" Kamu siapa?" tanya Andri penuh selidik memandangi orang yang ada di depannya.
" Saya OB pak." jelas Adi.
" Baik ... Tugasmu sudah selesai, silahkan kembali ke kantor." perintah Andri tegas.
" Baik pak, saya permisi." pamit Adi dan membalikkan badan keluar dari ruangan, berjalan menuju keluar rumah sakit. " Halo," jawab Adi mengangkat ponselnya. " Bagus, kamu urus semua dan beli dengan harga sangat tinggi." Perintah adi tersenyum smirk.
Adi masuk ke dalam mobil yang tadi ia pinjam dan melajukan mobilnya ke tempat dia bekerja.
Beberapa menit kemudian, mobil yang dibawa Adi terparkir dan turun berjalan masuk ke kantor untuk menemui Doni teman kerjanya.
" Don, ni kunci mobil yang tadi aku pinjam. Mau aku kembalikan tapi tidak tau orangnya." ucap Adi menyerahkan kunci mobilnya.
" Baiklah, ini sudah siang sudah waktunya makan siang." ucap Doni
Dua hari berlalu, Maharani diperbolehkan pulang. Andri mengantar Maharani yang ditemani Rika asistennya, " Trimakasih ya Ndri, sudah mengantarku." ucap Maharani masuk ke apartemennya yang ditemani Rika.
" Sama-sama .... kalau begitu aku pamit." ucap Andri pamit dan keluar dari apartemen Maharani.
Setelah Andri pergi, Rika pun pamit karena akan mengurus berkas saham yang akan dibeli seseorang.
" Akhirnya, aku bisa pulang." ucapnya merebahkan diri di atas ranjang kesukaannya.
" Eem .... betapa ku rindu bantal empukku." ucapnya lagi memejamkan matanya hingga terlelap.
Malam berganti pagi, maharani terbangun karena sorotan matahari. Ia beranjak dan pergi menuju kamar mandi. Maharani mengisi bath up nya untuk berendam karena badannya terasa tidak nyaman.
Beberapa menit kemudian, Maharani keluar memakai jubah mandi menuju lemari pakaian. Selesai berpakaian, Ia memoles wajahnya agar tidak terlihat pucat. Maharani ke luar kamar dan didapati sarapan diatas meja, " siapa yang membuat?" batinnya duduk dan mengambil roti bakar ke sukaannya yang di sisi kiri roti ada secarik kertas.
" Selamat makan" Andri.
" Dia masih ingat." batinnya sambil melahap makanannya.
*
*
*
Pov. Andri
Pagi-pagi sekali Andri datang ke apartemen Maharani. " Dia belum mengganti sandinya." ucapnya tersenyum.
Andri masuk ke dalam berjalan ke dapur untuk membuat sarapan buat Maharani, walau sekedar roti bakar dan susu kesukaannya.
Selesai menyiapkan sarapan, Andri keluar dari apartemen untuk pergi ke kantor.
*
*
*
Maharani selesai sarapan, Ia berangkat ke butik yang dijemput Rika.
Beberapa menit diperjalanan sampailah di halaman butiknya, mereka turun berjalan masuk ke butik. Rika membukakan pintu ruang kerja yang di kantor, " Rik, apa penjualan saham sudah beres?" tanya Maharani duduk di kursinya.
" Sudah bos, bahkan membelinya dengan harga tinggi." jawabnya.
" Baguslah, setidaknya kita menjualnya tidak terlalu rugi." ucap Maharani
" Kalau begitu, 25% hasil dari pembelian saham kamu sumbangkan ke panti." perintah Maharani.
" Baik, ." jawab Rika
" Oya ... nanti siang kita ke perusahaan." ucap Maharani.
" Baik, kalau begitu saya pamit."
" Iya,... Oya, tolong buatkan minuman coklat." pinta Maharani.
" Baik." jawab Rika keluar dari ruangan kerjanya.
*
*
*
Di Kantin PT. Adi Karya.
" Adi, kamu ga salah kerja di perusahaan itu.?" tanya Anton ayahnya.
" Tidak ayah, sekalian aku mau melihat kinerja karyawan di sana." jawab Adi sambil makan somay kesukaannya.
" Baiklah, jika itu menjadi pilihanmu. Selama kamu bekerja di sana, perusahan ayah pegang." ucap Anton.
" Baik ayah, karena jam makan siang sudah habis. Saya pamit." Adi pamit bangkit dari tempat duduknya keluar kantin menuju motornya yang baru ia beli kemarin.
Setengah perjalanan, Adi melihat mobil di tepi jalan.
" Ada apa nyonya?" tanya Adi
" Ini mobilnya mogok, saya tidak ngerti apa yang rusak." Adi turun dan melihat bagian depan mobil.
