Di dalam ruangan bernuansa putih, lima orang gadis bergaun seksi sedang berpose menggoda di depan kamera.
" Tolong lebih dekat lagi !"
Lima orang gadis itu mengikuti instruksi sang fotografer. Mereka berusaha untuk terlihat senatural mungkin di hadapan kamera.
" Bagus ! Seperti itu, pertahankan !" sang fotografer segera mengambil gambar mereka sebagus mungkin.
" Yap, ganti !"
Kelima gadis itu menganti gaya mereka untuk sesi yang terakhir.
" Selesai ! Terima kasih kerja samanya gadis gadis cantik."
" Kami bahkan bisa memberikan lebih untukmu Hansen." ucap salah satu gadis itu.
Hansen terkekeh mendengar tawaran itu. " Lain kali karena hari ini aku memiliki janji."
Gadis itu mencibir kesal. " Kau selalu saja begitu."
" Maaf cantik tapi lain kali mungkin aku tidak akan menolaknya lagi." Hansen memberikan senyumannya pada kelima gadis itu. Kali ini ia benar benar memiliki janji dengan pria yang menurutnya setengah wanita. Dia pria tetapi banyak bicara dan sok berkuasa layaknya para wanita.
Drrrt !
Lihat, baru saja Hansen membicarakannya tetapi pria itu sudah langsung menelponnya.
" Aku tahu kau mengejekku Hansen."
" Wow !" itulah kata yang tepat setelah Hansen menerima panggilan.
" Kau di mana ?"
" Kau bertanya seolah kau kekasihku Gabriel."
" Aku serius Hansen, cepat katakan atau aku akan menyeretmu sekarang juga."
" Dan sekarang kau terdengar seperti kekasih yang posesif."
" Ucapkan sekali lagi maka masa depanmu yang tidak seberapa itu langsung hilang dari tempatnya."
" Kau berubah menjadi istri yang memergoki suaminya sedang berselingkuh."
" Hansen !"
" Ya ?"
Panggilan itu langsung terputus. Hansen berdecak menatap layar ponselnya seakan akan itu adalah Gabriel. " Awas kau ! Aku akan membalasmu dasar cerewet !"
" Dan aku akan menyeretmu sekarang juga."
Hansen terkejut mendengar suara Gabriel di belakang tubuhnya. Gabriel tanpa bicara lagi langsung mencengkeram kerah belakang baju Hansen lalu menariknya keluar dari ruangan itu.
" Hei, kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini LeBanBi !"
" Aku bosmu kalau kau lupa pekerja." Gabriel menekan tombol lift menuju lantai satu.
" Dan berhentilah memanggilku LeBanBi atau gajihmu kupotong tahun ini." lanjutnya.
" Ini mulutku kalau kau juga lupa."
" Tapi yang kau sebut itu namaku pekerja."
Ting !
Mereka keluar dari lift dengan Gabriel yang masih menarik kerah Hansen. Orang orang langsung melihat mereka dengan pandangan geli. Ini bukanlah pemandangan yang asing karena Gabriel bukan sekali atau dua kali menarik Hansen di depan para pekerjanya.
" Aku malu sialan !" Hansen mencoba melepaskan cengkeraman Gabriel dari kerahnya.
" Aku lebih malu karena membawamu." Gabriel berucap malas.
" Kalau begitu jangan membawaku !" Hansen berteriak kesal.
" Aku juga malas membawamu kalau tidak ingat kau itu adalah temanku."
Para pekerja yang mendengar itu tertawa diam diam. Jika orang yang tidak tahu mungkin Gabriel dan Hansen akan disangka sepasang kekasih.
Hansen menatap Gabriel memelas. " Aku ini fotografer terkenal dan kau seenaknya menjatuhkan harga diriku begitu saja LeBanBi. Tolong lepaskan, aku ini manusia bukan kucing ataupun kelinci yang kau cengkram lehernya."
Gabriel menghela napas dan mempercepat langkah kakinya yang membuat Hansen terseret. " Dewasalah sedikit Hans."
" Kau yang kekanakan LeBanBi !" Hansen menunjuk wajah Gabriel dengan mata melotot kesal.
" Jadilah peliharaan yang baik."
" Aku bukan anjingmu !"
" Aku tidak bilang kau itu anjingku Hans."
" Nah ! Itu barusan kau bilang LeBanBi !" Hansel berteriak marah.
.
...*****...
.
Gabriel bergidik ngeri melihat Hansen yang terus tersenyum manis memandang gadis di depan mereka.
" Yang mau dijodohkan itu aku tapi kenapa kau yang tersenyum seperti orang gila ?" Gabriel berbisik kearah Hansen.
