wangya adalah lorong tertinggi untuk raja dewa. Anda tidak mungkin memberikannya hanya untuk membujuk hamba"

"Huh, Lodra. Manusia dan dewa saling terhubung satu sama lain. Jika kita menutup mata akan keadaan di dunia fana. Maka kestabilan dari alam ini akan ikut rusak. Jadi, aku rela memberikan lorong Wangya untukmu asal kau mau pergi ke dunia fana" ucapnya dengan tulus.

Dewa Lodra masih terdiam membisu. Lorong Wangya adalah sebuah mukjizat yang di terima seorang raja dewa. Dengan memberikan lorong Wangya, itu sama seja dengan sang raja memberikan setengah dari hidupnya.

"Hah, baiklah. Aku akan menerimanya. Tapi, jika aku tidak bisa kembali seperti para utusan itu. Maka Nirvana akan kehilangan penjaga dan kalian juga tidak akan bisa menerima informasi apapun dariku selama aku ada di dunia fana. Apakah anda tidak memikirkan itu yang mulia?"

"Tentu saja keponakan. Aku sudah memikirkan semuanya. Dan dewa Yora telah menemukan solusi agar kau bisa kembali ke Nirvana meskipun kau sudah mati sekalipun"

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

dewa yora~ dewa lodra..

2022-05-05

1

REY ASMODEUS

REY ASMODEUS

beberapa penulisan kurang sesuai thor, ada baiknya koreksi lebih dulu baru upload, demi kenyamanan pembaca. tetap semangat thor, lanjut berkarya sampai jari jebol. hhh

2022-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!