Bab. 3 : Yoona Jung

"Hei Haneul, jujurlah! Apa kau pernah melakukan hubungan 'seperti itu' dengan pacarmu?" Ah, sial Dae Shik. Haruskah dia menanyakan itu di depan semua orang?

"Tidak. Seingatku aku tidak pernah melakukannya." Memang tidak pernah, kok?!

"Jangan bohong, kami semua tau kau ini playboy!" seru Kang Min Ho.

"Justru itu, seorang playboy akan berhati-hati dalam berhubungan dengan seorang gadis. Jomblo tidak akan mengerti," sanggahku tepat sasaran. Beberapa dari mereka memasang tampang iri, terutama Kang Min Ho. Hahaha... rasakan!

"Kalaupun aku pernah berbuat kesalahan, aku tidak akan menyesalinya. Toh, yang aku lakukan menjadi kesalahan yang indah kan?!" lanjutku menatap wajah imut yang sedang terlelap di tanganku.

"Jadi, kita panggil apa bayi ini?" tanya Tae Seung sambil membelai lembut si bayi.

"Entahlah, ada saran?!" balasku.

"Hyeri, artinya ksatria. Biar dia menjadi gadis yang tangguh seperti Papa." Saran yang bagus dari Suk Chul.

"Min Wook," saran Kang Min Ho. Sepertinya dia masih menyimpan dendam padaku.

"Kau bercanda kan, Min Ho?!" balasku dengan senyum mengancam.

"Kalau Nari, bagaimana?"

"Nari, kan artinya bunga lili. Papa sukanya bunga teratai."

"Oh, begitu ya. Makanya nama ibunya Youra."

"Waah... dari mana kau tau nama ibunya? Kau kenal?"

"Di surat yang dibaca Paman Tae Seung kemarin jelas tertulis nama itu kan?!"

"Surat apanya, kau bodoh ya? Itu kan cuma tulisan di kelopak bunga. Lagipula bisa saja nama neneknya atau..."

Pusing. Kepalaku mendadak pusing. Semuanya terasa berputar. Di depanku seperti ada seorang gadis berpakaian aneh namun terlihat samar. Wajahnya tidak jelas.

"Aku Youra, peri teratai."

"Kau mungkin tidak percaya, tapi apa kau pernah melihat ini?"

Apa itu? Di punggungnya tumbuh sayap?! Siapa dia sebenarnya, Argh.... kepalaku!!

"Hei, Haneul. Kau kenapa?"

"Awas. Tangkap bayinya...!"

"Waaa Papa pingsan..."

"Bawa dia ke kamarnya!"

"Sepertinya dia kelelahan."

Semua ocehan mereka tidak terdengar lagi seiring penglihatanku yang semakin buram hingga akhirnya gelap sama sekali.

Aku terjaga di sebuah tempat yang tidak kukenali. Berapa kali pun aku mengusap mataku, nyatanya tidak ada yang berubah. Apa yang kulihat adalah seorang pemuda yang mirip sekali denganku. Dia memakai pakaian yang juga mirip punyaku. Pernah kupakai waktu menyaksikan festival bunga teratai tahun lalu, setelah acara itu selesai langsung kubuang. Apa dia mengambilnya ya?

Pemuda itu duduk berhadapan dengan seorang gadis cantik bersayap. Tadinya kupikir itu kostum, tapi tidak. Kelihatan jelas sekali sayap itu melekat dan terhubung pada kulit punggung si gadis.

Mereka seperti sedang berbincang. Tapi aku tidak bisa mendengar suara mereka. Aneh sekali, padahal aku berada sangat dekat dengan mereka. Tapi kakiku tidak menginjak tanah. Tubuhku melayang, bukan. Lebih tepatnya terbang. Ada sepasang sayap di punggungku. Entah sejak kapan.

Di saat aku kebingungan begitu, si gadis menatapku tepat di manik mata. Dia membuka mulutnya seperti menyampaikan sesuatu. Tapi yang kudengar justru suara tangis bayi.

