Hari telah berlalu dan keadaan Venus telah membaik di hari pertama dia di rawat.
Semenjak Venus merasakan ada kesempatan kedua untuk dirinya berubah menjadi wanita yang lebih baik lagi, Venus bertekad kuat untuk bisa berubah. Dia harus berhenti dari gadis manja menjadi gadis yang hebat.
Well, tak perlu terlalu hebat. Hanya saja dia berusaha untuk bisa mengurus dirinya lebih baik lagi agar kehidupan gelapnya dulu tidak terulang lagi.
"Ma Pa, besok Venus udah bisa balik kan? Soalnya Venus udah merasa jauh lebih baik sekarang. Dan besok juga ada jadwal kuliah." Jelas Venus membuat kedua orang tua Venus kaget.
Sejak kapan Venus mengingat kuliahnya?
Dalam tanda kutip belajar.. Venus sangat anti belajar...
Seingat kedua orang tua Venus, Venus itu sangat malas untuk berlama lama duduk terutama belajar. Setiap kali melihat buku saja Venus akan menguap bosan.
Bahkan jika bukan karena Steve yang menyuruhnya berkuliah, Venus akan tetap akan tinggal di rumah. Dan memilih untuk menjalankan hidup dengan santai dan happy happy bersama circle nya yang notabenenya anak para sultan juga sama seperti dirinya. Di dalam pikiran Venus hanya ada bersenang senang dan bermain main saja. Dan apa yang terjadi pada Venus mereka sekarang? apakah ini sungguh anak mereka?
Rita mendekati Venus dan memegang jidad Venus prihatin, "Apa kamu baik baik saja nak?" Rita ragu dengan kesehatan Venus.
Venus mengangguk, "Tentu Ma. Venus bahkan sangat baik sekarang. Venus sekarang sangat tak sabar untuk kuliah besok."
Kedua insan yang menjabat menjadi orang tua Venus itu kembali terlonjak kaget dan dengan kaku saling berpandangan. Sama sama tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Are you okay darling? Really?" Ayah Venus kembali mengulang pertanyaan yang sebelumnya sudah di ajukan istrinya tadi.
"Of course! I am okay... Sehat walafiat!" Ucap Venus sambil tersenyum lebar.
Sungguh keajaiban dunia.
Anak mereka akhirnya ingin bersekolah juga. Tentu saja mereka terharu tak percaya melihat suatu perubahan Venus yang out of the box.
Mungkin ini faktor dari sakit?
Tak perduli apapun faktornya mereka tetap saja senang.
Kedua orang tua Venus memeluk Venus dan mencium kening Venus, "We proud of you."
Venus mengerutkan keningnya namun tetap tersenyum, apakah sebegitu hebatnya perubahannya ini? Hehe. Sungguh membangongkan.
***
Hari telah berganti. Kini Venus telah membenah diri untuk segera pulang, tidak semua sih dia kerjakan. Hanya membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, selebihnya para pekerjanya yang membereskan barang barang bawaannya.
Kedua orang tua Venus memeluk Venus kemudian melihat ke arah jam.
"Kita tunggu apa lagi sih ma? Kan semua udah beres, mending kita pulang aja." Ucap Venus tak sabaran. Dia cukup bosan ada di rumah sakit walaupun baru satu hari, namun Venus merasa begitu bosan.
Papa Venus tersenyum, "Sabar ya sayang. Sebentar lagi orang spesial kamu akan datang. Papa yakin kamu pasti akan sangat senang."
Venus menyerngitkan dahinya, "Spesial? Siapa?"
Beberapa saat kemudian pintu terbuka, menampakan sosok Steve dan kedua orangtuanya.
Dengan kebahagiaan yang semerbak, "Venus... Kamu udah mendingan sekarang darling?" Mama Steve memeluk Venus dengan kasih sayang.
Venus mengangguk, "Iya Tante. udah sangat baik sekarang!" Ucap Venus bersemangat.
Papa Steve mengelus kepala Venus, "Syukurlah Venus udah sehat. Kami sangat kuatir nak."