" Tadi kau bilang tidak mau. Sekarang lihatlah, dia cantik sekali." Hansen balas berbisik.
" Itu karena aku tidak tahu sebelumnya kalau dia itu cantik."
" Tapi dia termasuk tipe idealku."
Gabriel tersenyum sinis mendengarnya. " Semua wanita kau sebut tipe idealmu. Bahkan kodok betina pun kau sebut tipe idealmu juga selama itu bisa bereproduksi."
Hansel melotot menatap Gabriel. " Lemas sekali lidahmu itu."
" Tentu saja, lidah kan tidak bertulang. Kau baru tahu ? Jika iya, pantas saja kau bodoh."
" Kau..."
" Ehem ! Maaf."
Mendengar suara lembut menyapa, Hansen dan Gabriel terdiam beberapa detik sebelum berbalik menatap gadis cantik di hadapan mereka.
" Ya nona ?" tanya Gabriel selembut mungkin.
Hansen yang mendengar suara Gabriel mengerutkan keningnya merasa jijik.
" Jadi..., siapa yang akan dijodohkan denganku ?" tanya gadis itu.
" Aku." Hansen dan Gabriel berucap cepat secara bersamaan.
Gadis itu terlihat bingung. " Kalian ? Maksudnya kalian berdua begitu ?"
" Bukan." Gabriel cepat cepat menjawab.
" Lalu siapa ?"
" Aku." Hansen dan Gabriel kembali berucap secara bersamaan. Mereka saling melirik sinis satu sama lain.
" Jangan mengikutiku !"
" Kau juga !"
Gadis itu terlihat mulai kesal. " Sudahlah kita makan saja dulu karena pesanan kita sudah sampai. Oh iya, namaku Bianca."
" Aku Hansen, kau bisa memanggilku sayang kalau mau." Hansen mengedipkan sebelah matanya hingga membuat Bianca salah tingkah.
Gabriel menatapnya tajam. " Berhentilah membual."
Bianca tersenyum lalu beralih menatap Gabriel. " Kalau kau ?"
" Dia LeBanBi." Hansen membalas cepat.
" Le...BanBi ?" tanya Bianca dengan menahan tawa.
Hansen mengangguk. " Le, Ban, Bi. Lelaki Banyak Bicara."
Gabriel langsung memukul kencang kepala Hansen. Matanya menatap tajam dengan tangan terkepal menahan geram. Andai saja Gabriel tidak sedang menjaga imagenya di depan Bianca, saat ini Hansen mungkin sudah menjadi samsak tinjunya.
" Kau berbuat kekerasan kepadaku !." Hansen meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya.
Bianca tersenyum melihat pertengkaran itu yang menurutnya lucu. " Mari makan, setelah itu kalian bisa melanjutkannya lagi."
Gabriel memilih mengalah dan mengambil steak daging di depannya. Berbeda dengan Hansen yang memilih ikan bakar dan daun selada. Bianca mengambil steak dengan daun selada. Mereka terlihat menikmati makanan yang disajikan Restoran itu. Sampai akhirnya Hansen tidak sengaja melihat Bianca menelan satu daun selada utuh dengan potongan daging yang diiris cukup besar.
Hansen meneguk ludahnya susah payah melihat itu. Tangannya menepuk paha Gabriel untuk melihatnya juga. Gabriel membelalakkan matanya menatap tak percaya melihat cara makan Bianca yang ternyata begitu mengerikan. Bukan karena dia rakus tetapi untuk ukuran mulut manusia normal. Mulut Bianca bisa dikatakan seperti ular yang sedang memakan mangsanya.
Hansen dan Gabriel saling memandang satu sama lain setelah itu mengangguk bersama.
" Hm..., aku ingin ke toilet sebentar." ucap Hansen.
" Aku ingin cuci tangan dulu. Ayo kita bersama dan Bianca kami tinggal sebentar tidak apa apa kan ?" Gabriel berusaha menjaga ekspresinya agar tetap terlihat biasa saja.
" Tidak apa apa." jawab Bianca.
Hansen berjalan duluan diikuti Gabriel setelahnya. Mereka tidak berjalan kearah toilet melainkan pintu belakang Restoran.
" Sepertinya dia bukanlah tipe idealku." ucap Hansen.
Gabriel mencibirnya. " Setelah kau melihat wujud aslinya baru kau sebut begitu. Dasar buaya tak berbuntut."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Reirin Mitsu
Makanya jangan kegenitan, hansen.
2022-12-05
1
ŕhàďýt
seru ini ceritanya
ada humornya juga
2022-10-10
1
ketombee
💪💪💪
2022-08-17
1