Bab 04 Balada Kehidupan Kota

Bab 04 Balada Kehidupan di Kota

Akhirnya kami pun masuk di sebuah toko yang khusus menyediakan fashion pria.

Adie Permana dengan santai mengambil kaos, kemeja, jaket, celana jeans bahkan uderpants pun tak luput darinya.

Dengan santai ia mengambil lalu kemudian menempelkan di tubuhku, semua sesuai selera fashion dirinya yang modis

"Udah, lo nurut aja sama gue sekarang," katanya penuh penekanan.

Aku pun hanya mengangguk. Terlihat para pelayan toko itu mengamati kami dengan tatapan penuh selidik, sesekali mereka terlihat saling berbisik, mungkin karena penampilanku yang tampak kucel di mata mereka.

Lumayan banyak Adie membelanjakan aku. Kepalaku seketika mendongak dan berdecak saat melihat ia sedang membayar di kasir, tampak dengan nominal yang waoooow amazing.

"Banyak amat atuh habisnya, Die!" celetukku.

Namun, Adie hanya diam, ia hanya tampak memperlihatkan senyum simpul padaku mendengar celetukku tadi.

"Ini belum selesai. Masih banyak lagi yang harus aku beli demi merubah tampilan kamu," tuturnya sembari melangkah keluar.

Aku pun mengikuti dengan langkah tergesa di belakangnya sembari menenteng beberapa tas belanjaan di tanganku.

Mata ini merasa takjub melihat gemerlap lampu pusat perbelanjaan, maklum ini kali pertama aku melihat dan masuk Mall seumur hidup.

Terus ikuti langkah Adie, akhirnya ia kembali masuk ke sebuah toko khusus fashion pria.

Kembali ia memilah dan memilih model yang sesuai ekspektasinya sembari sesekali ia menyuruhku untuk mencoba dan meminta aku untuk berjalan bak seorang model.

Tak sepatah kata pun keluar dari bibirku saat menurutnya tak cocok dan kembali meminta untuk melepas. Lanjut mencoba lagi model lainnya

Sesekali gelak tawa canda, renyah nyaring terdengar tanpa menghiraukan penjaga toko yang sedang mengamati tingkah konyol kami berdua.

Setelah lumayan lama memilih dan memilih, beberapa sandal merek ternama juga sepatu sneaker pun sudah masuk dalam kantung besar.

Satu sepatu yang bermerek Vans NASA warna Oren, tampak kasual, dengan harga sangat fantastis menurut diriku pun masuk dalam daftar.

"Die ... mahal. Sayang atuh duitnya," kataku sembari sedikit menjawil lengannya, saat aku mengetahui harga sepatu kasual itu Rp 2.046. 00.

Ia hanya menyikut keras, telak mengenai dadaku.

"Akhk! Pikasebeleun euh, dasar! Cicit Nek Romlah mah, suka gitu," keluhku kesal.

Adie pun bergegas keluar setelah membayar belanjaannya pada penjaga kasir.

Kembali mataku tercengang dengan jumlah nominal yang ia gelontorkan untuk aku.

Dengan menenteng belanjaan yang bertambah, aku mengikuti langkahnya dari belakang. Adie dengan santai dan cuek terus berjalan.

Saat sedang naik lift, ia tampak menoleh ke arahku mungkin memastikan bahwa temannya masih mengikuti langkah kakinya.

Akhirnya kami pun sampai di lantai atas.

Adie terus berjalan, kemudian langkah kakinya kembali terhenti di sebuah toko Arloji branded. Aku ikut duduk di sampingnya dan menaruh tentengan tas berisi belanjaan di bawah tepat samping kakiku.

Aku hanya melihat saja saat ia kembali memilih satu persatu koleksi terbaru milik toko tersebut. Dengan santai dan akrab ia berbicara pada pria berkulit putih dengan mata sipit, rupanya ia owner toko. Terlihat Adie menjatuhkan pilihan pada satu jam tangan simpel dan klasik bermerek Casio.

Adie meraih tanganku untuk memastikan cocok tidaknya. Setelah di rasa cocok ia pun segera membayar dengan harga yang lagi-lagi sangat fantastis menurut diriku. 1.27. 520 Rp harga sebuah arloji itu. Kami pun kembali berjalan-jalan mengelilingi Mall.

Terus ikuti langkah kakinya, seperti anak ayam mengikuti indukan dengan tergesa di belakangnya mengekor.

Adie Permana kembali berhenti di depan toko handphone ternama, tampak dengan renyah ia menanyakan harga hp **""""" pemilik toko itu pun menyodorkan beberapa warna pilihan padanya.

Setelah basa-basi dan semua fitur di pastikan sudah aman. Pemilik toko itu pun kembali memasukkan dalam paking dan membungkusnya, di diberikannya pada Adie ia pun lanjut menyodorkan padaku.

Kami tak banyak bicara, aku terus mengikuti langkah kakinya dan kembali terhenti di sebuah Barbershop.

Setelah masuk tampak ia sedang berbincang dengan akrab pada seorang pria dengan wajah klimis.

