Flashback
Venus menginjak usia 5 tahun saat di ajak orang tuanya untuk pertama kali ke rumah sahabat karib mereka, Thomas dan Agatha.
Mereka sangat akrab dan bahkan tampak seperti saudara kandung jika melihat kebersamaan mereka.
"Ma, Enus ga cuka di cini. Cepi... Venus mau di lumah aja..." Rengek Venus dengan lidah cadelnya. Dia begitu kesal sampai membuat kedua pipi cabinya memerah.
Agatha mencubit pipi Venus yang menggemaskan itu. Siapa yang tahan untuk tidak mencubit pipinya yang putih nan gemoy itu. Sungguh sangat menggemaskan.
Agatha sangat mengidam-idamkan hadirnya seorang anak perempuan. Namun tak kesampaian. Oleh sebab itu dia sangat menyayangi Venus dan menganggap Venus sebagai anaknya juga.
Agatha berjongkok menyamakan tingginya dengan Venus, "Venus mau main sama anak Tante ngak?"
Mendengar kalimat Agatha, tentu Venus sangat senang. Selama di rumah maupun di sekolah dia tak memiliki teman dan sekarang malah di tawarin teman bermain.
Namun kemudian matanya yang berbinar tadi jadi kembali sendu. Sekalipun ada teman yang bermain dengannya, itu takkan lama. Terbukti dari teman temannya di sekolah. Melihat Venus yang suka bersikap egois dan nakal tidak ada yang mau berteman dengannya.
Venus menunduk, "Hm. Ga ucah tante. Enus mau main cendili aja di taman. Enus ngak cuka teman."
Tentu kedua orang tua itu sangat mengerti apa yang di rasakan Venus. Mereka tau bagaimana Venus tak memiliki satu teman pun. Itu membuat mereka menjadi sangat sedih.
Rita mengelus kepala Venus, "Gak apa sayang. Kamu kalau mau main sendiri dulu di taman juga mama bakalan ijinin kok,"
Venus mengangguk dan kemudian berjalan ke arah taman.
Saat menginjakkan kaki di taman, Venus sangat terkagum. Banyak mainannya!
Pelosotan, ayunan, jungkat jungkit, permainan putar putar, jembatan gantung, dan banyak hal lainnya.
Seperti surga untuk anak kecil, Venus memekik riang!
Venus berlari larian ke sana kemari, melompat lompat dan tertawa sendiri. Venus bahkan tak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya dengan kesal.
Venus berputar putar dan terkaget.
"Hantu!!" Jerit Venus melihat seorang yang memperhatikannya dengan kesal itu.
Lelaki itu membolangkan matanya merasa terhina dengan kalimat Venus. Bisa bisanya dia menganggap dirinya hantu?!
Mata elang itu semakin membuat Venus takut.
Bagaimana Venus tidak berfikir demikian, lihatlah anak lelaki itu. Wajahnya pucat putih di tambah lagi bajunya serba putih dan rambut yang berantakan.
Kemudian Venus terkekeh, "Haha! Hantu jelek! Enus ga takut cama kamu! Bleee." ledek Venus dengan berani.
Ya, anak lelaki itu adalah Steve.
Steve memutar bola matanya malas dan kembali membaca bukunya.
Merasa penasaran Venus berjalan perlahan ke arah Steve dan akhirnya langsung duduk di sebelahnya, "Itu apa?"
Percayalah. Venus itu sangat pemberani. Lihatlah, dia bahkan masih menganggap Steve sebagai hantu tetapi dia tetap mendekati Steve.
"Buku." Jawab Steve singkat.
Venus mengangguk, dan semakin merapatkan dirinya dan memperhatikan buku yang di baca Steve itu, "Untuk apa buku?" tanya Venus lagi.
"Biar di baca." Steve mulai cape meladeni.
Venus mengangguk lagi.
"Bial apa di baca?" Tanya Venus lagi.
Steve menutup bukunya dan menatap Venus geram, "Biar aku banyak tau dan gak banyak pertanyaan sepertimu."
Venus membulatkan bibirnya membentuk huruf O dan mengangguk polos. Kemudian memiringkan kepalanya, "Banyak tau untuk apa?" Tanya Venus lagi.
Steve mengusap wajahnya. Untung saja dia tidak memiliki adik, kalau tidak dia akan merasa sangat terbebani.
"Stt, jangan banyak bicara aja. Aku pusing jawab pertanyaan mu!" Steve menatap tajam Venus.
Venus mengangguk, "Enus akan diam. Stt," Ucap Venus sambil menutup mulutnya dengan satu jari telunjuknya yang kecil.
Steve menggeleng malas. Kenapa ada mahluk seperti ini datang kerumahnya? Apakah ini anak teman orang tuanya yang sebelumnya pernah di ceritakan Mamanya itu? Sepertinya iya.
