Bab 05 Gemerlap kehidupan

Gemerlap Kehidupan

Aku mengikuti langkahnya masuk ke dalam cafe, seorang resepsionis pun menerima kami. Setelah duduk beberapa saat kemudian waitrees datang memberikan daftar, tampak Adie menunjuk jari di deretan daftar sembari mengerutkan dahi.

"Heeem."

Kemudian ia berbicara pada wanita semampai yang sedari tadi menunggu.

"Ice Blend Coffee, Classic Milik Tea," ucapnya lembut.

"Kamu apa. Bumi?"Adie Permana bertanya padaku sembari menyodorkan daftar.

"Ah ikut aja terserah, mah," jawabku sembari menyodorkan daftar balik.

"Oke." Adie mengambil kembali daftar.

Tampak Waitrees itu pun tersenyum manis padaku sembari membungkukkan badannya.

"Heeemm." Adie bergumam, kembali ia mengerutkan dahi dan mulai menunjuk jari.

"Chocolate Milkshake."

Wanita Waitrees itu pun kembali mencatat lalu bergegas melangkah pergi. Dalam hatiku bertanya-tanya mengapa Adie memesan tiga minuman. Tak lama kemudian Pramusaji pun datang dengan pesanan tadi.

"Kok tiga, Die?"

"Kamu doubel ya?" tanyaku lagi.

"Gak, untuk seseorang." Adie menjawab dengan santai sembari menyedot Ice Blend Coffee pesanannya.

"Udah, silahkan di minum ...."

Aku pun segera meneguk Chocolat Milkshake yang Adie sodorkan padaku. Rasanya begitu nikmat masuk ke dalam lambung.

Selang beberapa waktu, tampak seorang wanita sedang berjalan ke arah kami dan semakin mendekat. Adie pun menjemput wanita cantik berparas blesteran dengan balutan pakaian seksi.

Wanita itu mencium pipi Adie Permana bergantian. Adie kembali berjalan ke arahku dengan menggenggam tangan wanita cantik itu. Sesampainya, Adie pun menarikan kursi mempersilahkannya untuk duduk.

"Oh, ya. Kenalkan teman aku, baru sampai."

"Yang aku ceritakan waktu itu?" tanyanya.

Wanita cantik berkulit putih bersih itu pun mengulurkan tangannya ke arahku dan aku pun menyambut menjabat jemari lembut bak sutra saja.

"Dengan siapa?" iya bertanya padaku dengan suara lembut dan begitu seksi.

Seketika aku refleks menjawab. "Bumi Respati."

"Asal mana, sih?" Wanita cantik itu bertanya lagi padaku dengan tatapan yang sulit untuk aku jelaskan.

"Bandung ... Neng," jawabku

Rasanya begitu grogi bahkan nyaris saja copot jantungku saat matanya memandang tajam bola mataku. Rasanya laksana menembus jantung, hingga aku seketika tersipu.

"Nama yang sangat bagus," tuturnya pelan tapi mengoda dengan cengkok kebaratan.

"Dengan Teteh siapa, Kalo boleh tahu?"

Aku memberikan diri bertanya sembari masih menggenggam jemari lembut itu, menetralisir rasa grogi.

"Clarisa."

"Nama yang cantik atuh, Teh," pujiku.

Seketika Adie membulatkan matanya ke arahku, kakinya pun menginjak keras telak di kakiku.

"Eh, Neng Clarisa ...." Aku menimpali.

"Udah panggil aku apa aja boleh, kok," sahutnya lembut sembari tersenyum manis padaku.

"Hehehe, Maaf atuh Neng. Grogi," candaku mencoba menghangatkan suasana seraya menyunggingkan senyum.

Sesekali Clarisa menyedot Classic Milik Tea di depannya. Aku pun dengan cepat beradaptasi dan tak lagi ada rasa canggung dalam hatiku. Sesekali kami berceloteh dan tertawa renyah.

Clarisa bertanya tentang status dan sebagainya, begitu juga dengan aku perlahan mengimbangi, dan sedikit mulai mengorek tentangnya.

Awalnya terbesit olehku ia pacar Adie Permana ternyata dugaan ini salah, rupanya Adie pernah menjadi karyawan di perusahaan miliknya sebelum mengenyam sukses seperti saat ini.

Adie sedari tadi keluar entah ke mana, mungkin ia memberikan kesempatan pada kami agar bisa lebih luwes dan akrab.

"Eh'em! Aku tinggal sebentar ya," Pamit Adie tadi, sembari memegang kedua bahuku.

Tak sengaja mataku tertuju pada jarum jam di tanganku, rupanya jam sudah menunjukkan, pukul 3: 00 dini hari.

"Die pulang yuk," ajakku sedikit berbisik, saat ia baru saja akan mengambil posisi duduk.

"Oke, sayang. Malam ini kita cukup sampai di sini dulu ya," Pamit Adie pada Clarisa.

Wanita cantik itu pun mengangguk dan tampak mengambil hanpone, terlihat ia sedang menghubungi seseorang .

"Oke. Aku pamit duluan, sampai ketemu besok," tuturnya.

