BAB 4. Kecamuk

"Paman Denny... apa paman tahu dimana Ayah berada?" ucap Shaka tiba-tiba saja melontarkan kalimat tanya yang membuat Denny tersedak.

"Mas hati-hati!" ucap Mariam refleks.

Pertanyaan Shaka itu membuat Denny dan Mariam saling berpandangan seolah tak menyangka. Tapi tunggu dulu! Mariam jadi terpikir akan satu hal. 'Bukankah sepucuk surat yang Santana kirimkan tempo hari adalah melalui Denny? itu berarti bukan tidak mungkin kalau sebenarnya Denny mengetahui tentang santana selama ini'. Untuk meyakinkan dirinya, Mariam menyuruh Shaka agar masuk ke dalam rumah, dan bocah itu menurut.

Setelah Shaka masuk, barulah Mariam berbicara empat mata dengan Denny. Meski Mariam merasa tidak enak tapi ia berusaha untuk memberanikan diri.

"Mas Denny! bolehkah saya bertanya tentang satu hal?" tanya Mariam.

"Katakan...!" jawab Denny seraya menganggukkan kepala.

"Surat yang mas Denny bawa tempo hari, benarkah itu dari mas Santana?" tanya Mariam dengan tatapan menyelidik.

Denny hanya diam tak bicara, bibirnya seketika kelu dan membuat dirinya sulit untuk bicara.

"Mas...!" ucap Mariam yang masih menunggu jawaban dari Denny.

"Mariam apa kau berpikir aku berbohong? tentu saja surat itu dari mas Santana." terang Denny yang langsung menyebut nama Mariam tanpa kata awalan 'mbak'.

"Bukan itu maksud Mariam mas, Mariam tidak berpikir mas Denny membohongi Mariam."

"Lalu mengapa kamu bertanya demikian pada ku?" ulang Denny bertanya.

"Jadi benar selama ini mas Denny tahu? atau mungkin bertemu dengan mas Santana?"

"Cukup Mariam! berhentilah mengingat laki-laki yang bahkan tidak perduli dengan penderitaanmu," bentak Denny.

Tiba-tiba amarah Denny membludak ketika Mariam terus menanyakan Santana. Bukan karena Denny cemburu semata, tapi Denny geram pada Santana yang sudah meninggalkan Mariam tanpa perasaan.

Mendengar bentakkan Denny, air mata Mariam tumpah membasahi pipinya. Mariam bingung 'mengapa Denny begitu marah?'. Sementara Denny terlihat bimbang dan bingung dengan apa yang sudah dirinya lakukan hingga membuat Mariam menangis.

"Ma... Mariam maafkan aku! aku tidak bermaksud melukai perasaan mu," gugup Denny.

"Tapi kamu sudah melakukannya mas, kamu mengingatkanku pada luka itu! luka yang ditorehkan oleh ayah dari putraku" batin Mariam.

"Masuklah Mariam! kau lelah bukan? istirahatlah dan jangan lupa makan." printah Denny.

Mariam menggangguk lalu masuk ke dalam rumah, menyusul Shaka. Sementara Denny langsung pergi dengan sepeda motornya.

Dalam perjalanan pulang, Denny terus merutuki kebodohannya. Mengapa dirinya begitu emosi mendengar nama Santana? meski ada satu hal yang secara tidak direncanakan terjadi begitu saja. Yakni dirinya yang sudah berani menyebut langsung nama Mariam. Denny hanya tidak ingin orang yang ia cintai terus terpaku pada orang yang menyia-nyiakannya dirinya dsn Shaka.

***

Di dalam rumahnya, Mariam lagi-lagi harus menyembunyikan air matanya dari Shaka. Tak mengapa bila sekali lagi dirinya harus berpura-pura tegar di hadapan Shaka. Semoga saja esok lusa ia menjadi tegar sungguhan.

"Ibu, Shaka lapar bu!" keluh bocah kecil itu.

"Kita makan ya sayang," ucap Mariam mengatur suaranya agar tak terdengar parau setelah tadi menangis.