Aku hanya berdiri dengan kedua tangan masih menenteng belanjaan. Adie Permana pun mendekat dan meraih tas belanjaan yang sedari tadi bergelantung di tanganku hingga serasa pegal sekali.

"Ayo sayang ...." tegur pria klimis itu dengan senyum yang menampakan lesung pipi.

"Aya-aya wae euh," gerutu ini dalam hati, pria itu menarik tanganku saat ia melihatku masih terpaku.

"Ayo dong, sayang. Aku mau buat kamu jadi ganteng, hehehe ...."

Pria itu kini mulai menggerayangi pundak dan perlahan naik ke kepala ah, rasanya luar biasa, ingin rasanya tidur pulas menikmati pijatannya.

"Enak banget ya? Hehe ...." godanya manja.

Ah, aku tersentak kaget rasanya risih saja. Pria itu pun kini memangkas rambut gondrongku dengan model request dari Adie.

Mataku sesekali melirik ke arah sudut ruangan.Tampak Adie sedang bercanda dengan seorang pria tampan tapi tampak gemulai. Sesekali pria itu memeluk manja tubuh sahabatku ah, geli juga rasanya melihat polah tingkah mereka di sudut sana.

Lumayan lama. Setelah selesai potong rambut, lanjut creambath. Rasanya begitu rileks setelah menempuh perjalanan dan berbelanja seharian.

Tampak Adie Permana berjalan ke arahku, sorot matanya menyiratkan kekaguman yang luar biasa.

"Waaaaoww ... keren juga, lo. Hehehehe!" ujarnya sembari menepuk pundak, terlihat di cermin ia kembali tersenyum puas.

Kemudian, ia berjalan ke sudut ruangan mengambil sesuatu dari tas belanjaan.

Adie pun kembali dan menyodorkan kaos lengkap dengan handuk, celana jeans juga underpants.

"Untuk apa, Die?" tanyaku polos, sembari menerimanya.

Ia tersenyum dan menepuk bahuku.

"Gih mandi sono! Haaa ...." perintah Adie sembari menunjuk ke arah kamar mandi Barbershop.

"Gih, mandi sayang biar tambah ganteng. Perjaka!" seru salah satu pria tampan nan gemulai bernama Raisya.

Aku jadi geli saat mendengar Adie memanggil nama pria itu.

"I ---ya ... Teh. Eh ... Mas," jawabku terbata

Aku seketika membekap mulut karena keceplosan. Pria itu terlihat tak nyaman atas ucapanku.

"Huuuu! Dasar perjaka kampung, lo ... ye!" sungutnya kesal.

"Hehe .... maafkan," balasku sembari mencondongkan badan ke depan.

"Mulai nackal. Ntar gue per*osa baru nyahok!" candanya sembari berjalan gemulai.

Aku pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri karena hari sudah malam.

Entah kenapa Adie Permana tidak langsung mengajak pulang ke rumahnya. Mungkin ia akan mengajakku melihat-lihat suasana kota malam hari.

Lumayan lama aku membersihkan diri. Akhirnya selesai dan keluar sudah dengan berpakaian lengkap.

Prok! Prok! Prok!

Suara riuh tepuk tangan mereka bertiga, disertai gelak tawa seketika. Aku hanya tersipu malu menatap cermin sembari mengenakan jam tangan.

"Kalo kayak gini nih, bukan lagi perjaka kampung tapi perjaka Metropolitan," tutur pria gemulai yang memangkas rambutku tadi.

"Haaaa ... haa ... ha ...a."

Kembali gelak tawa mereka nyaring terdengar dalam ruangan Barbershop hingga memancing tawa pengunjung lainnya.

"Ah. Pikasebeleun! Huff ....!" umpatku.

Aku merasa kesal saja dengan canda mereka aku berdiri di depan cermin seraya membenahi kaos yang aku kenakan.

"Hem ... ganteng juga, andai Neng Bianca melihat pasti senang," gumamku dalam hati.

Plaaakkk!

Tepukan keras Adie Permana membuyarkan lamunanku akan sosok Neng Bianca Mariana.

"Ayok! Kita hangout," ajaknya.

"Kemana atuh lagi, Die?"

"Udah, lo nurut aja sama gue sekarang," sahutnya

Lalu ia berjalan keluar. Segera aku mengikuti langkah kakinya dengan menenteng tas belanjaan.

Akhirnya kami pun sampai di mana mobilnya terparkir. Mobil pun melaju di jalanan Kota Metropolitan. Adie menghentikan laju mobil tepat di depan sebuah cafe, tempatnya begitu mewah indah dan Intragramable.

"Wah, keren pisan euh, Die!" teriakku takjub.

"Jangan norak lo! Malu-maluin gue, haa ... haa," ledek Adie Permana.

Terlihat ia sedang menelpon seseorang dan membicarakan sesuatu dengan mimik wajah serius, lumayan lama ia berbicara.

"Ayok! Kita happy malam ini."

Adie mengajakku masuk ke dalam cafe, setelah menutup percakapannya di telepon.

Terpopuler

Comments

Ely Combro

Ely Combro

semangat akak

2022-04-16

0

Mahesa Noe

Mahesa Noe

semangat kak

2022-04-16

0

Ayu Sary

Ayu Sary

aku bom like dulu. besok aku bacanya.

