Dikira Janda
Di Sebuah ballroom, di hotel salah satu gedung termewah yang ada di kota Malang sudah nampak begitu indah.
Dekorasi yang menghiasi pelaminan sudah nampak sangat mewah. Lampu-lampu yang menghiasi ruangan disana terus saja berkerlap kerlip berganti-ganti warna.
Para tamu dari mempelai pria juga sudah nampak mengisi ruangan yang tadi nampak lenggang. Kini tinggal menunggu mempelai perempuannya datang.
Untuk melangsungkan acara ijab qabul, untuk mengikat dua insan dalam hubungan yang sah. Mengikat dua keluarga untuk menambah tali persaudaraan.
Semua orang langsung menatap ke seorang perempuan yang sudah nampak cantik dengan baju kebayanya.
Make up yang di kenakan mempelai perempuan sukses membuat semua orang terpukau sekaligus pangling. Seperti bukan Reina Dzuhairi Sucipto yang mereka kenal selalu tampil sederhana namun tetap terlihat jelas kesan mewahnya.
Ijab qabul akan segera dilaksanakan setelah Reina duduk di samping lelaki yang kini akan menjabat tangan ayahnya. Lelaki yang semakin bertambah umur karena Reina pun kini sudah berusia 27 tahun.
Meski tidak ada yang bisa mendengar detak jantung mempelai pengantin. Tapi sangat terlihat jelas kedua anak manusia yang akan halal dalam sebuah ikatan pernikahan itu begitu nampak jelas wajah tegangnya.
Semua orang nampak hikmat. Sedangkan mempelai pengantin sama-sama mengeluarkan keringat dingin karena terlalu nervous. Apalagi kini tangan lelaki yang akan mengucap ikrar telah menjabat tangan ayah Reina.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Reina Dzuhairi Sucipto binti Yusuf Dzuhairi Sucipto dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai." Ucap Yusuf menggenggam erat jabatan tangannya pada lelaki yang meminang anak perempuan satu-satunya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Reina Dzuhairi Sucipto binti Yusuf Dzuhairi Sucipto dengan mas kawin tersebut tunai." Ucap lelaki tampan di samping Reina dengan satu kali tarikan nafasnya.
"Bagaimana para saksi sah?"
SAH
Seluruh orang yang ada didalam ruangan itu serentak mengucapkan kata SAH memenuhi setiap sudut ruangan disana.
Reina sudah tidak bisa menahan tangis harusnya. Karena pada akhirnya dia telah menjadi seorang istri. Dipersunting lelaki yang begitu sangat mencintainya.
Reina langsung mencium punggung tangan lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya. Dan tanpa rasa malu pada semua orang yang ada disana, mempelai pengantin sama-sama mendekatkan wajah mereka hendak melakukan kecupan sekilas.
Plak...
Jika kebanyakan manusia yang bermimpi indah. Dan akan melakukan ciuman namun gagala karena ia terjatuh dari atas ranjang. Atau ia akan mencium bantal guling dalam dekapannya. Itu tidak berlaku bagi Reina karena kini ia mendapatkan tabokan pada bibir seksinya saat monyong-monyong akan berciuman didalam mimpi indahnya tadi.
"Zeeennn..." Teriak Reina saat mimpi indahnya ambyar gara-gara mendapatkan tabokan dari adik satu-satunya.
"Iyaaa..." Teriak Zen tak kalah hebohnya menyahuti teriakan kakak satu-satunya.
Reina langsung bangun untuk mengejar adiknya yang sudah lari kencang keluar dari kamarnya. Reina dan Zen terus berputar-putar mengelilingi sofa yang ada disana.
"Wlek... wlek... nggak kena, nggak kena." Ejek Zen sambil menjulurkan lidahnya. Membuat Reina semakin kesal saja.
"Ini kenapa kok kejar-kejaran?" Tanya Nissa yang baru sampai di lantai atas. Penasaran juga Nissa dengan keributan yang setiap hari selalu meramaikan rumah ini. Padahal yang ribut hanya dua orang tapi ramainya sudah kaya ngalahin pasar.
"Adek tuh nda, main tabok-tabok bibir aku." Adu Reina. Ia langsung mendekati Nissa dan bergelayutan manja.
"Zen nggak boleh seperti itu sama kak Re nak."
"Kak Re manja sukanya ngadu sama nda." Ejek Zen dengan wajah usilnya yang tanpa dosa.
"Biarin. Wlek..." Sekarang Reina yang menjulurkan lidah mengejek Zen.
"Cepet mandi kak Re. Sudah jam tujuh nih. Kan semalem kak Re sudah janji sama Zen mau antar sekolah."
Plak...
Reina menepuk jidatnya sendiri. "Kenapa baru ngomong sekarang sih dek. Kan Kakak ada meeting pagi ini." Bukanya cepat beranjak, Reina malah memarahi adiknya.
