Kegelapan menyelimuti pandangan Venus, bagaikan tertusuk ribuan jarum dan tertikam tombak Venus merasakan sekujur tubuhnya sakit luar biasa. Racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah membuat dia kejang tak dapat melawan.
Sangat tersiksa tubuh Venus kini.
Pikiran sudah berantakan, seperti tak ada masa depan lagi untuknya untuk bertahan.
Apakah ini waktu kematiannya?
Apakah ini saatnya untuk membenci Steve?
Venus menangis dan merintih dalam batin. Tak dapat membayangkan betapa kejamnya lelaki yang di cintai nya dengan sepenuh hati.
Wanita malang nan egois ini telah mencapai titik beku dalam ujung kehidupannya. Dewa kematian akan segera menjemputnya.
Sungguh panjang nan tragis jalan percintaan Venus terhadap Steve.
Tak dapat Venus pungkiri dan barulah dia dapat sadar akan satu hal.
"S-steve... rhk... A-aku memben-ci... Mu... Erkhh.." Ucap Venus untuk terakhir kalinya sebelum nafasnya terputus dan jantungnya berhenti berdetak.
Sikap bodohnya membawakan musibah bagi dirinya sendiri. Namun semua telah terjadi, tak ada yang dapat di lakukan.
"1 February 2022, Venus Airlangga Samudra telah menghembuskan nafas terakhirnya"
***
"Ohok ohokk huh huh." Venus menarik nafas tercengap cengap dari atas ranjangnya. Terbangun dan kembali menutup matanya dari tidurnya yang sebelumnya sangat menyiksa.
Tubuhnya bergetar tak karuan dan batinnya terasa sangat tersiksa hingga membuat dia tak sanggup membuka matanya lagi bahkan hanya untuk sekedar melihat keadaan saja.
Sungguh sangat mengerikan apa yang terjadi padanya itu. Suatu hal yang sangat tak pernah terbayangkan olehnya bahkan sekecil apapun.
Steve,
Steve,
Pelaku atas penyiksaan terhadap dirinya itu.
Venus mengatur nafasnya dan mencoba membuka matanya perlahan.
Steve telah meracuninya dan membunuhnya bukan?
Itu yang terjadi bukan?
Namun mana Steve sekarang? Dia tidak ada...
Apa tadi cuma mimpi?
Kenapa sangat nyata?
Dia bahkan merasakan kesakitan bercampur sesak di dadanya. Sungguh menyakitkan hingga dia tak dapat bergerak dan berbicara untuk saat ini.
Venus bahkan sangat mengingat bagaimana Steve tersenyum saat Venus merasakan kesakitan itu. Seperti layaknya iblis yang tersenyum puas melihat seseorang jatuh dalam perangkapnya. Sungguh sangat nyata!
Venus mengusap wajahnya dengan tangan yang bergetar dimana mengalir pula peluh yang keluar dengan banyak dari pori pori kulitnya.
"Apa yang terjadi?" Venus menarik nafas sebelum dia kembali memegang lehernya dan pipinya bergantian.
Venus menghirup udara dengan memburu untuk memenuhi paru parunya yang seakan akan kosong tanpa oksigen. Tangannya masih bergetar dan ketakutan.
Ingatannya mengenai Steve sungguh sangat menakutkan. Lelaki itu sangat menyeramkan di detik detik dia kehilangan kesadarannya tadi.
Drettt
Ponsel Venus bergetar dan terdengar suara ringtone telfon di sana.
Venus mengangkat teleponnya, "Ha-Halo?" Ucap Venus dengan bibir yang kaku dan kelu.
"Ven, aku titip absen ya. Soalnya ada acara keluarga." Ucap Dini teman sekampus Venus.
Venus yang masih dengan pikiran bercabang memijati kepalanya, tak fokus dengan kalimat Dini barusan karena rasa ketakutan yang belum hilang.
"Ven? Kau baik baik aja?" Tanya Dini yang tiba tiba jadi kuartir pada Venus karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari temannya itu.
Venus membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Dini, "Ha iya kenapa?"
"Ven, kau baru bangun tidur ya? Aduh... Sorry sorry bangunin jam segini. Soalnya aku lupa bilang kemarin." Dini jadi merasa bersalah karena membangunkan Venus di pagi buta.
"Iya ngak apa." Ucap Venus sambil mengangguk.
"Hehe sorry ya. Karena seingat aku kau itu insomnia Ven, dan sering bangun jam segini. Jadi aku pikir telpon pagi pagi gini ngak mengganggumu. Ternyata malah ganggu." Dini mengingat kebiasaan temannya itu.
Venus mengangguk, "Iya ngak apa. Santai aja."
"Ya udah aku kasih tau lagi ya, jadi gini aku gak bisa datang ke kampus hari ini karena ada acara keluarga. Titip absen ya say..." Jelas Dini mengulang kalimatnya tadi.
"Hm. Biasanya juga kau kan langsung cabut gitu aja Din. Kenapa malah izin segala samaku."
Dini terkekeh, "Hehe, emang sih. Tapi kan ini beda Ven. Ini sama pak Hartanto. Kau tau lah pak Hartanto, nanti kalau absen sampai lebih dari 2 kali mati aku ngak bisa ikut ujian sama dia." Dini terkekeh mengingat kekesalannya pada pak Hartanto yang menyebalkan itu.
