Khanza, terus memperhatikan Ayuna yang masuk kekamar nya sendiri, Khanza melongos kesal karena Ayuna sudah terlebih dahulu dinikahi Ziko, bahkan gadis itu dengan mudah. mendapatkan restu kedua orang tua Ziko, yang selama ini memandang rendah dirinya.
"Sayang, kamu cemburu ya"
"Gimana aku ngak cemburu Ziko, dia tinggal satu apartemen denganmu, meskipun kalian beda kamar. tapi tidak menutup kemungkinan dia bakal menggodamu."
"Khansa, coba tatap mataku. apa ada orang lain disana. aku cuma mencintaimu dan Ayuna bukan tipe wanita yang idamanku, percaya lah padaku."
" Baiklah Ziko, aku percaya padamu."
" Ya....senyum dong sayang, gimana malam ini kita senang-senang agar kamu ngak berfikir macam-macam lagi."
"Oke Sayang."
Khanza kembali tersenyum, dia dan Ziko pergi meninggalkan apartemen. setelah kepergian Ziko. Ayuna keluar dari kamar sambil mengusap air matanya.
Ayuna mengedarkan pandangannya keseliking ruangan apartemen yang luas, dia sangat kesepian. tapi dia tidak bisa apa-apa lagi selain menangis memeluk foto kedua orang tuanya. hingga akhir nya Ayuna tertidur begitu saja. hingga dia tidak tahu Ziko jam berapa kembali pulang.
***
Pagi yang cerah, Ayuna bangun pagi-pagi sekali. karena belum belanja. dia hanya membuat segelas susu untuk bekal sarapan kesekolah dan segelas kopi hitam untuk Ziko.
Ziko sudah rapi dengan pakaian kantor nya, diliriknya Ayuna juga sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan seragam abu-abu.
"Pagi mas Ziko."
"Ya," jawab Ziko acuh, namun dia tertarik juga untuk meminum kopi buatan Ayuna.
"Apa kamu bisa masak."
"Bisa mas, semenjak kepergian ibu, akulah yang mengurus kebutuhan rumah dulunya."
"Apa dirumahmu tidak ada pelayan yang bekerja."
"Ada, Bu Siti. tapi semenjak dia mengundurkan diri dan pulang kampung, aku mengerjakan semuanya sendiri."
"Bagus, nanti kamu sepulang sekolah belanja ya."
" Iya mas."
Ziko berdiri sambil merapikan jas kerjanya, ini kartu ATM kamu bisa pakai untuk kebutuhan belanja dan keperluan pribadimu, tapi ingat bijaklah dalam mengunakan uangku."
"Baik, mas."
Ayuna mengambil kartu ATM yang diberikan Ziko dengan tangan bergetar, Ayuna bukanlah gadis yang miskin, kedua orang tuanya juga meninggalkan tabungan yang lumayan banyak untuknya, termasuk sebuah toko kelontong yang memiliki lima orang karyawannya.
Ayuna menerima ATM pemberian Ziko sebagai wujud tanggung jawab suaminya itu dalam memberikan nafkah lahir.
"Kamu naik apa kesekolah?"
"Motor maticku, kemaren sudah diantarkan kesini oleh mang Ujang."
"Ya udah, aku berangkat duluan, kamu hati-hati ya."
"Ya mas."
Sepulang sekolah Ayuna langsung Menuju minimarket, membeli berbagai macam kebutuhan makanan mereka berdua, termasuk stok pembalut. namun karena belanjaan Ayuna yang cukup banyak membuat dia kebingungan harus bagaimana membawanya pulang. apalagi dia mengunakan sepeda motor.
"Bagaimana ini, apa sebaiknya aku hubungi mas Ziko. tapi apa dia nggak bakalan marah nantinya." Ayuna kebingungan sambil memegangi ponsel.
Rangga yang juga sedang belanja, tanpa sengaja melihat Ayuna yang kebingungan berdiri depan supermarket. dia menghampiri Ayuna dengan senyum termanis nya.
"Ayuna."
"Rangga, kamu belanja disini juga ya."
"Ya Ayuna, kebetulan lewat dan beli ini." memperlihatkan kotak minyak rambut pada Ayuna. yang dibalas senyuman oleh gadis itu.
"Ayuna, belanjaanmu kok banyak banget ya."
"Ya, aku sengaja stok banyak. biar nggak sering-sering keluar rumah dan ngak ganggu proses belajar juga." terang Ayuna.
Rangga tahu Ayuna pasti sangat kerepotan membawa belanjaan sebanyak itu, apalagi dia melihat Ayuna mengunakan sepeda motor.
"Ayuna, aku bantu nganterin kamu pulang ya. tidak mungkin kamu membawa sebayak ini dengan sepeda motor mu." Rangga menawarkan dirinya, lagian ini kesempatan bagi Rangga, untuk menunjukkan perhatiannya pada Ayuna, gadis yang sudah lama dia sukai.
"Ngak usah Rangga, aku tidak mau merepotkan mu."
"Ngak Ayuna, aku malah senang bisa bantu kamu. ingat kita ini sahabat dan sudah seharusnya saling membantu."
"Baiklah Rangga, terimakasih ya."
