Orion (Sang Pemburu)
Di kepadatan jalan raya sebuah mobil sport hitam berhenti di dekat lampu merah. Di dalam mobil itu seorang anak kecil laki laki sedang tersenyum memandang pialanya.
" Tuan muda, anda memenangkan lomba lagi ?"
Anak kecil itu menoleh ke samping menatap supirnya dengan wajah yang masih terus tersenyum manis. " Iya, bukannya tadi paman yang paling semangat bersorak menyebut namaku ?"
Supir itu tersentak kaget dan memilih berpura pura tidak mengerti. " Saya selalu di dalam mobil tuan muda."
" Benarkah ? Paman Neus, berbohong kepada anak kecil itu tidak baik. Aku akan mengadukan paman pada ayah dan ibuku nanti."
" Tuan muda Orion, anda tidak bisa mengancam saya seperti itu !"
Orion mengangkat bahunya acuh. " Jujurlah kalau begitu."
Neus menghela napas sejenak sambil kembali menyetir mobil setelah lampu merah berganti. " Iya tuan muda tadi saya melihat anda yang begitu hebat menjawab setiap pertanyaan tanpa kesulitan sedikitpun. Saya menyemangati anda karena tuan dan nyonya tidak bisa hadir melihat perlombaan anda."
Orion tertawa dan menepuk lengan Neus. " Perhatian sekali."
Neus tersenyum malu dengan telinga yang mulai memerah. Padahal niatnya tadi ingin diam diam saja tapi siapa yang tahu kalau tuan mudanya itu malah mengetahuinya. Betapa malu dirinya sekarang karena ketahuan telah berbohong kepada tuan mudanya itu.
" Menurut paman ayah dan ibu senang tidak ya melihat piala ini ?" Orion menunjukkan pialanya yang membuat Neus tersenyum melihatnya.
" Tentu tuan muda, tidak hanya tuan dan nyonya yang bangga melihat anda. Tetapi seluruh orang di Mansion juga ikut bangga melihat kemenangan anda."
" Benarkah ?"
" Iya tuan muda."
Orion semakin melebarkan senyumannya. Ia menjadi tidak sabar lagi untuk cepat cepat pulang ke rumahnya.
" Tuan muda anda..."
Tiba tiba saja Neus menghentikan mobilnya dan menatap waspada daerah di sekitarnya. Jalan yang dilaluinya kali ini adalah jalan yang termasuk banyak dilalui orang. Tetapi kenapa kali ini terlihat sepi sekali ?.
Neus menatap setiap gang yang bisa dijangkau pandangannya. Perasaan terancam yang sering dirasakannya setiap kali diserang musuh Neus merasakannya ditempat ini.
Ini pertanda bahaya !.
" Paman ada apa ?" tanya Orion.
Neus tidak menjawab, ia menggendong tuan mudanya keluar dari dalam mobil lalu berlari sejauh mungkin menjauhi tempatnya berada.
" Paman pialaku tertinggal di dalam mobil."
" Kita akan mengambilnya nanti tuan muda." Neus semakin mengencangkan larinya menuju Mansion.
Orion melihat ke belakang tempat dimana mobilnya berada. Tapi tanpa sengaja pandangannya melihat sesosok berpakaian hitam keluar dari dalam gang dengan membawa sebuah pedang berlumuran darah menuju mobil yang barusan mereka gunakan. Orion menjadi ketakutan melihatnya, ia mencengkram erat pakaian Neus dengan mata yang siap menangis kapan saja.
" Tuan muda tolong tutup mata anda sampai kita berhenti berlari." ucap Neus yang merasa khawatir karena mungkin saja tuan mudanya itu sedang melihat sesuatu di belakang mereka. Terbukti dari tubuh tuan mudanya yang tengah gemetar di dalam gendongannya.
Setelah dirasa telah cukup aman, Neus menurunkan Orion dari gendongannya. Ia menghubungi rekan rekannya untuk meminta bantuan. " Kenapa tidak bisa ?" tanyanya heran.
" Paman kapan kita pulang ?"
Neus berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan Orion. " Secepatnya tuan muda."
" Kalau begitu ayo paman kita pulang. Aku ingin bertemu ayah dan ibuku." pinta Orion yang mulai menangis ketakutan.