Ooeee... Ooeee...

Aku tersentak. Bayiku. Oh, Syukurlah. Dia ada di ranjang tepat di sebelahku. Menangis. Kurengkuh dia dalam pelukanku. Seperti biasa dia langsung diam menatapku dengan mata indahnya.

Mata yang sama seperti milik gadis yang ada di mimpiku tadi. Youra. Ya, aku ingat sekarang. Dia gadis yang aku temui di malam festival bunga teratai saat karya wisata tahun lalu. Waktu itu aku masih kelas 1. Dan seingatku kami cuma saling tatap di tepi kolam teratai, tidak sempat mengobrol. Apalagi di tempat aneh seperti dalam mimpiku tadi. Ah, sudahlah namanya juga mimpi mana ada yang normal.

"Oh, kau sudah bangun rupanya. Pantas suara tangisnya berhenti." Lee Yong Hwa datang membawakan sebotol susu.

"Berapa lama aku pingsan?"

Kuterima susu dari Lee Yong Hwa lantas menyodorkannya pada si bayi. Oh, ternyata dia lapar. Pantas saja tadi menangis. Dalam sekejap susunya tinggal setengah botol.

"Dua hari. Dae Shik berinisiatif mengambilkan hasil tes DNA mu."

Kaget aku. Demi apa aku bisa pingsan selama itu?! Tapi aku lebih penasaran pada hasil tesnya.

"Apa hasilnya?" tanyaku antusias.

"Dae Shik...! Haneul sudah bangun, bawakan itu!" seru Lee Yong Hwa malah memanggil Dae Shik.

"Waah... putri tidur, akhirnya kau bangun juga. Kalau kau tidak bangun sampai siang nanti, kami berencana membawamu ke rumah sakit." Rumah sakit, uang dari mana?

"Kau tahu, Tae Seung sedang bersiap 'membongkar tabungan'. Nah, ini dia orangnya. Panjang umur kau," oceh Dae Shik, pas sekali Tae Seung tiba bersama Kang Min Ho juga.

Membongkar tabungan adalah istilah yang kami pakai untuk kegiatan ilegal Tae Seung. Membobol rekening. Namun, hal itu hanya dilakukan jika keadaan sedang terdesak saja.

"Dae Shik, kau sudah beri tahu dia?" tanya Kang Min Ho. Tampangnya dingin tidak seperti biasanya.

Ah, aku baru sadar. Selain Dae Shik, mereka semua memasang tampang dingin. Seperti ingin menyudutkanku atau menyalahkan aku atas sesuatu. Aku jadi makin penasaran.

Dae Shik menjawab pertanyaan Kang Min Ho dengan gelengan kepala. Lalu memberiku amplop berlogo rumah sakit tempat aku melakukan tes itu.

Si bayi kuletakkan kembali di pembaringan. Bergegas kubuka amplop itu dan mengeluarkan isinya. Kubaca dengan seksama apa yang tertera disana. Hasilnya The Probability of Paternity is 99,9998%. Bayi ini POSITIF darah dagingku. Bagaimana mungkin?!

Kupandangi wajah imut yang terbaring di sampingku. Kubelai pipinya yang tembam kemerahan. Tanpa sadar air mataku menetes. Bayiku, dia benar bayiku. Kuhapus air mataku lalu pandanganku beralih ke para sahabatku.

Kutatap mereka satu persatu. Jelas sekali dari raut mereka menginginkan penjelasan dariku. Penjelasan apa yang bisa kuberikan? Bahkan aku tidak ingat kapan aku melakukannya dengan Youra. Bukannya waktu itu dia tercebur ke kolam, tapi kenapa malah aku yang...? Ah, kepalaku sakit lagi. Kenapa sih, setiap kali aku berusaha mengingat tentangnya kepalaku jadi sakit?!

