Nusantara, tahun 2003
"Jangan coba-coba merebutnya dariku Hans". Tiba-tiba saja tubuh Rayhan menegang, seperti tersengat sesuatu yang menyakitkan.
Dan itu berlanjut saat acara telah usai.
Aldo menarik tangan sahabatnya memposisikan keduanya berdiri berhadapan di belakang mushola sekolah. Sedikit tersembunyi oleh kegelapan, namun cukup terang oleh lampu yang ada di parkiran. Rayhan menatap Aldo yang nampak tersulut cemburu. Ia sedikit menyesali ketidakmampuannya mengontrol diri tadi.
" Jangan katakan kalau kamu naksir Nilam juga ", Aldo mulai pembicaraan.
" Hei ... santai bro. Semua orang tau kalau Nilam itu memang sedikit diatas rata-rata.... yah ... dia cantik ", Rayhan berusaha sesantai mungkin.
" Hans..... sejak SMP kita berkawan "
" Ya .... karenanya tidak mungkin aku merebut pacarmu"
" Tapi matamu berkata lain Hans ". Dan kali ini ucapan Aldo membuat Rayhan sedikit terperanjat. Benarkah? .... karena Rayhan sendiri kebingungan dengan semua ini.
" Aku tau Hans.... kau sering ke rumah Nilam tanpa aku, tanpa memberitahku. Kalian menikmati bukan saat-saat hanya berdua ???"
" Aku... aku hanya berbincang, tidak lebih ", jawab Rayhan kemudian.
" Tunggu sampai aku membuangnya..... kau baru boleh memungutnya "
Entah mengapa perkataan terakhir Aldo begitu mengiris kalbu Rayhan. Wajahnya mengeras dan rahangnya mengetat, tatapannya berubah dingin menusuk. Kedua tangannya mengepal erat.
" Apa yang kau pikirkan hah ?! ", sentaknya kemudian pada Aldo. " Apa maksud ucapan mu ??? "
" Marah.... cih!, itu harusnya aku padamu "
" Keterlaluan .... !!! ". Dugh.... dan tinju Rayhan melayang menghantam dinding di sampingnya
Seandainya saja saat itu tidak segera muncul teman-temannya, mungkin kejadian akan lebih memanas dan tidak terkendali. Kehadiran Arlinda, Dion, Susan, Waris dan Gayuh sangat efektif menghentikan percikan emosi keduanya yang mulai membesar. Namun kehadiran mereka jugalah yang membuat masalah ini menjadi lebih runyam pada akhirnya.
" Aku pulang bareng Nana ya ..... sudah terlalu malam, tidak usah mengantarku. Ada Dion juga Reza.... nggak pa-pa 'kan Do? ", tolak Nilam halus saat Aldo hendak mengantarnya pulang. Gadis itu tidak tau' dengan peristiwa yang baru saja terjadi antara kekasihnya dan sahabatnya.
" Terserah ..... ". Aldo segera membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Nilam yang mematung.
" Na... aku salah bicara ya? ", tanya Nilam pada Nana yang hanya menjawab dengan mengangkat bahu.
Langkah dua gadis itu tertahan sosok tinggi menjulang. Rayhan berdiri tak jauh dari tempat Nana memarkir motornya.
" Motormu titipkan saja sama pak satpam Na. Kalian berdua kuantar pulang "
" Terus aku berangkatnya besok gimana??? Ngangkot??? ..... iiih ogah!! ", tolak Nana cepat.
" Besok ku jemput.... bawel !. Mana kuncinya.... sini, biar ku titipin pak Satpam", tegas Rayhan.
Dan Nana pun menyerahkan kunci motor bebek supra kesayangannya pada Rayhan. Tak lama kemudian mereka sudah berada di dalam mobil yang di kemudikan Rayhan. Ternyata Dion dan Reza pada akhirnya juga memilih meninggalkan motor mereka di sekolah dan memanfaatkan kebaikan Rayhan yang mau besusah payah mengantar mereka pulang. Dan juga ada Febri serta Maya yang sudah ikut bergabung dalam rombongan itu.
Khas anak muda, di dalam mobil pun mereka riuh bercanda dan bercerita. Hingga akhirnya satu persatu dari mereka diturunkan di depan rumah masing-masing. Hingga tiba giliran Dion yang sampai di rumahnya. Rumah paling jauh adalah Nana setelah rumah Nilam.
" Sampai jumpa lagi kawan tersayang ", ucap Dion dengan tengilnya.
" Nilam.... tadi ada yang mau berantem gara-gara kamu loooh. Cepat bikin keputusan tepat ya...... atau mending aku saja deh yang sama kamu ". Dion terkekeh geli dan segera menutup pagar rumahnya seolah menghindari tatapan Rayhan yang menghardiknya.
Sementara itu Nilam yang duduk di sanping Rayhan, menatap pemuda itu dengan pandangan menuntut penjelasan. Nana tak memahami situasi karena benteng headset nya tampak tidak peduli.
" Nanti ku ceritakan ", jawab Rayhan pada akhirnya.
Nilam hendak protes saat Rayhan sama sekali tidak menghentikan laju mobilnya ketika sudah mewati gang tempat rumah Nilam berada. Namun wajah Rayhan yang begitu serius menatap lurus kearah jalanan, membuatnya mengurungkan niat
" Makasih ya.... Jangan lupa !!!! Jemput ... seperti janji mu ". Dan Nana pun segera menghilang dibalik pagar tinggi rumahnya.
" Nil.... kamu putus saja dengan Aldo. Daripada dia meninggalkan mu ". Sesaat setelah mobil itu berbalik arah dari rumah Nana dan hanya tinggal mereka berdua.
Saat itu menunjukkan pukul sepuluh malam tepat.
" Ada apa sebenarnya ? ", tanya Nilam kemudian.
" Aldo ... dia tau' aku sering ke rumah mu. Dan dia marah... ". Nilam terdiam mendengarnya.
" Dia menuduhku ... akan merebutmu diam-diam. Dia bilang .... aku boleh memungut mu saat dia sudah mencampakkan mu. Kau ... kau... putuskan saja dia ".
Nilam tertunduk sesaat lalu memalingkan wajahnya dan menatap ke luar jendela.
" Lalu ... kau bilang apa padanya? "
" Aku nyaris meninjunya "
Nilam tercekat mendengar jawaban itu.
" Kau bukan barang..... bodoh si Aldo itu ", Rahyan tersenyum sinis.
" Aku yang dihina.... kenapa kau yang marah?? ", sergah Nilam cepat.
" Aku 'kan temanmu...... tentu aku marah "
Entah mengapa ada yang aneh terasa di hati Rayhan saat mengucapkan kata teman. Ya... teman yang sangat baik, yang sangat perhatian dan pengertian. Teman yang dicari-cari nya saat tak nampak ketika ia bertanding. Teman yang menenangkan hatinya. Teman ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Erna Yunita
Teman.... sebuah kata yg ambigu... setidaknya rasa sayang itu ada Rey... dan kau hanya perlu menyebut namanya disepertiga malam mu....
Nothing Impossible right 🥰
2024-11-13
0
Erna Yunita
hmmm..... berharap secepatnya
2024-11-13
0
Yuli Ana
teman....teman hidup Rey😊😊😊
2022-10-17
2