" Mobilnya butuh diservise nyonya, " ucap Adi yang sudah tau kerusakannya.
" Iya sih, memang mobilnya sudah lama tidak di servise." jawabnya lalu menuju bagian belakang kemudi.
" oia ... masnya mau ke mana ya?" tanyanya.
" Masuk kerja habis makan siang nyonya." jawabnya.
" Kalau boleh tau, kemana?" tanya lagi.
" Mutiara Arta." jawab Adi.
" Kebetulan sekali, boleh minta tolong" ucapnya.
" Boleh nyonya, bagaimana?" tanya Adi penuh hormat.
" Tujuan kami sama dengan masnya, bagaimana kalau salah satu dari kami ikut kamu?" tanyanya lagi.
" Boleh, untungnya saya selalu bawa helm 2." jawab Adi menuju motornya.
" Sebentar ya." ucapnya.
Selang beberapa detik, " Mas, ini yang mau bareng ya?" ucapnya.
" Iya .... " jawabnya menunduk mengambil helm satunya.
" Ini, helmnya dipake dulu." menyerahkan helm.
" Eeh ... Nyonya sudah sembuh?" tanya Adi terkejut karena orang yang diberi tumpangan adalah orang yang ditolongnya.
" Iya sudah sembuh, tidak keberatan kan kalau saya minta tolong lagi?" tanya Maharani.
" Kalian sudah kenal?" tanya Rika pada mereka.
" Iya, dia yang membawaku ke Rumah Sakit." jawab Maharani.
" Oo ... saya kira Andri. Ya sudah, kamu antar lagi ya. Maaf merepotkan kamu lagi" ucap Rika.
" Tidak apa-apa, Silahkan duduk di belakang saya. Helmnya di pake." perintah Adi.
" Oia ... maaf." patuh Maharani karena sejak tadi helmnya masih dipengang.
" Ya sudah nyonya, saya berangkat dulu." pamit Adi pada Rika yang langsung melajukan motornya.
Dalam perjalanan, keadaan terasa hening sehingga Adi tidak menyadari ada lubang di jalan.
" Aduh ... " ucap Maharani mengaduh. dan reflek memeluk Adi. " Maaf mas saya tidak sengaja." ucapnya sambil melepas tangannya.
" Aduh, kenapa aku jadi gugup begini sih?" batin Maharani merasakan degupan jatungnya sendiri.
" Iya nyonya, tidak apa-apa. Demi keamanan, silahkan nyonya pegangan. Saya takut nyonya sakit lagi." ucap Adi khawatir mengingat Maharani masih masa pemulihan.
" Iya, tapi ini gak apa-apa?" tanya Maharani ragu.
" Ya nyonya, demi keamanan. Saya tidak bermaksud." jawab Adi.
Maharani melingkarkan tangannya ke tubuh Adi dengan ragu dan gugup.
Pov. Adi
Situasi yang dialami saat ini, membuat Adi tidak nyaman. Pasalnya baru pertama kali membawa perempuan pakai motor, sehingga ada lubang pun dia terjang.
" Aduh ... " ucap Maharani mengaduh. dan reflek memeluknya. " Maaf mas saya tidak sengaja." ucapnya sambil melepas tangannya.
" Iya nyonya, tidak apa-apa. Demi keamanan, silahkan nyonya pegangan. Saya takut nyonya sakit lagi." ucapnya khawatir mengingat Maharani masih masa pemulihan.
" Iya, tapi ini gak apa-apa?" tanya Maharani ragu.
" Ya nyonya, demi keamanan. Saya tidak bermaksud." jawabnya yakin.
Maharani melingkarkan tangannya ke tubuh Adi dengan ragu dan gugup. Deg ... deg ... deg.... " kenapa jatungku terasa mau copot?" batin Adi saat merasakan tangan Maharani memeluk dirinya.
Setengah jam berlalu, motor Adi tiba di parkiran. Maharani turun dan ingin melepas helmya, " Kok ini susah dibuka?" tanya Maharani saat kesulitan melepaskan helmnya.
" Oia nyonya ... maaf ini agak macet." jawab Adi turun membantu Maharani melepaskan helmnya, "deg" jatung mereka berdegup kencang kembali saat beradu pandang sangat dekat.
" Maaf..." keduanya berucap dan menurunkan pandangannya dan diam. Saat mereka merasakan malu-malu kucing, di sisi lain ada yang tidak terima sambil mengepalkan tangan.
Kira-kira siapa ya ... yang cemburu?🤔
Beri likenya, ga susah ko. Cuma mencet aja gambar jempol 👍👍👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments