Menikah

Ruangan tempat Hendra dirawat, seketika berubah menjadi tempat pernikahan dadakan. Hendrawan terlihat begitu senang, Dia bersandar pada sandaran ranjang rumah sakit.

Meskipun ini pernikahan dadakan, Bu Sinta mama Ziko sudah mempersiapkan segala sesuatunya. termasuk kebaya berwarna putih yang akan dikenakan calon menantu nya Ayuna, dan seorang perias pengantin.

"Pakailah kebaya ini, nak."

"Baik, terimakasih ya Tante."

"Ayuna, tidak usah panggil Tante lagi ya. Panggil mama saja. Sama seperti Ziko. Toh sebentar lagi kalian berdua sudah resmi menikah."

"Iya mama."

Perias langsung membantu memakai kan kebaya, lalu merias wajah Ayuna secantik mungkin. Setelah selesai Ayuna menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap Ziko.

Selang oksigen masih melekat di hidung Hendrawan yang terlihat senang menatap putri nya, sebelah tangannya terpasang selang infus.

"Apa sudah bisa, dimulai pernikahan nya sekarang?"

"Bisa pak penghulu, silahkan." Ucap papa Ziko.

"Saya terima nikah dan kawin nya, Ayuna Putri Hendrawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas dibayar tunai.”

terdengar suara Ziko yang jelas dan lantang.

“Sah.”

“Sah"

"Sah.” Ucap para saksi yang hadir, dilanjutkan dengan doa untuk kedua pasangan pengantin agar mereka menjalani biduk Rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah.

“ Ayuna, Salim tangan suami mu.” Ucap Bu Sinta sambil tersenyum lembut dan terpancar kebahagiaan dari wajahnya.

Tangan Ayuna yang dingin, terangkat perlahan menyalami tangan Ziko, pria yang dalam hitungan menit sudah sah menjadi suaminya. ditatap nya Ziko sambil mencuri-curi pandang. yang terlihat rapi dan tampan.

Pernikahan berlangsung khidmat. Yang dihadiri penghulu dan saksi serta wali bagi Ayuna dimana Hendrawan tidak mampu lagi untuk menikahkan putrinya.

Ziko barusan, menyebutkan ijab Qabul dengan suara lantang dan jelas, yang membuat Ayuna sempat mengangkat wajah nya ketika mendengar saksi mengucapkan kata sah. seakan tidak percaya dengan pendengaran nya barusan.

Jantung Ayuna berdetak kencang, sekarang dia sudah berubah status menjadi istri orang. Ayuna memperhatikan jemari tangannya. Yang baru saja terpasang cincin Kawin berupa cincin berlian indah sudah melekat dijemarinya.

Begitu juga dengan Ziko, dia menatap cicin kawin yang melekat dijemari Ayuna, cicin yang semula untuk Khanza. Dan masih terukir indah nama mereka berdua. Z/K. dan sekarang sudah berubah menjadi cincin pernikahan nya dengan Ayuna.

Semula, Ziko berniat membeli cicin berlian yang baru, namun karena waktu yang begitu mendesak. dan persiapan yang kurang. Akirnya mau tidak mau. Ziko memberikan cicin yang sengaja dia persiapkan untuk pertunanganya dan Khanza nantinya.

Ayuna melirik sang papa, namun tangisnya kembali pecah saat melihat mata papa yang terpejam perlahan, senyum mengembang sudut bibir Hendra Yang sudah terbujur kaku.

“Papa...hu...hu...papa banguuun pa.” Ayuna memeluk tubuh Hendra sambil menangis terisak-isak.

Semua yang diruangan itu ikut sedih, tim dokter masuk mereka langsung segera memeriksa kondisi kesehatan Hendrawan yang terus menurun dtratis. sambil menggelengkan kepalanya pelan.

“Maaf, kami telah berusaha sebaik mungkin. Tapi Tuhan berkata lain. dia lebih menyayangi papa Anda.” Ucap dokter.

“Tidak... papa...hu..hu... jangan tinggalkan Ayuna sendirian pa.” Tangis kehilangan Ayuna begitu terdengar pilu dan sedih.

Ke-dua orang tua Ziko ikut menitikan air matanya, melihat sahabat mereka yang sudah lama sakit, Ziko tanpa sadar mengusap-usap punggung Ayuna lembut, sambil berusaha membujuk agar kuat dan tabah.

Proses pemakaman berjalan dengan lancar, Hendrawan dimakamkan bersebelahan dengan istri tercinta nya.

“Sudahlah Ayuna, kamu tidak perlu begitu larut dalam kesedihan. Karena akan membuat papamu juga sedih melihat mu disana.” Bujuk Sinta sambil merangkul tubuh Ayuna membantu nya untuk berdiri untuk pulang kerumah.

Baru beberapa langkah, mereka meninggalkan pemakaman. Ayuna tiba-tiba hilang keseimbangan. tubuhnya oleng dan semuanya terlihat berputar-putar dan mengecil, hingga semua tersa gelap.

Dengan gerakan cepat, Ziko menahan tubuh Ayuna agar tidak jatuh ketanah, Lalu Ziko mengendong Ayuna yang sudah pingsan tidak sadarkan diri lagi menuju mobilnya, Sinta mengikuti dengan langkah tergesa-gesa dari belakang dia sangat mengkhawatirkan kondisi menantu pilihan nya itu.

"Ayuna bangun nak." Sinta menggoyangkan pelan bahu Ayuna, sambil mengolesi minyak kayu putih.

Ayuna, perlahan membuka matanya, kepalanya masih terasa pusing, dia kembali menangis dalam pelukan hangat mama Sinta, yang dengan lembut membujuk dan menghiburnya.

“Ayuna, minum dulu.” Ziko membawakan sebotol minuman mineral lalu membantu meminumkan dengan hati-hati.

“Terimakasih mas.”

Ayuna yang mersa sedikit lega, setelah meminum air putih pemberian Ziko. Namun dia kembali menangis, saat teringat papanya.

“Ayuna, sekarang kamu sekarang sudah resmi menjadi istri Ziko, menantu sah kami. Jadi kamu tidak boleh menolak dan tinggal bersama kami, tidur dan berbagi kamar dengan Ziko, suamimu.” Membujuk Ayuna agar mau pindah dan tinggal bersama mereka, karena jika masih dirumah orang tuanya, Ayuna akan terus sedih.

“Baiklah ma.” Ayuna akirnya pasrah dan menurut, saat para pelayan rumah membantu memindahkan semua pakaian dan barang-barang pribadi miliknya kemobil Ziko untuk dibawa kerumahnya.

"Ma, sebaiknya aku dan Ayuna tinggal berdua diapartemenku. Biar kami bisa mandiri."

"Bagus sekali nak, mama mendukung idemu."

Padahal Ziko sengaja membawa Ayuna tinggal terpisah, karena dia bisa bebas untuk bertemu dan berkencan dengan kekasihnya Khanza.

Ayuna menatap takjub apartemen Ziko yang besar dan juga mewah, sambil menarik kopernya sendiri, Ziko terlihat enggan untuk membantu istri kecil nya itu.

Ayuna masuk, mengikuti langkah Ziko. mengedarkan pandangannya keseliking ruangan yang terlihat bersih dan rapi, namun sangat sepi.

"Mas, apartemen ini sepi ya."

" Tentu, karena aku sering menempatinya sendiri, dua kali sehari pelayan dirumah mama datang kesini untuk bersih-bersih, tapi sekarang sudah ada kamu yang akan menggantikan pekerjaan mereka, mengerti." Ucap Ziko santai.

"Iya, aku mengerti mas." Ayuna pasrah.

"Hey, jangan cuma iya dan iya saja. Ingat tugasmu, jika menjadi istri itu harus bisa masak, nyuci dan bersih-bersih ruangan ini."

"Bagaimana aku bisa mengerjakan semuanya, aku juga musti sekolah, mas."

"Itu urusan mu, pandai-pandai lah membagi waktu, lagian masih kecil udah ngebet banget pengen kawin. Makanya mikir dulu sebelum mengambil keputusan."

Kata-kata Ziko barusan membuat Ayuna menagis, namun sebisa mungkin dia menyembunyikan kesedihannya. Dia tidak boleh lemah dihadapan Ziko. Paling tidak Ziko sudah membuat papa nya bahagia disaat terakhir nya.

"Awas saja jika kamu berani mengadu sama mama papa, termasuk mengusik kehidupan pribadi ku, dengar itu."

"Baiklah mas."

"Sekarang kamarmu dilantai satu, aku dilantai dua."

Tanpa banyak bicara lagi, Ayuna masuk kekamar nya. Dia menagis. Namun kemudian dia kembali mencoba tersenyum dan kuat.

"Sekarang aku bukan Ayuna gadis manja yang dulu lagi, aku harus kuat. Agar papa dan mama bisa tersenyum senang melihat ku disana, aku harus sabar dan kuat menghadapi ujian hidup ku ini."

Terpopuler

Comments

Eva Nietha✌🏻

Eva Nietha✌🏻

Langsung tema mewek

2023-12-19

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

sabar ayana sama sama kita kasinpelajaran ziko itu

2022-03-27

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 60 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!