"Lagian tidur nggak ingat dunia. Makannya kak kalau habis subuh jangan tidur lagi, tuh Rezekinya di patok ayam." Bocah kecil umur lima tahun itu kini mulai berceramah.
"Namanya juga masih ngantuk dek." Ucap Reina sambil membayangkan lagi mimpinya tadi. "Padahal tadi bagian penting mimpi kakak, gara-gara adek nih mimpi kakak ambyar."
"Re. katanya ada meeting." Nissa mulai mengingatkan.
"Oh iya." Spontan Reina lari kocar-kacer memasuki kamarnya.
.
.
.
"Loh ayah kok pakai baju santai. Bukannya kita hari ini ada meeting?" Tanya Reina. Ia langsung menarik kursi untuk mendaratkan tubuhnya. Segera ia mengambil makanan untuk ia santap.
"Cancel Re." Jawab Yusuf santai.
"Alhamdulillah." Ucap Reina lega.
"Ayah yang cancel diri ayah sendiri. karena Hendri yang menggantikan ayah." Yusuf langsung menyuap roti bakarnya.
Seenak jidatnya sendiri memang. Mentang-mentang perusahaan dipimpin dibawah kendali Yusuf sendiri. Sungguh tidak patut di contoh.
"Jadi Rere pergi sama mas Hendri yah?"
"Betul." Ucap Yusuf singkat sambil mengacungkan jempolnya.
Hendri yang baru saja datang, langsung menuju ruang makan dimana semua keluarga Yusuf sedang berkumpul.
Tidak ada yang menatapnya aneh ataupun heran karena memang begitulah kebiasaannya selama empat tahun terakhir. Tepatnya saat setelah ulang tahun Zen yang pertama kali.
Pada akhirnya, Yusuf memboyong Nissa dan Zen ke Jakarta. Bagaimana pun keinginan Yusuf untuk tetap di Malang. Pada akhirnya ia tetap harus memimpin DS Group secara langsung. Membiarkan adam sendiri yang mengelola perusahaan yang ada di Malang.
Sedangkan Reina, baru enam bulan lamanya ia datang ke Jakarta untuk berkecimpung langsung membantu ayahnya. Karena setelah Reina menyelesaikan S2 nya diluar negeri, Yusuf langsung meminta Reina untuk menyusul ke Jakarta.
"Selamat pagi om." Sapa Zen.
"Pagi Zen." Hendri tersenyum menatap bocah tampan yang duduk di samping Nissa. Anak lelaki yang tengah menikmati semangkuk bubur ketan hitam.
Hendri langsung duduk berjarak satu kursi dengan Reina. Ia melirik kearah Reina sejenak, kemudian melihat Zen lagi. bocah ganteng yang selalu menghipnotis mata. Benar-benar Yusuf junior plek ketiplek. Pasti nanti besarnya Zen akan menjadi bujang good looking. Dan menjadi incaran banyak perempuan. Ah jadi penasaran perempuan mana yang beruntung yang akan menjadi pendamping hidup Zen kelak.
"Makan mas Hen." Tawar Nissa.
Kini Yusuf sudah tidak mempermasalahkan jika istrinya memanggil Hendri dengan awalan kata 'mas'. Karena bagaimana pun istrinya pernah bertetangga dengan keluarga Hendri. Jauh sebelum ia mengenal perempuan yang membuatnya merasakan jatuh cinta lagi.
"Saya sudah makan bu." Sopan sekali Hendri berbicara dengan Nissa saat ada Yusuf seperti ini. Bosnya yang super bucin itu memang mengerikan kalau lagi salah paham dengan Nissa jika dekat dengan lelaki lain.
"Makan Buah atau gorengan Hen. Kasian kalau kamu anggurin itu makanan." Ucap Yusuf.
Ucapan Yusuf adalah perintah bagi Hendri. Akhirnya Hendri menikmati buah anggur yang ada di depannya. Sambil menunggu Reina selesai menyantap sarapannya.
"Om sebelum pergi sama kak Re, antar Zen sekolah dulu."
"Siap bos." Ucap Hendri sambil memberi hormat.
Diusia Hendri yang sudah lebih dari empat puluh tahun, entah kenapa ia masih betah menyendiri. Menyandang status duda dengan sangat santai. Padahal Yusuf yang baik hati sampai memberinya waktu untuk kencan buta agar sekretarisnya itu segera naik pelaminan.
Bersambung...
Update satu kali sehari dulu ya 🙏
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya sayang kesayangan 🥰 kasih like dan komennya 💋 tab favorit juga ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Eliyani Elieboy
mampir Thor
soalnya di judul yg 1nya udh siap
JD ne lanjut lg
2023-12-06
0
Nanna Mappe Mansyur
tadi kata sah.. teruss Alurnya ghmn ini.
bingun nic aqunya
2023-11-25
0
Kenzi Alkafi
bingung blm dpt alur crtya
2023-11-11
0