Kami pun berdiri dan Clarisa seketika meraih leherku dan mencium pipiku bergantian ia pun melakukan hal yang sama pada Adie.

"Sampai ketemu lagi, Bumi Respati," bisiknya di cuping telingaku.

"Iya --- Neng," balasku sambil memegang kedua pinggangnya.

Selang beberapa menit tampak seorang perempuan muda menjemputnya, terlihat olehku dari kejauhan.

"Brooooo! Kamu punya bakat terpendam." ungkap Adie sembari menepuk keras punggungku.

Plakk!

"Sakit euh. Dasar cicit Nek Romlah," rintihku.

"Haa ... haa ... aa!"

"Bakat apa atuh, Die?"

"Udah, pokoknya aku gak salah menilai."

"Menilai? Hah, aya- aya wae. Bagaimana kamu teh ninggalin aku lama, terpaksa euh, sedikit mengimbangi." jelasku.

"Sedikit gombal. Hehehe ....?!" imbuhku

"Haaa ... haa ... aa!" Kembali ia tertawa memamerkan deretan gigi putihnya, aku pun mengikuti tawanya.

Kemudian kami beranjak. Adie pun membayar ke kasir Restoran, kemudian keluar menuju mobil. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan Ibu kota Metropolitan yang hidup 24 jam non stop.

Akhirnya kami pun tiba di sebuah kawasan elite di daerah Menteng. Mataku sontak terbelalak dan bertanya pada Adie dengan polos.

"Mau ngapain lagi atuh di mari, euh. Ngantuk berat aku mah, Die."

"Hah! Mau ngapain?"

"Ini rumah gue! Brooooo!"

Plaaakkk!

Adie lagi-lagi menepuk keras punggungku. Mataku mendongak ke atas menatap takjub bangunan setinggi itu rupanya miliknya.

"Hah!"

Mataku kembali terbelalak lebar melihat megahnya rumah Adie Permana.

"Kamu teh, hebat pisan. Die!" kelakarku.

"Apartemen ini namanya, Brooooo!"

"Oh ...."

Kemudian aku mengikuti langkah kakinya sembari menenteng ransel dan barang belanjaan tadi masuk ke dalam apartemen mewah itu.

Sesampainya di dalam, wah pemandangan luar biasa. Adie Permana memang berhasil menjadi orang sukses dan kaya di Jakarta, terbukti ia mampu tinggal di pemukiman elit.

"Udah silahkan tidur dan mimpikan Clarisa malam ini, jangan gadis desa itu lagi." perintah Adie setelah berada dalam apartemen miliknya.

"Huuff!" dekusku sembari menatap ke arahnya.

Aku membuka sepatu dan jam tangan kemudian merebahkan diri di atas ranjang yang sangat empuk, rasanya begitu nyaman hingga lelah di sekujur tubuh ini lenyap di dominasi rasa kantuk bergelayut di pelupuk mata tak lagi tertahankan.

Terdengar olehku Adie bernyanyi-nyanyi kecil di kamar mandi. Kemudian ia keluar dengan berbalut handuk melingkar, ia menoleh ke arahku.

"Kenapa? Kok belum tidur?"

"Kepikiran gadis desa itu lagi ya?" Adie kembali bertanya.

"Kepikiran mah sama Neng Clarisa, atuh Die." Aku menjawab sembari mengusap pipiku bekas ciuman Clarisa serasa masih menempel, terasa begitu segar aroma parfum wanita cantik itu.

"Sukur deh kalo begitu, hehehe," balas Adie sambil berdiri di depan cermin untuk mengenakan pakaian.

Ia pun bergegas merebahkan diri di sampingku hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada sembari terus membahas tentang Clarisa, juga tentang banyak hal lagi hingga mata kami pun tertidur pulas.

Mataku sontak terjaga dan dadaku berdegup kencang saat melihat jarum jam menunjukkan pukul 11: 30 siang.

"Astagfirullah! Astagfirullah!"

Adie kaget dan seketika keluar dari balik selimut.

"Ada apa? Hah! Ada apa?" tanyanya mencecar.

Aku membekap wajah mengunakan kedua tapak tangan dan menatap pada Adie yang tampak kaget mendengar aku istighfar dengan nada keras tadi.

"Telat, aku mah. Kagak salat subuh, Die," jelasku sembari menjatuhkan diri lagi di atas bedcover.

"Astaga! Halah aku pikir ada apaan, Bum!' sanggahnya kemudian kembali meringkuk di dalam selimut sesat kemudian ia kembali tidur dengan pulas.

Tak terasa aku pun kembali terlelap, mungkin karena semalam kami pulang jam 3: 00 dini hari hal yang tak pernah sekalipun aku lakukan di kampung.

Ding ... dong!

Terdengar suara berulang-ulang seseorang di luar memencet dor bell hingga membangunkan lelap tidurku.

Segera kusibak selimut kemudian dengan gontai berjalan menuju arah pintu sembari tanganku mengucek-ngucek mata yang masih enggan untuk terjaga.