Dengan makanan yang Denny belikan tadi, Mariam menyuapi Shaka terlebih dahulu, barulah disusul oleh dirinya setelah Shaka merasa kenyang. Untuk berpura-pura baik-baik saja tentu butuh tenaga bukan? jadi Mariam makan dengan lahap kala itu.

Tak lama Shaka yang nampak kelelahan dan kenyang pun mengantuk, lalu Mariam menggendongnya ke tempat tidur dan membiarkan Shaka beristirahat. Sebuah senyuman terukir di bibir Mariam. Menatap lekat wajah putranya yang mulai terlelap.

"Mengapa mas Denny memarahiku seperti anak kecil? lalu mengapa aku menurut saja pada titahnya?" gumam Mariam menyadari sedikit keanehan pada dirinya dan Denny.

Kalau Mariam pikir-pikir lagi, untuk apa seorang Denny yang bukan siapa-siapa begitu perduli dan perhatian pada dirinya dan Shaka? justru Santana yang seorang suami dan ayah dari anaknya malah menyia-nyiakan dirinya.

Kecamuk di kepalanya itu membuat Mariam pusing, hingga akhirnya ia pun tertidur di sisi Shaka.

Di ruangan berbeda....

Denny gelisah memikirkan Mariam, ada rasa yang semakin menyeruak di dalam dadanya. Seperti perasaan yang sempat hilang tersapu kenyataan, dan kini tumbuh lagi menjadi sesuatu yang lebih segar.

"Nak, kenapa melamun?" tegur seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Denny.

"Eh Ibu... tidak Bu, Denny hanya sedang lapar!" jawab Denny berbohong.

"Oh sedang lapar! apa dengan melamun seperti itu akan membuat perutmu kenyang?" ledek Ibu yang mengetahui putranya sedang berbohong.

"Ah ibu, tahu saja kalau Denny sedang berbohong" tutur Denny lalu berbaring meletakkan kepala di pangkuan sang ibunda.

"Bagaimana kabar Mariam dan putranya nak? apa mereka baik-baik saja?" tanya Ibu.

"Ha? oh Mariam, dia baik bu begitupun dengan putranya, Shaka."

"Kenapa tiba-tiba Ibu menanyakan Mariam? apa Ibu bisa membaca pikiranku? ah memangnya pikiranku sebuah karya tulis seperti novel para author, bisa di baca segala?" batin Denny penuh tanya.

Denny lelah memikirkan kecamuk batinnya sendiri, sampai tak terasa ia terlelap di pangkuan ibunya. Denny memang sangat manja pada ibunya, terlebih nasibnya hampir sama seperti Shaka. Saat ia berusia 7 tahun, Ayah Denny meninggal dunia dan hingga kini Ibu Denny tidak menikah lagi.

Senja tiba, menghias langit seluas hamparan kasih seorang ibu. Angin yang berbisik manja meniupkan berbagai kabar dari sang tuan pemilik berita. Shaka dan Mariam duduk dengan pandangan menengadah ke langit senja yang indah.

Sekilas Mariam terlintas kenangan indah bersama Santana. Saat di mana janji-janji manis terurai dari bibir Santana 'Mariam, ketahuilah kau lebih indah dari langit senja yang memerah bagai kelopak mawar, dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu' Mariam tersenyum mengingat ucapan manis itu. Meski kenyataan yang datang padanya sepahit empedu.

"Ibu, apakah kalau Shaka besar nanti harus seperti ayah? meninggalkan istri dan anaknya?" tutur Shaka melontarkan kalimat yang sama sekali tak biasa terpikirkan oleh anak seusianya.

Mariam yang masih menatap langit senja kala itu, tak dapat membendung air mata yang mendesak di sudut matanya. Apa yang harus Mariam katakan untuk menjawab pertanyaan putranya itu? di satu sisi Mariam tidak ingin Shaka memiliki pikiran buruk tentang ayahnya, di sisi lain Mariam tidak mungkin mengiyakan pertanyaan Shaka.

