Reina langsung membuka pintu kamar Zen saat mereka sudah sampai disana. Hendri langsung masuk untuk merebahkan bocah kecil dalam gendongannya.
"Nggak mau tidur disini om, maunya di kamar kak Re." Ucap Zen yang terjaga saat Hendri telah merebahkan badan kecil dalam dekapannya.
"Tolong pindahin ke kamar ku mas." Ucap Reina yang langsung berlalu lebih dulu.
Hendri langsung mengangkat tubuh Zen kembali. Ia langsung menuju kamar Reina. Hendri hanya diam mematung di ambang pintu. Melihat Zen yang kini sudah kembali lelap.
"Kenapa diam disitu mas. Ayo tidurkan Zen di dalam." Ucap Reina sambil menunjuk ranjangnya. Ia menatap heran Hendri yang diam mematung di ambang pintu.
"Kamu saja Re. Mana boleh kamar seorang gadis dimasuki sembarangan lelaki." Ucap Hendri se rasional mungkin.
Reina menarik ikat rambutnya membuat rambut panjangnya tergerai indah. "Tapi mas bukan orang sembarangan. Mas kan sudah seperti keluarga kami. Sudah mas rebahkan Zen di atas kasur, itu bocah kecil-kecil juga badannya mantap banget kalau di gendong." Ucap Reina santai yang langsung berlalu menuju meja riasnya.
Hendri menghela nafasnya. "Nggak begitu juga konsepnya Reina anaknya bapak Yusuf yang terhormat." Gumam Hendri yang langsung melangkah menuju ranjang.
"Nggak nginap disini saja mas?" Tanya Reina saat Hendri akan keluar dari kamar. Tangannya terus membersihkan wajah, menghapus make up yang ia gunakan tadi.
"Aku pulang saja." Ucap Hendri menolak. Walau biasanya ia memang menginap disini, tapi menurutnya lebih baik ia pulang saja.
"Hati-hati ya mas."
"Siap." Hendri langsung keluar dari kamar Reina.
"Mas."
Hendri langsung menghentikan langkah kakinya saat akan baru menuruni tangga. Ia berbalik menatap Reina lagi. "Kenapa Re?"
Reina melangkah mendekati Hendri, membuat lelaki yang menyandang status duda itu terheran dibuatnya.
"Jangan bilang ke ayah dan nda ya kalau Zen tadi minta makan bakso. Semoga Zen nggak kenapa-napa." Ucap Reina pelan.
Hendri menghela nafasnya pelan. "Siap. Boleh aku pulang sekarang?"
Reina langsung mengangguk cepat. Ia juga langsung melambaikan tangan sambil tersenyum menatap Hendri. "Hati-hati di jalan semoga selamat sampai tujuan duda karatan." Ucapnya jahil.
Hendri terkekeh sejenak. "Ok. Sudah sana tidur, anak gadis nggak baik tidur larut malam."
Hendri langsung menuruni anak tangga. Ia harus cepat pulang kerumah karena waktu sudah mulai larut malam.
"Anak-anak sudah pada tidur mas?" Tanya Nissa yang baru keluar dari kamarnya. Sudah dapat dipastikan jika Nissa dan Yusuf baru saja pulang karena Nissa masih menggunakann pakaian yang sama.
"Sudah. Aku pulang dulu Nis." Ucap Hendri berpamitan.
"Mobil mu sudah di masukkan ke garasi sama sopir." Ucap Yusuf begitu saja dan langsung memasuki kamarnya.
Sedangkan Nissa tertawa melihat ekspresi Hendri yang pasrah-pasrah saja. Memang begitulah Yusuf, kalau sekiranya sudah mulai larut ia tidak akan membiarkan Hendri pulang kerumahnya.
Hendri langsung menuju salah satu kamar tamu yang sudah sering ia tempati. Lebih tepatnya kamarnya, karena kamar itu terdapat beberapa barang pribadinya jika ia menginap dirumah ini. Sudah seperti rumah sendiri, karena Yusuf menganggap Hendri seperti adiknya sendiri.
Sudah jam 5 pagi, kini Yusuf, Hendri, dan Zen baru pulang dari masjid yang ada di area perumahan mewah disana. Mereka berjalan kaki menuju pulang kerumah.
"Om setelah ini kita jogging yuk." Ajak Zen.
"Kalau sudah ada om Hendri pasti ayah di cuekin." Ucap Yusuf cemburu.
"Kalau sama ayah kan sudah setiap pagi. Kalau sama om Hendri kan jarang-jarang ayah." Tutur Zen.
Meskipun masih kecil. Zen sudah terbiasa bangun saat adzan subuh. Zen juga selalu ikut saat ayahnya pergi ke masjid untuk melaksanakan solat berjamaah disana.
"Mau jogging ya dek?" Tanya Reina saat baru saja keluar dari kamarnya.
