Karena malam ini malam minggu. Yusuf dan nissa sengaja mengajak Reina dan Zen pergi ke mall. Lebih tepatnya menuruti maunya Zen yang menagih Janji. Minggu lalu Zen sudah di beri janji Yusuf akan membawanya ke sebuah mall. Namun Yusuf tidak bisa menepati janji karena mendadak harus ke luar kota.
Sejak tadi Yusuf dan Nissa saling bergandeng mesra mengawal kedua anaknya. Karena Zen sejak tadi terus menggandeng tangan Reina.
"Kita kok jadi kaya bodyguard ya ayy." Ucap Nissa.
"Tahu begini kita suruh bodyguard saja buat mengawal mereka." Ucap Yusuf yang semakin mesra menggandeng Nissa. Istrinya yang cantik ini sejak tadi sudah dilirik laki-laki lain membuatnya ingin mencongkel mata orang yang terus menatap kearah mereka.
"Nggak usah tebar pesona ya ayy." Todong Nissa.
Nah kan siapa sebenarnya sejak tadi yang terus di pandang, kenapa sekarang Yusuf yang di tuduh.
"Siapa yang tebar pesona." Bela diri Yusuf. "Ayo cepat sayang jalannya, itu dua anak lebih baik cepat banget jalannya." Ucap Yusuf.
Setelah Zen puas bermain-main. Kini Yusuf dan Nissa mengikuti Reina yang ingin membeli sesuatu.
"Pantes nggak dek?" Tanya Reina pada Zen. Ia menempelkan baju atasan keluaran terbaru dari salah satu brand ternama.
Zen mengusap dagu dengan menggunakan jarinya. Ia sedang nampak menilai kakaknya. "Zen nggak suka."
"Kenapa? Ini bagus loh dek. Model terbaru."
"Bajunya terlalu pendek. Zen nggak suka."
"Inilah akibatnya kalau jomblo. Beli baju minta pendapat sama bocah tengil, sungguh tidak ada romantisnya sama sekali." Gumam Reina menatap Zen penuh selidik.
"Zen tahu kalau adik kakak Rere satu-satunya ini tuh gantengnya paripurna kak. Nggak usah repot-repot lihat Zen begitu. Zen nggak tertarik." Ucap Zen.
Reina mengacak-acak Rambut Zen. "Nemu dimana ya Allah adek model begini." Keluh Reina.
"Coba tanya sama ayah sama nda kak. Nemu Zen dimana."
"Mboh wes lah dek." Reina kembali memilih baju lagi.
Sungguh tidak bisa di percaya oleh Reina, bocah cilik usia 5 tahun jalan pikirannya sudah seperti orang dewasa.
Setelah selesai memilih beberapa pakaian yang sesuai dengan seleranya. Dan yang pasti lebih terttutup karena memang Zen terus saja mengikuti langkah Reina.
"Nda beli apa?" Tanya Reina setelah menghampiri Nissa yang tengah melihat-lihat.
"Nda nggak beli apa-apa. Itu ayah mu yang beli, entah apa." Ucap Nissa sambil menunjuk Yusuf yang tengah berada di kasir.
Tanpa permisi Reina langsung lari menghampiri Yusuf yang akan mengeluarkan kartu ajaib penyelesai masalah. Dan tentunya benda pipih harapan semua wanita dimuka bumi ini.
"Totalnya jadi..."
"Sekalian ini mbak." Reina langsung memotong ucapan mbak kasir. "I love you ayah." Ucap Reina yang langsung meninggalkan kecupan di pipi Yusuf tanpa rasa malu sedikit pun. Ia langsung lari meninggalkan Yusuf yang berdiri cengok menatap punggung Reina yang mendekati Nissa.
"Astagfirullah. Anak ku setelah aku gaji masih saja morotin ayahnya sendiri." Gumam Yusuf. "Sekalian mbak."
Meski belum jam 9 malam tepat. Tapi Yusuf sudah mengajak istri dan anak-anaknya untuk segera pulang.
"Itu bukanya mas Hendri Ayy." Ucap Nissa pada lelaki yang semakin melangkah dekat kearah mereka. Lebih tepatnya kearah escalator turun.
"Selamat malam pak, bu." Sapa Hendri sedikit membungkuk.
Mereka langsung sama-sama menaiki escalator turun. Dan langsung menuju basemen dimana mobil mereka berada.
"Kamu kesini kencan atau ngapain Hen?" Tanya Yusuf penasaran.
"Belanja pak." Jawab Hendiri sambil menunjukkan bag dengan merk ternama.
"Ck. Aku kira tadi kencan. Padahal kalau kamu kencan aku mau naikkan gaji kamu tiga kali lipat dalam satu tahun ke depan." Ucap Yusuf kesal.