"Jangan sungkan gitu dong, Ayuna." Rangga membantu mengangkat barang-barang belanjaan gadis pujaannya dengan senang hati.
"Rangga, sekarang aku tinggal diaparemen the Flowers Hill."
"Kamu sudah pindah ya, kenapa?"
"Ngak kenapa-napa, cuma pengen suasana yang baru, setelah kepergian papa." Ayuna masih merahasiakan tentang pernikahan nya dengan Ziko terhadap siapapun, ini juga atas permintaan Ziko.
Ziko yang juga baru pulang kerja, melihat Ayuna bersama Rangga. nampak laki-laki itu kewalahan membantu membawakan barang-barang belanjaan Ayuna yang banyak. Ziko terus memperhatikan mereka dengan mengikuti langkah Ayuna dan Rangga dari jarak tidak begitu jauh.
"Dasar ganjen, ngakunya tidak punya pacar dan teman dekat. baru semalam dia mengatakan nya. sekarang dia sudah dekat dengan laki-laki lain." gumam Ziko kesal.
"Rangga, terimakasih banyak ya. kamu sudah membantu ku."
"Sama-sama Ayuna."
"Maaf ya aku ngak bisa nawarin kamu masuk, soalnya nggak enak jika dilihat orang." Ayuna tidak ingin Ziko tiba-tiba pulang dan salah paham. dengan menuduh nya yang bukan-bukan.
"Ngak papa Ayuna, aku ngeri kok. kalau gitu aku permisi dulu."
Setelah kepergian Rangga, Ayuna segera menyusun belanjaan nya kedalam kulkas. lumayan banyak cukup untuk kebutuhan mereka berdua beberapa hari kedepan nya.
"Bruuuaggkkk..."
Ayuna terperanjat kaget saat pintu masuk dibuka dengan kasar oleh Ziko, dan menatap kesal kearah Ayuna.
"Mas Ziko."
"Ya, kenapa wajahmu kaget seperti itu. kamu takut ya perbuatan ketahuan oleh ku."
"Maksud mas Ziko."
"Alah, jagan sok suci Ayuna, aku melihatmu barusan diantarkan oleh pacarmu pulang kan."
"Kamu salah mas, Rangga hanya membantu membawakan barang-barang belanjaan ku yang banyak, dan kami bertemu juga secara tidak sengaja, lagian untuk apa mas marah-marah, kita sudah buat kesepakatan untuk tidak mencampuri urusan masing-masing."
"Berani sekali bocah ingusan sepertimu melawan ku Ayuna, aku akan buat kamu menyesal dengan pernikahan ini." Ziko terlihat sangat kesal berjalan cepat menuju kamarnya.
Ayuna berusaha untuk tidak menagis, dia segera beres-beres dan masak untuk makan malam. dia tidak peduli Ziko akan suka atau tidak, yang penting dia masak untuk dirinya. setelah selesai Ayuna masuk ke kamar nya mandi dan istrahat.
Ziko sebenarnya memperhatikan kegiatan Ayuna, wangi masakan Ayuna membuat nya sangat penasaran untuk mencoba masakan istri kecilnya itu. melihat pintu kamar Ayuna yang sudah tertutup rapat, perlahan Ziko berjalan menuju meja makan, nampak masakan Ayuna masih mengeluarkan sedikit asap, tandanya masih panas.
"Terlihat lezat dan menggugah selera." Ziko mengambil piring dan mulai menyantap nya, tanpa sadar dia kembali nambah. hingga makanan itu tersisa dikit.
Ayuna yang sudah selesai mandi, berjalan keluar Menuju dapur. dia ingin makan karena merasa sudah sangat lapar. nampak Ziko yang masih asyik menyuap.
"Mas Ziko."
"Jangan kegeeran, aku makan masakan mu karena kebetulan aku lapar banget. padahal rasanya biasa-biasa saja." jawab Ziko menyudahi makanya.
Ayuna berusaha menahan senyumnya, melihat tingkah Ziko yang masih menjunjung tinggi ego-nya. bahkan makanan yang dimasak Ayuna hampir habis dimakan nya.
Ayuna ikut makan dalam diam, Ziko terus memperhatikan Ayuna yang sikapnya terlihat dewasa dibandingkan dengan umurnya, beda dengan Khanza yang meskipun sudah dewasa dibandingkan Ayuna, tapi dia masih terlihat kekanak-kanakan, bahkan sama sekali tidak bisa masak seenak Ayuna.
Wangi parfum Ayuna sangat segar, bau khas anak remaja yang membuat gairah Ziko tiba-tiba bergelora. rambut panjang bergelombang Ayuna yang terlihat belum kering sempurna membuat penampilan nya bertambah mempesona.
" Benar-benar cantik, tidak....kamu tidak boleh tergoda dengan bocah ini Ziko." gumamnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ina Herlina
tanpa digoda ayuna pun Ziko kini sudah mulai tergoda,,,Khanza mah pngen ke Ziko karena liat hartanya,,,ayuna gitu2 jg dia kaya,,,
2022-03-29
0
Puja Kesuma
yg halal lbh menggoda 😁😁🚲
2022-03-29
1
Dwy Ajh
Thor visual,a dunk
2022-03-29
1