2022-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01 Bumi tanah Pasundan
2 Bab 02 Anak Juragan
3 Bab 03 Mencari Kerja
4 Bab 04 Balada Kehidupan Kota
5 Bab 05 Gemerlap kehidupan
6 Bab 06 Tentang Harga Diri Laki-laki
7 Bab 07 Hidup Adalah Uang
8 Bab 08 Harga Diri Tergadai
9 Bab 09 Runtuhnya kesetiaan
10 Bab 10 Perjaka yang Terengut
11 Bab 11 Bertemu sang Primadona
12 Bab 12 Runtuhnya Cinta sang Primadona
13 Bab 13 Demi Halal
14 Bab 14 Kembali ke Lembah
15 Bab 15 Membuka Lembaran baru
16 Bab 16 Menjadi Pengusaha
17 Bab 17 Dinner Spesial
18 Bab 18 Dilema cinta sang primadona
19 Bab 19 Bertandang
20 Bab 20 Lika-liku kehidupan
21 Bab 21 Duri dalam asmara
22 Bab 22 Terjal menuju mahligai
23 Bab 23 Ke Rumah Calon Mertua
24 Bab 24 Tamu Tak Diundang
25 Bab 25 Keluar dari Lingkar Hitam
26 Bab 26 Badai Menerpa
27 Bab 27 Terombang-ambing
28 Bab 28 Kembali ke Lembah
29 Bab 29 Salah sangka
30 Bab 30 Takdir Mantan Primadona
31 Bab 31 Tamu dari Desa
32 Bab 32 ke kandang singa
33 Bab 32 Nekat
34 Bab 33 Masuk perangkap
35 Bab 34 Sahabat Laksana Dewa
36 Bab 35 Bunga Suci
37 Bab 36 Gadis berselimut kabut
38 Bab 37 Membingungkan
39 Bab 38 Iman bertandang
40 Bab 39 Gagal move on
41 Bab 40 Terjebak lagi
42 Bab 41 Tragis sang Mujickari
43 bab 42 kenyataan Menyesakkan
44 Bab 43 Kedatangan Tamu
45 Bab 44 Nyawa diujung belati
46 bab 45 Kesialan bertubi
47 bab 46 Menerima kenyataan
48 bab 47 Hanya pasrah
49 bab 48 Wasiat almarhum
50 bab 49 Hanya doa menyertai
51 bab 50 Ihklas menerima
52 bab 51 Tidak menyangka bertemu belahan jiwa
53 bab 52 Takdir Cinta sang Primadona
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 01 Bumi tanah Pasundan
2
Bab 02 Anak Juragan
3
Bab 03 Mencari Kerja
4
Bab 04 Balada Kehidupan Kota
5
Bab 05 Gemerlap kehidupan
6
Bab 06 Tentang Harga Diri Laki-laki
7
Bab 07 Hidup Adalah Uang
8
Bab 08 Harga Diri Tergadai
9
Bab 09 Runtuhnya kesetiaan
10
Bab 10 Perjaka yang Terengut
11
Bab 11 Bertemu sang Primadona
12
Bab 12 Runtuhnya Cinta sang Primadona
13
Bab 13 Demi Halal
14
Bab 14 Kembali ke Lembah
15
Bab 15 Membuka Lembaran baru
16
Bab 16 Menjadi Pengusaha
17
Bab 17 Dinner Spesial
18
Bab 18 Dilema cinta sang primadona
19
Bab 19 Bertandang
20
Bab 20 Lika-liku kehidupan
21
Bab 21 Duri dalam asmara
22
Bab 22 Terjal menuju mahligai
23
Bab 23 Ke Rumah Calon Mertua
24
Bab 24 Tamu Tak Diundang
25
Bab 25 Keluar dari Lingkar Hitam
26
Bab 26 Badai Menerpa
27
Bab 27 Terombang-ambing
28
Bab 28 Kembali ke Lembah
29
Bab 29 Salah sangka
30
Bab 30 Takdir Mantan Primadona
31
Bab 31 Tamu dari Desa
32
Bab 32 ke kandang singa
33
Bab 32 Nekat
34
Bab 33 Masuk perangkap
35
Bab 34 Sahabat Laksana Dewa
36
Bab 35 Bunga Suci
37
Bab 36 Gadis berselimut kabut
38
Bab 37 Membingungkan
39
Bab 38 Iman bertandang
40
Bab 39 Gagal move on
41
Bab 40 Terjebak lagi
42
Bab 41 Tragis sang Mujickari
43
bab 42 kenyataan Menyesakkan
44
Bab 43 Kedatangan Tamu
45
Bab 44 Nyawa diujung belati
46
bab 45 Kesialan bertubi
47
bab 46 Menerima kenyataan
48
bab 47 Hanya pasrah
49
bab 48 Wasiat almarhum
50
bab 49 Hanya doa menyertai
51
bab 50 Ihklas menerima
52
bab 51 Tidak menyangka bertemu belahan jiwa
53
bab 52 Takdir Cinta sang Primadona

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!