Jelas saja Yusuf kesal, karena selama menjadi sekretarisnya, Hendri tidak pernah meminta izin atau cuti untuk sekedar berlibur dengan pujaan hati.
"Saya akan tagih janji bapak kalau sudah menemukan seseorang yang tepat." Ucap Hendri.
Matanya melirik sejenak gadis yang masih asik bercanda dengan adik dan ibu sambungnya.
"Secepatnya. Keburu beruban rambut mu nanti nggak ada yang mau." Peringatan Yusuf sungguh pedas.
"Baik pak. Kalau begitu saya permisi."
"Eh tunggu Hen."
"Ada apa pak?"
"Kamu sudah mau pulang kan?" Tanya Yusuf.
Hendri sudah paham denngan gelagat raut wajah Yusuf saat ini.
"Saya yang akan mengantar Reina dan Zen pulang pak." Ucap Hendri telak.
"Ck. Kamu ini sok tahu. Memangnya aku tadi mau mengatakan itu. Ya sudah sana, antar kedua anakku pulang dengan selamat."
"Baik pak."
"Ayo sayang." Ajak Yusuf pada Nissa. "Kalian berdua pulang sama duda karatan."
Mentang-mentang sudah punya pawang, sekarang seenggaknya saja Yusuf mengatai Hendri duda karatan.
Nissa langsung menghampiri Yusuf. "Kenapa mereka di antar mas Hendri ayy?" Tanya Nissa heran. Kemudian Yusuf membisikkan sesuatu membuat Nissa memberikan pukulan pada lengan Yusuf sangking gemasnya dengan modus sang suami.
Hendri langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Harus ekstra hati-hati karena kini ia membawa emas permata bosnya. Bisa-bisa ia di depak dari DS Group kalau sampai terjadi apa-apa.
Reina sejak tadi merasa heran dengan adiknya yang hanya diam saja. Tidak seperti biasanya yang banyak berbicara dan banyak bertanya.
"Kenapa diam dek?" Tanya Reina sambil mengusap pucuk kepala Zen. Ia duduk di kursi samping kemudi sesuai kemauan Zen yang ingin di pangkuannya.
"Om, memangnya duda karatan itu apa?" Tanya Zen dengan ekspresi polos dan rasa penasarannya.
Zen sudah tahu Arti duda itu apa. Dan karatan itu seperti apa. Tapi ucapan ayahnya yang menyebut Hendri dengan duda karatan membuat Zen berfikir keras.
Seketika mobil yang mereka tumpangi itu mengema suara tawa Reina dan Hendri secara bersamaan. Membuat Zen semakin bingung melihat kedua orang dewasa itu.
"Kok malah ketawa sih, Zen kan tanya. Kak Re juga kenapa ikut tertawa? Apa kak Re tahu Artinya duda karatan?" tanya ulang Zen yang semakin penasaran.
"Coba deh tanya sama kak Re Zen." Ucap Hendri. Membuat ia dan Reina saling tatapan sejenak.
"Kakak mana tahu. Yang duda disinikan om Hendri, bukan kakak. Sudah pasti om hendri yang tahu apa artinya duda karatan. Jadi Zen tanya sama Om bukan sama kakak." Tutur Reina.
"Om apa om?"
"Ehm... Gimana ya jelasinnya. Zen kan sudah tahu Arti duda." Zen mengangguk. "Nah Jadi duda karatan itu Artinya duda jomblo. Tidak punya pasangan. Seperti pasangan ayah dan nda nya Zen." Jelas Hendri sesederhana mungkin. Agar Zen paham dengan mudah.
"Berarti kak Re juga sama karatannya seperti om hendri dong?"
Seketika Hendri tertawa lagi mendengarkan ucapan Zen.
"Kok jadi kakak juga yang dibilang karatan?"
"Kan kata om tadi Duda karatana artinya duda jomblo. Nah kalau kak Re kan kata ayah gadis jomblo, Artinya kak Re gadis karatan."
"Zeeennn..." Pekik Reina sambil menguyel-uyel adiknya, sangking gemesnya dengan mulut adiknya yang selalu tepat mengucapkan sesuatu.
Sedangkan Hendri masih tergelak tawa sambil sesekali melirik ke dua orang yang ada disampingnya. Benarkah dua orang yang dilirik hendri. Entahlah.
"Om beli bakso om." Pinta Zen tiba-tiba.
Bersambung...
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya sayang kesayangan 🥰 kasih like dan komennya 💋 tab favorit juga ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ🍾⃝ᴄͩнᷞıͧᴄᷠнͣı📴
ya iya lah.... buat apa punya ayah jadi orang no 1 diperusahaan tapi apa² masih susah bayar sendiri 🤣🤣🤣🤣
2022-07-30
2
Markoneng
pengen punya anak modelan Zen 🤣.
2022-05-09
1
Lee
Lanjut kak othor..
2022-04-03
0