"Aku tidak ingat. Kalau kalian bertanya tentang Youra, aku sama sekali tidak bisa mengingatnya. Satu hal yang kutahu dia gadis yang kutemui waktu karya wisata tahun lalu," jelasku menjawab rasa penasaran mereka.

"Dimana dia sekarang?" tanya Lee Yong Hwa.

"Entahlah. Aku cuma bertemu dia sekali," jawabku jujur.

"Baru bertemu sekali dan langsung melakukan 'itu'. Dasar kau Playboy brengsek!" maki Kang Min Ho sambil menjitak kepalaku.

"Hei, kepalaku masih sakit..!" sungutku mengusap bagian kepala yang dijitak Min Ho.

"Seingatku dia menghilang bahkan sebelum aku sempat menyapanya. Jadi, bagaimana ini bisa terjadi?" Dipikir berapa kali pun hal ini mustahil bisa terjadi, kan?!

"Kau serius bertanya pada kami?" Kali ini Tae Seung yang bicara.

"Yah, sudahlah. Nasi sudah jadi bubur. Tidak perlu dibahas lagi," sela Dae Shik menengahi.

"Sekarang yang penting adalah memberi nama si bayi," lanjutnya lagi.

"Yoona. Yoona Jung!" sahutku refleks.

Nama yang cantik bukan?! Dan lagi sepertinya nama itu akan mempermudah aku untuk menggali lagi ingatanku tentang Youra.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Yoona...! Om tampan bawakan susu buatmu nih."

Tumben. Kang Min Ho biasanya tidak pernah seramah ini pada Yoona. Dia kan benci wanita. Apa sekarang dia sudah bisa bedakan antara bayi perempuan dengan wanita, ya?!

"Yoona cantik, makan yuuuk! Om sudah siapkan makanan spesial untuk Yoona loh," ajak Lee Yong Hwa, membawa beragam jenis makanan dengan meja dorong.

Dia serius menyajikan semua ini untuk Yoona? Bahkan bayi ini belum punya gigi. Jangan-jangan otaknya dijadikan isian kimbap makanya dia tidak bisa berpikir logis.

" Oh, Yoona sayang. Di sini kau rupanya. Main sama kakak ganteng, yuk! Kakak punya game seru loh," rayu Dae Shik yang baru tiba entah darimana.

Seenaknya saja dia mengambil Yoona dari tanganku. Menggendong bayi itu sambil memamerkan game yang baru dia download di ponselnya.

"Jangan gila kau, Dae Shik! Berikan Yoona padaku, bukan begitu caranya menggendong bayi."

Waah, Tae Seung yang biasanya betah berdiam di kamar pun rela keluar untuk menyambangi putriku. Luar biasa! Ada apa ini sebenarnya?

"Hei, Tunggu... tunggu sebentar! Ada apa dengan kalian semua?" tanyaku menginterupsi kehebohan mereka.

"Jelaskan padaku. Bagaimana bisa kalian sok akrab begini pada anakku...?!"

"Padahal baru kemarin kalian mati-matian menolak keberadaan Yoona di sini. Terutama kau, Min Ho dan Yong Hwa!" seruku panjang lebar meminta penjelasan.

"Tidak begitu, kok. Aku kan tidak pernah melarang Yoona untuk tinggal disini," sangkal Kang Min Ho.

"Sudahlah Haneul. Seperti kata Dae Shik kemarin, tidak perlu dibahas lagi!" sahut Lee Yong Hwa.

"Tidak usah sok bijak. Kau juga bodoh, ya?! Bayi sekecil ini mana bisa makan yang begitu," tukasku menunjuk makanan yang dibawa Yong Hwa.

"Haneul benar. Bayi baru boleh makan setelah usianya 6 bulan, itupun cuma bubur." Tae Seung memperjelas maksudku.

"Oh, begitu ya. Maaf deh, kalau begitu aku bawa keluar." Lee Yong Hwa tampak kecewa.