Venus tersenyum kecil, "Ah, biasa aja Om. Venus ngak akan selemah itu sama penyakit. Makanya Venus bisa sembuh total seperti ini." Kata Venus dengan sedikit cengiran.
Mereka tersenyum dan mengangguk, kemudian Mama Steve menarik tangan putranya dan mendekatkan Steve ke dekat Venus, "Kalian mengobrollah sebentar. Kami ingin berbicara sebentar dengan orang tuamu Venus."
Venus melirik ke arah Steve yang menatapnya dingin.
Malas sekali jika harus di tinggal berduaan dengan lelaki jahanam ini. "Venus ikut kalian saja."
Mama Venus menggeleng, "Eh, jangan. Kalian mengobrollah sebentar. Sebentar lagi kami juga akan kembali."
Venus menggeleng, "Gak usah Ma. Venus juga akan merasa lebih baik jika.."
"Baik Tante. Kami akan menunggu kalian di sini." Potong Steve dengan wajah datar khasnya.
Venus melihat Steve jengkel. Apaan sih lelaki ini!
Kedua pasangan suami istri itu mengangguk dan tersenyum, "Baiklah. kalian tunggu di sini ya."
Steve mengangguk kecuali Venus yang amasih kesal dengan tingkah laku Steve.
Mereka pun pergi meninggalkan Venus dan Steve.
"Kau ngapain sih bilang gitu. Aku ngak suka berduaan samamu!" kesal Venus.
Steve menatap datar Venus, cukup sedikit terkejut dengan ucapannya, namun kembali Steve mengatur ekspresi datar kembali, "Kau pikir aku mau. Aku juga terpaksa, jika aku tak melakukan itu aku akan di hukum."
"Kenapa?"
"Karena kau akan selalu mengarang bahwa aku menjauhimu kepada kedua orang tuaku. Dan aku akan kembali di tekan nantinya." Jelas Steve dengan tajam.
Venus terdiam. Memang begitulah Venus dulu, suka mengadu yang tidak tidak agar Steve tak menjauh darinya. Apa mungkin itu faktor Steve sangat membencinya?
Kedua pasang orang tua itu saling berpelukan dan mengobrol receh. Sedangkan Venus sendiri bingung dengan keadaan ini. Malah Steve ada di sebelahnya lagi.
Steve melihat ke arah sekitar. Bunga pemberiannya tidak ada. Tidak mungkin layu secepat itu bukan? Apa mungkin..
"Mana dia." Tanya Steve datar tanpa melihat Venus.
Venus menoleh, "Apanya?"
"Bunga." Steve menatap dingin Venus.
Venus mengedikkan bahunya, "Udah aku buang."
Steve menaikkan salah satu alisnya, "Huh?"
Venus melihat ke arah lain, "Aku buang... B-U-A-N-G. Jelas?"
"Aku malas menerima barang darimu. Toh juga kalau menerima barang pemberian yang ngak ikhlas katanya bisa gatel gatel! Ya udah aku buang aja," ucap Venus dengan santai.
Apakah anak ini sungguh sudah sehat? Atau masih sakit? Atau mungkin... makin parah, huh?
Steve membatin sambil melihat ke arah Venus.
Venus merasa terintimidasi dengan tatapan Steve mulai angkat bicara, "Dengar ya. Mulai hari ini dan detik ini aku takkan mau menerima apapun darimu. Jadi ngak usah beliin aku barang."
Steve membuang wajahnya malas, "Jangan membodohiku. Aku sangat tau kelicikanmu."
Venus melihat tak terima ke arah Steve, "Aku berkata yang sebenarnya!"
Steve menatap datar Venus. Venus sungguh membenci tatapan itu, "Kita lihat saja nanti."
Baru juga pulih dari sakit Venus jadi merasa ingin sakit lagi! Apa yang di katakan Steve sangat mengganggunya, bagaimana lelaki ini terus saja menganggapnya sebagai pembohong? Jelas jelas kini Venus ingin berubah!
Lihat saja Steve, aku akan membuatmu kembali menjilat kata katamu itu!