"Dengar sayang! kalau Shaka sudah besar nanti, ibu berharap Shaka akan tinggal dengan keluarga Shaka, dalam hangatnya kebersamaan," tutur Mariam seraya memegangi kedua tangan Shaka dan menatap matanya.

"Kenapa begitu bu? bukan kah ibu selalu berkata bahwa Ayah orang baik? berarti Shaka harus seperti ayah dong bu?" berondong Shaka.

Mariam sampai bingung harus berkata apa lagi pada bocah kecil yang mulai kritis itu.

"Begini saja, Shaka rindu tidak pada Ayah?"

"Iya bu, Shaka sangat rindu pada Ayah. tapi Ayah tidak rindu pada Shaka!" ucap Shaka dengan mata berkaca-kaca.

"Kalau begitu, kelak saat Shaka sudah dewasa dan punya anak, jangan pernah biarkan anak Shaka memendam rindu terlalu dalam... hem!" tutur Mariam sembari mengusap air mata Shaka yang mulai membias di pipi mungilnya.

"Baik bu!" jawabnya lalu memeluk Mariam.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Murni Aneka

Murni Aneka

anak seusia itu sudah ngmong seperti itu, tpi masih digendong ibu nya?

2022-09-25

3

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

kira2 kak otor ni sambil nulis netes gak air mata ...😢😢😢😢

2022-06-03

1

Yuni Aqilla

Yuni Aqilla

bawangnya jangan banyak banyak dong teh

2022-06-01

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Ibu, Shaka Ingin Bertemu Ayah.
2 BAB 2. Sepucuk Surat Untuk Mariam
3 BAB 3. Naik Sepeda Motor Paman Denny
4 BAB 4. Kecamuk
5 BAB 5. Tegar
6 BAB 6. Klinik
7 BAB 7. Rindu
8 BAB 8. Mengutarakan perasaan
9 BAB 9. Suara Hati
10 BAB 10. Menikahlah dengan paman Denny, Bu.
11 BAB 11. Fitnah
12 BAB 12. Kembalinya Santana
13 BAB 13. Terusir
14 BAB 14. Awal perubahan
15 BAB 15. Bolehkah Malam Ini Aku Merasa Bahagia?
16 BAB 16. Ke Rumah Santana
17 BAB 17. Iya, Aku Terima.
18 BAB 18. Terbukanya Tabir Misteri
19 BAB 19. Tangis Dalam Senyuman
20 BAB 20. Akad
21 BAB 21. Kue Bolu untuk Ayah
22 BAB 22. Tempat Menakjubkan
23 BAB 23. Senjata Makan Tuan
24 BAB 24. Gejolak Karma
25 BAB 25. Pergi bermain bersama Ayah.
26 BAB 26. Jambak-jambakan
27 BAB 27. Dendam dan Trauma
28 BAB 28. Pergi Untuk Sebuah Misi
29 BAB 29. Suasana Menegangkan
30 BAB 30. Shaka menghilang
31 BAB 31. Kerja Sama
32 BAB 32. Arifin Menepati Janjinya
33 BAB 33. Amarah
34 BAB 34. Hujaman Belati
35 BAB 35. Geram
36 BAB 36. Sebuah Alasan
37 BAB 37. Jangan Tinggalkan Aku
38 BAB 38. Dicky Lapar, Bu.
39 BAB 39. Perikemanusiaan
40 BAB 40. Suasana Pagi yang Damai
41 BAB 41. Tak Dapat Tidur
42 BAB 42. Bilik Sepi
43 BAB 43. Ke Rumah Paman Umar
44 BAB 44. Menambah Jumlah Pesanan
45 BAB 45. Tangan Dicky Terluka, Shaka menangis.