Terpopuler

Comments

Ely Combro

Ely Combro

sehat selalu buat akak

2022-04-16

1

Mahesa Noe

Mahesa Noe

Next kak

2022-04-16

0

X_LM

X_LM

semangat,Thor👍👍

2022-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01 Bumi tanah Pasundan
2 Bab 02 Anak Juragan
3 Bab 03 Mencari Kerja
4 Bab 04 Balada Kehidupan Kota
5 Bab 05 Gemerlap kehidupan
6 Bab 06 Tentang Harga Diri Laki-laki
7 Bab 07 Hidup Adalah Uang
8 Bab 08 Harga Diri Tergadai
9 Bab 09 Runtuhnya kesetiaan
10 Bab 10 Perjaka yang Terengut
11 Bab 11 Bertemu sang Primadona
12 Bab 12 Runtuhnya Cinta sang Primadona
13 Bab 13 Demi Halal
14 Bab 14 Kembali ke Lembah
15 Bab 15 Membuka Lembaran baru
16 Bab 16 Menjadi Pengusaha
17 Bab 17 Dinner Spesial
18 Bab 18 Dilema cinta sang primadona
19 Bab 19 Bertandang
20 Bab 20 Lika-liku kehidupan
21 Bab 21 Duri dalam asmara
22 Bab 22 Terjal menuju mahligai
23 Bab 23 Ke Rumah Calon Mertua
24 Bab 24 Tamu Tak Diundang
25 Bab 25 Keluar dari Lingkar Hitam
26 Bab 26 Badai Menerpa
27 Bab 27 Terombang-ambing
28 Bab 28 Kembali ke Lembah
29 Bab 29 Salah sangka
30 Bab 30 Takdir Mantan Primadona
31 Bab 31 Tamu dari Desa
32 Bab 32 ke kandang singa
33 Bab 32 Nekat
34 Bab 33 Masuk perangkap
35 Bab 34 Sahabat Laksana Dewa
36 Bab 35 Bunga Suci
37 Bab 36 Gadis berselimut kabut
38 Bab 37 Membingungkan
39 Bab 38 Iman bertandang
40 Bab 39 Gagal move on
41 Bab 40 Terjebak lagi
42 Bab 41 Tragis sang Mujickari
43 bab 42 kenyataan Menyesakkan
44 Bab 43 Kedatangan Tamu
45 Bab 44 Nyawa diujung belati
46 bab 45 Kesialan bertubi
47 bab 46 Menerima kenyataan
48 bab 47 Hanya pasrah
49 bab 48 Wasiat almarhum
50 bab 49 Hanya doa menyertai
51 bab 50 Ihklas menerima
52 bab 51 Tidak menyangka bertemu belahan jiwa
53 bab 52 Takdir Cinta sang Primadona
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 01 Bumi tanah Pasundan
2
Bab 02 Anak Juragan
3
Bab 03 Mencari Kerja
4
Bab 04 Balada Kehidupan Kota
5
Bab 05 Gemerlap kehidupan
6
Bab 06 Tentang Harga Diri Laki-laki
7
Bab 07 Hidup Adalah Uang
8
Bab 08 Harga Diri Tergadai
9
Bab 09 Runtuhnya kesetiaan
10
Bab 10 Perjaka yang Terengut
11
Bab 11 Bertemu sang Primadona
12
Bab 12 Runtuhnya Cinta sang Primadona
13
Bab 13 Demi Halal
14
Bab 14 Kembali ke Lembah
15
Bab 15 Membuka Lembaran baru
16
Bab 16 Menjadi Pengusaha
17
Bab 17 Dinner Spesial
18
Bab 18 Dilema cinta sang primadona
19
Bab 19 Bertandang
20
Bab 20 Lika-liku kehidupan
21
Bab 21 Duri dalam asmara
22
Bab 22 Terjal menuju mahligai
23
Bab 23 Ke Rumah Calon Mertua
24
Bab 24 Tamu Tak Diundang
25
Bab 25 Keluar dari Lingkar Hitam
26
Bab 26 Badai Menerpa
27
Bab 27 Terombang-ambing
28
Bab 28 Kembali ke Lembah
29
Bab 29 Salah sangka
30
Bab 30 Takdir Mantan Primadona
31
Bab 31 Tamu dari Desa
32
Bab 32 ke kandang singa
33
Bab 32 Nekat
34
Bab 33 Masuk perangkap
35
Bab 34 Sahabat Laksana Dewa
36
Bab 35 Bunga Suci
37
Bab 36 Gadis berselimut kabut
38
Bab 37 Membingungkan
39
Bab 38 Iman bertandang
40
Bab 39 Gagal move on
41
Bab 40 Terjebak lagi
42
Bab 41 Tragis sang Mujickari
43
bab 42 kenyataan Menyesakkan
44
Bab 43 Kedatangan Tamu
45
Bab 44 Nyawa diujung belati
46
bab 45 Kesialan bertubi
47
bab 46 Menerima kenyataan
48
bab 47 Hanya pasrah
49
bab 48 Wasiat almarhum
50
bab 49 Hanya doa menyertai
51
bab 50 Ihklas menerima
52
bab 51 Tidak menyangka bertemu belahan jiwa
53
bab 52 Takdir Cinta sang Primadona

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!