Steve kembali melihat Venus dan mulai menilai. Anak kecil ini tampak seperti boneka hidup, tubuhnya yang pendek dan pipi yang tembem terlihat sangat lembut dan halus.
"Namamu siapa?" Tanya Steve sedikit penasaran.
Venus menoleh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke kuping Steve, "Nama aku Enus.. dan Enus halus diam, nanti hantu jadi cakit kepala." Bisik Venus mengulang kalimat Steve dan kemudian kembali menutup mulutnya.
Steve ingin tertawa melihat tingkah laku Venus, kemudian kembali berbisik pada Venus, "Bener. Kalau hantu sakit kepala, hantu bisa mengigit siapa saja."
Deg!
Venus membelalakkan matanya, sedikit serem juga kalau di gigit hantu. Digigit semut saja bisa bengkak, gimana lagi kalau sebesar hantu ini. Pikir Venus.
Venus mengangguk cepat dan menutup mulutnya rapat-rapat.
Steve tersenyum kecil. Bodoh sekali.
Venus kembali menghadap depan dan bangkit dari duduknya, dia mau main lagi. Kalau hanya diam terus di sebelah hantu akan membuat dia merasa sangat bosan.
Venus berlari ke arah ayunan dan berdiri di tempat duduknya. Menggerak gerakkan ayunan dan mulai terayun kecil.
Setelah merasa bosan dengan ayunan dia berlari ke arah pelosotan. Meluncur dan naik tangga lagi, meluncur lagi dan naik tangga lagi. Seperti anak hiperaktif.
Venus melihat ke arah Steve yang di anggapnya hantu itu. Steve masih berkutat pada bukunya tak memperdulikan Venus.
Venus memiringkan kepalanya, "Apa hantu ga bocan ya? Kan ga enak duduk telus.."
Venus menghampiri Steve dan menarik tangan Steve, "Main..." Ucap Venus berbisik.
Steve menggeleng dan melepaskan tangannya dari Venus.
Venus kembali menarik tangan Steve, "Ayo.." bisiknya.
Steve melihat Venus, anak ini sungguh keras kepala.
Karena tubuhnya kecil Steve menarik dan mengangkat Venus untuk segera mendudukkannya di atas pahanya. "Kau sangat mengganggu."
Venus melipat kedua tangannya di dada, "Hantu... Plis deh. Enakkan main main. Duduk telus bica buat pantat hantu jadi gede."
Pfftt
Steve menahan tawanya, "Jadi menurutmu pantatku akan menjadi besar? Siapa yang mengatakannya?"
Venus mengedikkan bahunya, "Kata kakak kakak yang kemarin Enus lihat di depan lumah." Kata Venus mengingat kejadian kemarin. Ada dua orang anak remaja dan salah satunya duduk terus membuat temannya yang sedari tadi berolah raga kesal dan bilang, 'Kalau kau duduk terus pantatmu akan jadi besar,' kalimat itu langsung terekam dalam ingatan Venus.
Steve tersenyum. "Ya sudahlah, ayo kita main."
Venus menatap Steve dengan mata yang membinar, "Ayo!!!"
Kemudian Venus menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Membuat Steve bingung, "Kenapa?"
"Enus lupa, kalau gak boleh ribut, nanti hantu gigit Enus," Ucap Venus berbisik.
Steve terkekeh, dia tak dapat menahan tawanya, "Bodoh. Aku takkan melakukan itu."
"Cungguh?" Venus memastikan.
Steve mengangguk, "Tentu."
Steve mencubit pipi Venus, "Dan juga... Aku bukan hantu. Aku manusia. Dasar bego."
Venus terbelalak, "Apa?!"
Steve menutup telinganya mendengar teriakannya, "Santai. Sakit nih kuping."
Venus mendekatkan wajahnya, "Tapi kakak milip hantu."
Steve tersenyum miring, "Yang mananya yang mirip hantu?"
Venus menunjuk kulit wajah Steve, "Kulit kakak putih, baju kakak putih, cama kaya hantu hantu dalam tipi.. tapi hantu dalam tipi itu ada dalahnya, Kaka gak ada." Jelas Venus panjang lebar mengingat acara televisi yang pernah di tontonnya.
Dan asal kalian tau, saat kejadian dia menonton acara TV itu, dia ketahuan oleh Mamanya. Sehingga sampai sekarang Venus tidak di perbolehkan menonton jika tanpa Ibunya.
Ckckck. Mengecewakan.
Steve terkekeh, "Gak. Aku manusia."
Venus tersenyum, "Benelan kan kak?"
Steve mengangguk, "Iya...
Gimana? Jadi main ngak?" Tanya Steve lagi.
Venus mengangguk, "Ayo!!"
Dan akhirnya mereka jadi teman baik setelah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
iiihhh gemesin dech🥰🥰
2022-09-08
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
nyebelin tapi lucu 😂😂
2022-09-08
0
Imamah Nur
😂😂😂😂😂
2022-07-21
0