Neus menghela napas dan mengusap air mata tuan mudanya. Terpaksa Neus kembali menggendong tuan mudanya untuk berlari menuju jalur rahasia yang berhubungan dengan ruang tengah Mansion milik tuannya. Setelah dua puluh menit terus berlari di jalur rahasia. Akhirnya Neus sampai di depan pintu rahasia ruang tengah Mansion tuannya. Ia membuka pintu itu dengan perasaan lega. Namun betapa terkejut dirinya saat melihat seluruh orang di Mansion itu telah terbaring dengan anggota tubuh yang tidak lengkap dan lantai yang berlumuran darah.
" Ayah ! Ibu !" Orion berteriak kencang dan melompat turun.
Neus terduduk lemas ke lantai memandang keadaan Mansion milik tuannya saat ini.
Orion berlari mendekati ayah dan ibunya yang terbaring di bawah sofa. " Ayah, ibu, bangun !"
" Ayah ! Ibu ! Ion pulang, ayo bangun !" Orion menangis sambil mengusap darah di wajah ayah dan ibunya.
" Ayah ! Ibu !"
.
...*****...
.
Orion termenung memandang makam ayah dan ibunya. Kejadian beberapa jam yang lalu masih terasa segar diingatannya dimana wajah ayah dan ibunya yang berlumuran darah dengan tubuh penuh sayatan. Padahal diumurnya yang masih kecil ini tidak seharusnya Orion mendapatkan kejadian seperti itu. Seharusnya ayah dan ibunya masih ada bersamanya dan merayakan kemenangannya. Tapi semua itu harus menjadi khayalannya saja akibat perbuatan orang orang itu. Orion mengepalkan tangannya merasa marah.
" Tuan muda." Neus datang dengan membawa koper hitam besar di tangannya.
" Paman pinjam belati." tangan Orion terulur tanpa mau mengalihkan pandangan dari makam ayah dan ibunya.
" Tuan muda anda..."
" Turuti perintahku ! Jangan sampai aku mengulang ucapanku paman Neus." Orion berucap tegas memotong ucapan Neus.
Neus terkejut mendengar perintah yang baru pertama kali ia dengar dari tuan mudanya. Ucapan tegas dengan kalimat yang sama seperti yang sering tuannya ucapkan. Mata Neus memerah menahan tangis, tangannya mengambil belati dari balik pakaiannya.
" Jangan sampai aku mengulang ucapanku."
" Tuan Hansen." Neus menangis mengingat itu. Ia menaruh belatinya di atas telapak tangan tuan mudanya dengan tubuh bergetar. Seharusnya yang menangis disini adalah tuan mudanya bukan dirinya. Tetapi Neus tidak bisa menahan air matanya setelah kehilangan tuan dan nyonya yang sudah ia anggap seperti orang tua kandungnya sendiri.
Orion menghiraukan tangisan Neus. Perasaannya hampa dan juga langkah yang berat membuatnya enggan menegur supir sekaligus bodyguardnya itu. Orion berdiri di dean makam ayah dan ibunya. Matanya menatap tajam belati di tangannya.
CRASH !
Orion mengiris telapak tangannya dan melihat aliran darah yang menetes jatuh ke tanah di depan makam orang tuanya.
" Dengan darahku, aku Orion Harsenal Frendick bersumpah ! Aku akan kembali dan membalaskan dendam ini. Aku akan membunuh mereka bahkan keturunannya dengan cara apapun ! Itulah sumpahku, sumpah pewaris bangsawan Frendick !"
" Tuan muda." Neus berjalan mendekat dengan panik. Segera disobeknya ujung kemeja miliknya untuk membalut luka di tangan tuan mudanya. Ditatapnya tuan mudanya itu dengan sedih.
" Tuan muda anda tidak boleh melukai diri anda sendiri seperti. Tuan dan nyonya pasti tidak akan menyukainya tuan muda."
Orion mengabaikannya, bahkan luka di tangannya tidak terasa sakit sama sekali. Hatinya jauh lebih sakit saat ini, apalagi setelah mengetahui siapa pembunuh ayah dan ibunya. Mereka sering bersama, mereka keluarga, mereka sering bermain bersama, dan mereka juga yang mengajarinya. Tapi mengapa mereka membunuh orang tuanya ?.
" Paman ayo kita pergi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Muhammad Kusman
lanjut thor/Smile/
2024-06-09
1
Elsa Sabrina
halo selamat malam
2023-06-03
1
Reirin Mitsu
Aw, kasian Orion. :(
2022-12-05
1