"Iya lah." Jawan Zen yang langsung ingin berlalu begitu saja.
"Eh dek tunggu." Ucap Reina cepat.
"Kenapa lagi gadisnya bapak Yusuf?" Tanya Zen dengan sok dewasanya.
Siapapun yang melihat ekspresi Zen saat ini pasti rasanya ingin menarik pipi bocah yang pikirannya diluar jangkauan.
"Kakak mau ikut. Tungguin ya." Ucap Reina yang langsung menutup pintu dengan cukup keras.
Brak...
"Astagfirullah." Ucap Zen sambil mengelus dadanya. "Kak Re dikirim hidayah apa sama malaikat subuh, tiba-tiba saja ingin ikut olahraga." Gumam Zen yang langsung turun.
Setelah usai berganti baju menggunakan treining dan koas pendek Reina langsung turun. Untuk memakai sepatunya didepan.
"Loh, ayah kok masih pake sarung sama baju koko?" Tanya Reina heran.
"Memangnya ayah suruh pake baju apa Re?" Ikut heran juga Yusuf jadinya. Namanya juga tadi habis dari masjid ya ajar kalau Yusuf menggunakan pakaian seperti yang ia kenakan sekarang.
"Kata adek tadi mau jogging."
"Oh kamu mau ikut juga, pantas saja Hendri sama Zen nggak pergi-pergi."
"Loh mas Hendri nggak pulang semalam yah?" Tanya Reina heran. Tentu saja heran, karena semalam kan Hendri pamit akan pulang.
"Kok malah ngobrol, sudah sana cepat berangkat Re." ucap Nissa memperingati.
"Oh iya. Rere jogging dulu ayah." Ucapnya sambil menatap Nissa. Dan meninggalkan kecupan di pipi Nissa baru Reina berlalu kedepan rumah.
"Nah kan, yang di pamiti siapa. Yang dilihat siapa dan yang di cium siap ckckck anak siapa dia?" Gerutu Yusuf heran dengan anak gadisnya. Sedangkan Nissa hanya tersenyum karena memang begitulah kebiasaan Reina.
"Ini susunya mau diminum dimana ayy?" Tanya Nissa yang sejak tadi membawa air hangat untuk Yusuf.
"Didepan televise saja sayang. Aku ke kamar ambil ponsel ku dulu."
Reina cepat-cepat mengikat tali sepatunya. Agar segera bergabung dengan Hendri dan Zen yang menunggu di dekat gerbang.
"Selamat pagi mbak." Sapa salah satu pegawai rumahnya sopan.
"Pagi."
Reina langsung segera lari menghampiri Zen dan Hendri yang menunggunya.
"Kebiasaan deh kak Re kalau mau kemana-mana pasti lama." Ucap Zen ngedumel.
Sedangkan Hendri nampak melihat penampilan Reina kali ini. Tidak ada yang salah memang dengan penampilan gadis dengan rambut yang di ikat seperti ekor kuda. Hanya saja baju Reina begitu mengganggu penglihatan Hendri. Karena menurutnya baju Reina terlalu press body.
Sebenarnya nggak pless juga sih, hanya Hendri pikir baju Reina akan menempel pada tuubuhnya jika nanti Reina berkeringat saat lari. Jelas itu yang membuat baju Reina kecil. Menurut Hendri.
"Ayo berangkat." Ajak Reina semangat.
"Tunggu Re. Kamu nggak ada baju yang lebih kecil lagi?"
"Kurang seksi ya mas?" Tanya Reina yang tidak peka jika sedang disindir.
"Iya kurang. Kurang banget. Makannya aku tanya apa baju mu nggak ada yang lebih kecil?"
Zen jadi ikut mengamati penampilan kakaknya saat ini. "Kak Re, kenapa bajunya kekecilan. Memangnya nggak ada baju yang lebih besar?" Tanya Zen yang memang tidak suka jiika kakaknya memakai pakaian yang menurutnya tidak cocok dimatanya.
Berbeda dengan Hendri yang mengungkapkan ketidak sukanya dengan memberikan sebuah kode, jika Zen. ucapan bocah kecil memang selalu jujur dan apa adanya.
"Gimana sih yang bener, yang satunya kurang kecil yang satunya kurang besar. Padahal menurutku ini tuh pas nggak kekecilan juga nggak kebesaran." Jelas Reina yang merasa tidak salah pilih baju.
Bersambung...
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya sayang kesayangan 🥰 kasih like dan komennya 💋 tab favorit juga ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Eliyani Elieboy
gemes liat om Hendri sama zen
2023-12-07
0
Markoneng
ihhh gemeszzzzz sama adek Zen, pengen tak uyel2 itu pipine 😆
Cie cie, om duda perhatian 🤣
2022-05-09
1
Lee
Reina jadi bingungkan..
lnjut thor..
msih nyuicuil yua..
2022-04-03
1