Tapi sebelum makanannya dibawa keluar, segera kutahan. "Kau pikir ayahnya tidak butuh makan?!"

"Ngomong-ngomong, usia Yoona berapa deh?" celetuk Dae Shik membuat semua orang menoleh padanya.

Benar, sampai saat ini tidak ada yang tahu berapa usia Yoona yang sebenarnya. Di kelopak bunga waktu itu juga tidak ada penjelasan apapun tentang Yoona, sama sekali. Waktu mengisi form untuk melakukan tes DNA pun, aku cuma mengarang bebas.

Knock-knock, who's here at the door right now?

They like, "If you don't open that ho, we gon' kick it down"

I had to grab my fire, I told them step inside

When I came around that corner, that boy almost cried.

Suara bel pintu buah karya keisengan Dae Shik mengalihkan perhatian kami. Tae Seung akan pergi membuka pintu tapi ternyata keduluan Park Jung-su. Salah satu anak LostMen.

"Paket untuk Paman Tae...!" serunya.

"Berikan padaku!" sahut Tae Seung sumringah.

Yang lain penasaran dengan paket yang dipesan Tae Seung. Mereka memaksanya untuk segera membuka paket tersebut. Aku mengijinkan Dae Shik membawa Yoona bersamanya setelah kuajarkan cara menggendong yang benar. Aku sendiri fokus memperbaiki gizi dengan melahap makanan yang tadi dibawa Lee Yong Hwa. Selama 2 hari pingsan tentu tidak ada asupan apapun yang masuk ke perutku. Kemarin juga rasanya aku belum makan dengan benar.

"Uwaaah... cantiknya Yoona!"

"Pas sekali bajunya, kau hebat Tae Seung!"

"Benar, pilihan Paman Tae memang yang terbaik!"

"Paman Tae, beli dimana bajunya, ada ukuran dewasa tidak?!"

"Ukuran dewasa, memangnya kau mau belikan untuk siapa?"

"Untuk pacarku laah."

"Pacarmu tante-tante?!"

"Hahahaha...! Yeong Jae, masa sih kau jadi simpanan tante-tante?!"

"Waaah, hahaha... hebat kau Yeong Jae! Aku tidak menyangka."

"Aah, gila. Memang siapa yang pacaran dengan tante-tante. Pacarku anak sekolahan, tau?!"

Mereka berisik sekali. Minggu pagi begini anak-anak memang biasanya berkumpul di rumah. Kesempatan untuk saling bercengkrama karena di hari lain mereka jarang bertemu kecuali saat makan malam.

Hmm, jadi Tae Seung membelikan baju untuk putriku. Aku jadi penasaran, memang sebagus apa sih bajunya?! Sampai mereka berisik begitu.

"Tapi... kalau kuperhatikan, Paman Tae selalu tahu tentang kebutuhan Yoona ya?!"

"Iya, pilihannya juga selalu tepat."

"Kalau begitu kenapa bukan paman Tae saja yang jadi papanya Yoona?"

"Benar. Lebih cocok Paman Tae yang jadi papanya Yoona."

What?! Apa-apaan mereka. Tae Seung, papanya Yoona. Tidak bisa. Dia putriku, darah dagingku. Tes DNA sudah membuktikannya. Kusudahi sarapanku lalu bergegas keluar kamar.

"Siapa yang bilang Tae Seung lebih cocok jadi Papa untuk putriku?" tanyaku dengan tatapan mengancam. Untuk sesaat semua terdiam.

"Eh, Papa ... anu, bukan begitu maksudku."

"Tunggu, jadi benar Yoona putri kandung Papa?"

"Kalau begitu namanya jadi Yoona Jung, ya?!"

Uups!

Sepertinya tadi aku keceplosan deh. Ya, sudahlah. Toh, cepat atau lambat mereka juga akan tahu kebenarannya. Jadi untuk apa disembunyikan.