***
Venus menggeleng tak percaya apa yang terjadi padanya ini. Lihat lah, kedua orang tuanya dan juga orang tua Steve menyuruh Venus dan Steve untuk pulang bersama dalam satu mobil sedangkan dua pasang suami istri itu berada di mobil lainnya namun tetap dalam tujuan yang sama, yaitu ke rumah Venus.
Terjadi keheningan dan aura yang makin tegang. Tentu saja, baru saja Venus memaki lelaki ini malahan beberapa menit kemudian dia malah satu mobil dengannya.
Romantis? Miris iya!
Venus enggan untuk bicara dan memilih untuk bermain hpnya saja.
Sedangkan Steve fokus pada jalanan di luar dan malas untuk menanggapi apa yang di lakukan Venus.
Perjalanan pulang terasa sangat lama dan membosankan. Berdiam seperti ini siapa yang akan tahan?
Venus memposisikan dirinya untuk lebih nyaman, dia hendak tidur kembali dari pada harus memperhatikan hp terus yang akan membuat matanya makin sakit.
Venus mulai terlelap beberapa saat.
Set
Mobil berhenti seketika, membuat Venus terdorong ke depan. Untung saja ada sabuk pengaman, kalau tidak mungkin kepalanya akan terjedud pada bagian depan mobil itu.
"Bisa hati hati ngak sih?!" Kesal Venus.
Steve melepaskan sabuk pengamannya, "Jangan tertidur di mobilku. Kau akan mengotorinya dengan liurmu." Kata Steve tanpa melihat ke arah Venus.
Sial. Lelaki ini selalu saja membuat dia merasa bodoh. Memang benar kebiasaan Venus adalah ngeces saat tertidur, namun tak perlu mengatakannya juga kan?
"Makanya, kalau ngak mau ngantar bilang dari awal. Jangan ngangguk ngangguk setuju abis itu ngeluh." Venus melihat Steve jengkel.
Steve melihat datar Venus. "Jika aku tak mengantarmu, ortu ku akan menghukumku karena tak bisa menjaga bocah sepertimu."
Venus mendengus, "Bilang saja aku bisa jalan pulang sendiri. Banyak kendaraan umum juga. Jadi ngapain bersusah susah mengantarku, Aku Sudah Dewasa!"
Steve tersenyum meremehkan, "Dewasa? Kau bahkan tak hapal jalanan yang sering kau lalui, itukah yang di katakan dewasa?"
Venus menggenggam tangannya kesal. Lelaki ini sudah cukup membuat kupingnya sangat panas.
Venus menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya, "Terserah."
Tak mau ambil pusing Venus memilih diam.
Diam?
Sungguh mengagetkan. Venus yang dia kenal adalah wanita yang akan selalu menjawab dan tak akan mau kalah, malahan tampak lebih pendiam.
Steve kembali melihat ke depan acuh, rasanya Venus merupakan drama queen. Wajar saja jika melakukan hal hal yang berubah dalam sepersekian detik, namun dapat Steve pastikan. Itu takkan pernah bertahan lama.
Steve kembali menghidupkan mobilnya dan kemudian kembali berjalan menelusuri jalan raya yang padat penduduk.
Venus tentu saja masih sebal. Sudah perjalanan pulang ini sangat membosankan, dia tidak di bolehkan tidur dan dan sekarang saat dia menghidupkan ponselnya baterai ponsel lemah. Ck. Menyusahkan saja.
Sungguh sangat bosan!
Venus ingin bertanya apakah perjalanan masih lama, namun dia kembali menutup mulutnya. Jika dia kembali memulai pembicaraan, Steve akan kembali menghinanya.
Memang cara yang terbaik adalah berdiam.
Tapi sampai kapan?! Lama sekali sampainya!... Arh... Malah sekarang tiba tiba jalan macet lagi!
Kenapa makin hari makin sial aja rasanya?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Retno Palupi
kl tingkah venus gitu y wajar kl steve ilfil
2024-10-10
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
wkwkwk segitunya thor
2022-09-08
0
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mamanya Amir mampir lagi ❤
2022-05-28
0