46 BAB 46. Santana Menemui Denny
47 BAB 47. Mengantarkan Dicky
48 BAB 48. Tetaplah Denganku
49 BAB 49. Kenyataan Lain
50 BAB 50. Sampai Sunset Meyapa
51 BAB 51. Denny Meradang
52 BAB 52. Bukan Salahku
53 BAB 53. Apa Benar Secepat Ini?
54 BAB 54. Mengajak Shaka Menemui Davina
55 BAB 55. Napas Perih Denny
56 BAB 56. Air Mata Kecemasan
57 BAB 57. Patah dan Tumbuh
58 BAB 58. Tak Seperti Biasanya
59 BAB 59. Selimut Malam yang Penuh Kehangatan
60 BAB 60. Kasmaran
61 BAB 61. Move on
62 BAB 62. Bukan Rayuan
63 BAB 63. Sebuah Anugerah
64 BAB 64 Awal Bahagia dan Sebuah Kisah Duka
65 BAB 65 Surat Undangan dan Bincang-bincang
66 BAB 66. Mimpi yang Membawa Ayah Davina Pulang
67 BAB 67. Sampai kata 'SAH'.
68 BAB 68 Semuanya Akan Baik-Baik Saja
69 BAB 69 Gelora Cinta yang Menggebu
70 BAB 70 Secangkir Teh dan Hangatnya Canda Tawa
71 BAB 71 Dusta dan Perasaan Jengah
72 BAB 72 Kejar Ibu, Ayah
73 BAB 73 Aku Menerima Dengan Lapang Dada dan Bahagia
74 BAB 74 Pertengkaran Kembali Terjadi
75 BAB 75 Mengajak Shaka Pergi
76 BAB 76 Terima kasih, Sayangku
77 BAB 77 Jangan Buat Aku Berjanji
78 BAB 78 Sebuah Kejutan
79 BAB 79 Maafkan Shaka, Ayah
80 BAB 80 Kala Cinta Menggoda
81 BAB 81 Shaka Merindukan Dicky
82 BAB 82 Sepenggal Masa Lalu
83 BAB 83 Aku Lebih Mencintaimu
84 BAB 84 Perjuangan Seorang Ibu
85 BAB 85 Tokoh Idola
86 BAB 86 Membeli Cilok
87 BAB 87 Menjemput Dicky
88 BAB 88 Melepas Rindu
89 BAB 89 Keakraban
90 BAB 90 Jatuh Cinta Lagi
91 BAB 91 Wanita Hebat
92 BAB 92 HARTA
93 BAB 93 Bayang-Bayang Kesedihan
94 BAB 94 Siapa Aku Bagimu?
95 BAB 95 Shaka Ingin Jadi Seperti Ayah
96 BAB 96 Jagalah Kelembutan Yang Ada Pada Wanitamu
97 BAB 97 Aku Ingin Memberikan Hatiku Sekali Lagi
98 Bab 98 Kabar Baik dan Kabar Buruk
99 Bab 99 Pelukan Terakhir
100 BAB 100 Bersyukur (Tamat)
101 EPILOG, UCAPAN TERIMA KASIH, & PENGUMUMAN KARYA BARU
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1. Ibu, Shaka Ingin Bertemu Ayah.
2
BAB 2. Sepucuk Surat Untuk Mariam
3
BAB 3. Naik Sepeda Motor Paman Denny
4
BAB 4. Kecamuk
5
BAB 5. Tegar
6
BAB 6. Klinik
7
BAB 7. Rindu
8
BAB 8. Mengutarakan perasaan
9
BAB 9. Suara Hati
10
BAB 10. Menikahlah dengan paman Denny, Bu.
11
BAB 11. Fitnah
12
BAB 12. Kembalinya Santana
13
BAB 13. Terusir
14
BAB 14. Awal perubahan
15
BAB 15. Bolehkah Malam Ini Aku Merasa Bahagia?
16
BAB 16. Ke Rumah Santana
17
BAB 17. Iya, Aku Terima.
18
BAB 18. Terbukanya Tabir Misteri
19
BAB 19. Tangis Dalam Senyuman
20
BAB 20. Akad
21
BAB 21. Kue Bolu untuk Ayah
22
BAB 22. Tempat Menakjubkan
23
BAB 23. Senjata Makan Tuan