"Iya benar. Yoona Jung memang putriku, putri kandungku!" tegasku.

"Jadi, jangan asal bicara mengenai putriku lagi. Mengerti, Park Jung-su?" ancamku seraya menepuk bahu anak itu.

Park Jung-su seketika tampak pucat. "Ma ... Maaf Pa!"

Yoona kuambil dari tangan Tae Seung. Kubawa dia ke lantai dasar. Disana, di ruang keluarga, ada berbagai macam mainan yang disiapkan Tae Seung untuk Yoona. Jujur, yang dikatakan anak-anak itu memang benar. Tae Seung memang selalu tahu apa yang dibutuhkan Yoona. Lebih tau dari aku yang notabene papa kandungnya.

Kuletakkan Yoona di atas kasur lipatnya. Kuperhatikan dia dengan seksama sambil mengajaknya bercanda. Dia tersenyum, manis sekali. Yoona memang belum bisa tertawa, dia hanya bisa membuka mulutnya tanpa suara. Seperti tersenyum lebar. Dan kadangkala dia mengeluarkan suara oo... uu... begitu, sambil menggerakkan tangan dan kakinya.

"Jangan terlalu kau pikirkan perkataan anak-anak. Mereka cuma mengatakan pendapatnya." Lee Yong Hwa ternyata mengikutiku.

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu, tapi akhir-akhir ini kau agak sensitif, ya. Seperti bukan Haneul Jung saja," oceh Tae Seung yang juga datang menghampiri.

"Apa kau bilang?" balasku sedikit emosi.

"Dengar Haneul, yang dikatakan Tae benar. Aku tidak terlalu mengerti masalahmu. Tapi kita ini keluarga, kan?! Kau bisa cerita apa saja pada kami," tegur Lee Yong Hwa menyadarkanku.

"...."

"Ooo...oo...." Bahkan Yoona ikut menimpali.

Membuatku tersenyum. Yoona, bayi mungil ini tidak akan seperti ini terus kan?! Dia akan tumbuh besar lalu menjadi gadis dewasa. Apa aku sanggup merawat dan mengasuhnya di lingkungan seperti ini?! Di sini hanya ada laki-laki, itupun dengan latarbelakang yang tidak bagus.

"Menurut kalian, umur Yoona berapa?"