Venus mengangguk kemudian tersadar karena baru ngeloading. "Eh. Wait. Bukannya bapak itu ngak ngajar kita lagi ya? Kan dia ngajar kita tahun lalu. Gimana sih."
"Pff..." Mendengar pernyataan Venus membuat Dini menahan tawanya, "Apaan. Kesambet apa kamu sayang... Baru juga 2 bulan ngampus. Gimana ceritanya kita udah di ajar setahun sama tu bapack nyebelin." Dini terkekeh.
"Hah? 2 bulan? Kita udah setahun ngampus bambang." Venus mengatakan yang sebenarnya. Memang benar dia sudah berkuliah setahun di sana. Bagaimana mungkin Dini bilang mereka baru berkuliah 2 bulan.
"Oke oke, aku harap maklum aja ya Ven. Soalnya ini masih pagi juga dan kau sepertinya masih sangat ngantuk banget. Jadi mending kau lanjutkan tidurmu saja. Intinya ingat baja aku titip absen hari ini ya say."
"Lah? Gimana sih? Aku sadar total Dini... Kita kan kuliah tahun 2021 dan sekarang tahun 2022, gimana sih." Venus masih kesal. Dia sama sekali tak salah.
Dini menggeleng prihatin, "Ckckck. Kayaknya kau beneran harus tidur dulu deh say. Ngantuk bener kayaknya otakmu,"
"Ini masih tahun berapa oneng, tahun 2021. Gini nih kalau pingin cepet cepet tamat." Sambil Dini mengingatkan. "Kalau kau ada di sebelahku udah aku toyor tuh palamu biar ingat." Sambung Dini kesal
Venus semakin bingung.
Dia yang bego apa gimana sih?
Venus tak mungkin lupa jika dia sudah berkuliah selama satu tahun. Walaupun memang dia sering nitip absen juga sama seperti sohibnya ini, tapi setidaknya dia tau dia sudah berapa lama berkuliah.
"Udah deh Ven, kau tidur aja dulu. Kayaknya kebanyakan bergadang kau jadi sakit deh. Tenangi pikiran deh dulu. Dan kalau pun kau ngak bisa ke kampus juga aku bakalan minta titipin absen sama orang lain aja."
Venus menyerngitkan dahinya. Apaan lagi sih ini.
"Oke ya say. I want to sleeping lagi. Ngantuk. Byee. Lop yu."
Tut Tut Tut...
Telpon di matikan secara sepihak.
Membuat Venus semakin bertambah bingung dengan apa yang terjadi. "Ini apaan sih?!"
Venus bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamar. Membuka pintu perlahan dan melihat sekitar.
Sungguh ini rumah orang tuanya.
"Apa yang.."
"Venus?" Panggil seseorang membuat Venus menoleh ke arah sumber suara dan menghentikan kalimatnya.
"Mama?" Venus keheranan.
"Ma. Apa yang terjadi? Kenapa Venus ada di rumah kalian? Seharusnya kan Venus tinggal bersama Steve?"
Mama Venus melihat putrinya bingung kemudian tertawa, "Apa yang kamu katakan sayang... Kamu udah ngak sabar banget ya sama pernikahan kamu dan Steve?" Rita mengelus rambut putri tunggal kesayangannya ini.
"Huh? Gimana ma?" Venus sungguh bingung apa yang terjadi.
"Tenang aja sayang. Pernikahan kamu juga sedang di atur. Mama usahain secepatnya kalian akan menikah."
Deg!
Venus menggeleng tak percaya sambil menutup mulutnya.
Pikiran Venus kembali berputar, dan kakinya mulai lunglai.
Jangan bilang yang terjadi sebelum dia bangun dari tidur adalah kenyataan. Jangan bilang kalau Steve sungguh membunuhnya karena tak kuasa menahan amarahnya yang terpendam. Dan jangan bilang dia akan mengalami hal yang sama setelah ini seperti Dejavu!
"TIDAKK!!" Venus menjerit histeris.
Dia tak dapat membayangkan apa yang terjadi padanya kemudian.
Steve. Dia.. sungguh menakutkan!
Rita terkejut dan panik melihat putrinya yang histeris. Seketika Rita langsung memeluk Venus, "Kamu kenapa sayang? Katakan pada Mama apa yang terjadi?"
Venus menggeleng sambil menangis. "Venus takut ma... Venus takut..."
Rita mengelus punggung anaknya menenangkan Venus sebisanya. Padahal tadi malam Venus masih tertawa dan tampak gembira, kenapa sekarang malah seperti ketakutan?
Rita beranggapan Venus pastilah bermimpi buruk. "Venus, ayo kembali ke tempat tidur. Mama akan menemanimu sayang."
Venus mengangguk walaupun dia merasa sangat ketakutan.
Apa yang akan terjadi padanya setelah ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Imamah Nur
Lah, emang kematiannya cuma mimpi?
2022-07-21
1
Imamah Nur
Nah aku pun bingung 🤔
2022-07-21
1
Imamah Nur
Tapi sudah terlambat 🤦
2022-07-21
0