24
BAB 24. Gejolak Karma
25
BAB 25. Pergi bermain bersama Ayah.
26
BAB 26. Jambak-jambakan
27
BAB 27. Dendam dan Trauma
28
BAB 28. Pergi Untuk Sebuah Misi
29
BAB 29. Suasana Menegangkan
30
BAB 30. Shaka menghilang
31
BAB 31. Kerja Sama
32
BAB 32. Arifin Menepati Janjinya
33
BAB 33. Amarah
34
BAB 34. Hujaman Belati
35
BAB 35. Geram
36
BAB 36. Sebuah Alasan
37
BAB 37. Jangan Tinggalkan Aku
38
BAB 38. Dicky Lapar, Bu.
39
BAB 39. Perikemanusiaan
40
BAB 40. Suasana Pagi yang Damai
41
BAB 41. Tak Dapat Tidur
42
BAB 42. Bilik Sepi
43
BAB 43. Ke Rumah Paman Umar
44
BAB 44. Menambah Jumlah Pesanan
45
BAB 45. Tangan Dicky Terluka, Shaka menangis.
46
BAB 46. Santana Menemui Denny
47
BAB 47. Mengantarkan Dicky
48
BAB 48. Tetaplah Denganku
49
BAB 49. Kenyataan Lain
50
BAB 50. Sampai Sunset Meyapa
51
BAB 51. Denny Meradang
52
BAB 52. Bukan Salahku
53
BAB 53. Apa Benar Secepat Ini?
54
BAB 54. Mengajak Shaka Menemui Davina
55
BAB 55. Napas Perih Denny
56
BAB 56. Air Mata Kecemasan
57
BAB 57. Patah dan Tumbuh
58
BAB 58. Tak Seperti Biasanya
59
BAB 59. Selimut Malam yang Penuh Kehangatan
60
BAB 60. Kasmaran
61
BAB 61. Move on
62
BAB 62. Bukan Rayuan
63
BAB 63. Sebuah Anugerah
64
BAB 64 Awal Bahagia dan Sebuah Kisah Duka
65
BAB 65 Surat Undangan dan Bincang-bincang
66
BAB 66. Mimpi yang Membawa Ayah Davina Pulang
67
BAB 67. Sampai kata 'SAH'.
68
BAB 68 Semuanya Akan Baik-Baik Saja
69
BAB 69 Gelora Cinta yang Menggebu
70
BAB 70 Secangkir Teh dan Hangatnya Canda Tawa
71
BAB 71 Dusta dan Perasaan Jengah
72
BAB 72 Kejar Ibu, Ayah
73
BAB 73 Aku Menerima Dengan Lapang Dada dan Bahagia
74
BAB 74 Pertengkaran Kembali Terjadi
75
BAB 75 Mengajak Shaka Pergi
76
BAB 76 Terima kasih, Sayangku
77
BAB 77 Jangan Buat Aku Berjanji
78
BAB 78 Sebuah Kejutan
79
BAB 79 Maafkan Shaka, Ayah
80
BAB 80 Kala Cinta Menggoda
81
BAB 81 Shaka Merindukan Dicky
82
BAB 82 Sepenggal Masa Lalu
83
BAB 83 Aku Lebih Mencintaimu
84
BAB 84 Perjuangan Seorang Ibu
85
BAB 85 Tokoh Idola
86
BAB 86 Membeli Cilok
87
BAB 87 Menjemput Dicky
88
BAB 88 Melepas Rindu
89
BAB 89 Keakraban
90
BAB 90 Jatuh Cinta Lagi
91
BAB 91 Wanita Hebat
92
BAB 92 HARTA
93
BAB 93 Bayang-Bayang Kesedihan
94
BAB 94 Siapa Aku Bagimu?
95
BAB 95 Shaka Ingin Jadi Seperti Ayah
96
BAB 96 Jagalah Kelembutan Yang Ada Pada Wanitamu
97
BAB 97 Aku Ingin Memberikan Hatiku Sekali Lagi
98
Bab 98 Kabar Baik dan Kabar Buruk
99
Bab 99 Pelukan Terakhir
100
BAB 100 Bersyukur (Tamat)
101
EPILOG, UCAPAN TERIMA KASIH, & PENGUMUMAN KARYA BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!