Episodes
1 Bab. 1 : Menjadi Papa
2 Bab. 2 : Kesalahan yang Indah
3 Bab. 3 : Yoona Jung
4 Bab. 4 : Pesta untuk Yoona
5 Bab. 5 : Perpisahan
6 Bab. 6 : Fight for LostMen
7 Bab. 7 : Dae Shik bukan Pikachu
8 Bab. 8 : Dae Shik bukan Pikachu 2
9 Bab. 9 : Dae Shik bukan Pikachu 3 (selesai)
10 Bab. 10 : Putriku Terbang
11 Bab. 11 : Rencana Jahat Peri Hitam
12 Bab. 12 : Yoona Hilang
13 Bab. 13: Cermin Air
14 Bab. 14 : Mencari Yoona
15 Bab. 15 : Mencari Yoona 2
16 Bab. 16 : Mencari Yoona 3
17 Bab. 17 : Hitam vs Putih
18 Bab. 18 : Hitam vs Putih 2
19 Bab. 19. Hitam vs Putih 3
20 Bab. 20 : Hitam vs Putih 4
21 Bab. 21 : Tertangkap
22 Bab. 22 : Tertangkap 2
23 Pengumuman
24 Bab. 23 : Panti Asuhan
25 Bab. 24 : Panti Asuhan 2
26 Bab. 25 : Panti Asuhan 3 (selesai)
27 Bab. 26 : Hellen
28 Bab. 27 : Hama Pengganggu
29 Bab. 28 : Hama Pengganggu 2
30 Bab. 29 : Hama Pengganggu 3 (selesai)
31 Bab. 30 : Salah Sasaran
32 Bab. 31 : Seung Bersaudara
33 Bab. 32 : Menjadi Sandera
34 Bab. 33 : God's Eye
35 Bab. 34 : Tongkat Sihir dan Kelopak Bunga
36 Bab. 35 : Gungnamji Pond
37 Bab. 36 : Cahaya Harapan
38 Bab. 37 : Lembah Bayangan
39 Bab. 38 : Masuk ke Dunia Peri
40 Bab. 39 : Misi Penyelamatan Dimulai
41 Bab. 40 : Kamu Adalah Apa yang Kamu Makan
42 Bab. 41 : Lapor, Ada Penyusup!
43 Bab. 42 : Perisai Tak Kasat Mata
44 Bab. 43 : Legenda Dunia Peri
45 Bab. 44 : Rencana Leora
46 Bab. 45 : Tolong Yoona, Papa!
47 Bab. 46 : Kebijakan Sang Raja
48 Bab. 47 : Leora dan Halfeti
49 Bab. 48 : Membuat Kesepakatan
50 Bab. 49 : Serangan Leora
51 Bab. 50 : Pertemuan
52 Bab. 51 : Kematian Hellen
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab. 1 : Menjadi Papa
2
Bab. 2 : Kesalahan yang Indah
3
Bab. 3 : Yoona Jung
4
Bab. 4 : Pesta untuk Yoona
5
Bab. 5 : Perpisahan
6
Bab. 6 : Fight for LostMen
7
Bab. 7 : Dae Shik bukan Pikachu
8
Bab. 8 : Dae Shik bukan Pikachu 2
9
Bab. 9 : Dae Shik bukan Pikachu 3 (selesai)
10
Bab. 10 : Putriku Terbang
11
Bab. 11 : Rencana Jahat Peri Hitam
12
Bab. 12 : Yoona Hilang
13
Bab. 13: Cermin Air
14
Bab. 14 : Mencari Yoona
15
Bab. 15 : Mencari Yoona 2
16
Bab. 16 : Mencari Yoona 3
17
Bab. 17 : Hitam vs Putih
18
Bab. 18 : Hitam vs Putih 2
19
Bab. 19. Hitam vs Putih 3
20
Bab. 20 : Hitam vs Putih 4
21
Bab. 21 : Tertangkap
22
Bab. 22 : Tertangkap 2
23
Pengumuman
24
Bab. 23 : Panti Asuhan
25
Bab. 24 : Panti Asuhan 2
26
Bab. 25 : Panti Asuhan 3 (selesai)
27
Bab. 26 : Hellen
28
Bab. 27 : Hama Pengganggu
29
Bab. 28 : Hama Pengganggu 2
30
Bab. 29 : Hama Pengganggu 3 (selesai)
31
Bab. 30 : Salah Sasaran
32
Bab. 31 : Seung Bersaudara
33
Bab. 32 : Menjadi Sandera
34
Bab. 33 : God's Eye
35
Bab. 34 : Tongkat Sihir dan Kelopak Bunga
36
Bab. 35 : Gungnamji Pond
37
Bab. 36 : Cahaya Harapan
38
Bab. 37 : Lembah Bayangan
39
Bab. 38 : Masuk ke Dunia Peri
40
Bab. 39 : Misi Penyelamatan Dimulai
41
Bab. 40 : Kamu Adalah Apa yang Kamu Makan
42
Bab. 41 : Lapor, Ada Penyusup!
43
Bab. 42 : Perisai Tak Kasat Mata
44
Bab. 43 : Legenda Dunia Peri
45
Bab. 44 : Rencana Leora
46
Bab. 45 : Tolong Yoona, Papa!
47
Bab. 46 : Kebijakan Sang Raja
48
Bab. 47 : Leora dan Halfeti
49
Bab. 48 : Membuat Kesepakatan
50
Bab. 49 : Serangan Leora
51
Bab. 50 : Pertemuan
52
Bab. 51 : Kematian Hellen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!