BAB 2. Sepucuk Surat Untuk Mariam

Di penghujung malam, ketika orang lain masih terlelap dalam tidurnya. Mariam menggelar sajadah seraya merundukkan sujud. Memohon pada sang pemilik jagat raya ini, untuk memberikan jalan terbaik bagi setiap masalah hidup yang ia hadapi.

Mariam masih setia pada penantiannya. Entah esok atau lusa, Mariam masih berharap akan bisa melihat wajah suaminya tersenyum lagi padanya dan Shaka. Meski banyak yang memberi saran agar Mariam melupakan saja suaminya yang telah lama tak pernah kembali itu.

Gelaran sajadah itu pun basah terkena jatuhan air mata Mariam. Menjadi saksi di setiap doa dan keluh kesahnya. Tiada malam yang Mariam lewatkan tanpa untaian doa-doa yang selalu melangit. Karena di situlah ketenangan hati dan keteguhan jiwa ia dapatkan.

Mariam kemudian melipat lagi sajadahnya dan menaruhnya di tempat yang disediakan. Lalu Mariam beranjak dan melangkahkan kakinya menghampiri pangeran kecilnya yang masih terlelap tidur. Sambil menatap lekat wajah polos putranya itu, Mariam menyunggingkan senyuman.

"Yakinlah, Nak. Tuhan akan menguatkan bahu kita untuk menopang beban yang kita pikul ini!" ucapnya lirih.

***

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu terdengar nyaring di telinga Mariam. Mariam mengintip dari celah jendela untuk melihat siapa yang datang. Tapi karena hari masih gelap dan cahaya lampu tak begitu terang, Mariam tak bisa melahat wajah orang itu dengan jelas.

"Assalamu'alaikum, mbak Mariam! ini Denny mbak."

"Wa'alaikumsalam, oh mas Denny! saya kira siapa?" sahut Mariam sembari membukakan pintu.

Denny adalah sahabat Santana, suami Mariam. Denny cukup sering mengunjungi Shaka dan Mariam. Walau hanya sekedar menanyakan keadaan atau membawakan jajan untuk Shaka.

"Ada apa mas Denny? tumben pagi sekali? Shaka nya belum bangun!" berondong Mariam.

"Maaf mbak Mariam, saya hanya ingin menyampaikan ini pada Mbak. Saya juga titip ini untuk Shaka." ujar Denny memberikan sepucuk surat pada Mariam dan menitipkan beberapa mainan yang ia beli untuk Shaka.

Setelah menyampaikan kepentingannya, Denny langsung bergegas pergi dari rumah Mariam. Tinggal Mariam yang merasa penasaran dengan isi surat itu. Mariam menaruh mainan pemberian Denny untuk Shaka, di sisi tempat tidur putranya. Mariam lalu membuka perlahan lipatan kertas itu.

" Teruntuk Mariam.

Saat kamu membaca surat ini mungkin aku sudah pergi, lebih jauh dari sebeumnya. Maafkan aku tidak pernah memberimu kabar atau mengirimkan uang untuk Shaka. Aku merasa sudah tidak mungkin lagi untuk kita meneruskan bahtera rumah tangga ini.

Aku sudah mendapatkan hidup baru di sini. Aku harap kau mengerti. Aku minta maaf atas penderitaan yang kau dan Shaka alami karenaku. Tapi, aku juga tidak bisa berbuat banyak.

Semuanya sudah aku lakukan untuk mendapatkan semua yang aku harapkan, hingga aku merasa lelah dan menyerah. Mariam istriku, aku tahu kau wanita yang baik dan kau pantas mendapatkan kebahagiaan meskipun bukan bersamaku. Aku titip putraku Shaka agar kamu merawatnya dengan baik. Tolong sampaikan padanya, untuk tidak pernah mencariku.

Mariam binti Surnaen, terhitung hari ini saat kau membaca surat ini, berikut jam dan tanggalnya. Aku Santana bin Jaja menjatuhkan talak 3 kepadamu. Mulai sekarang kau bukan lagi istriku, begitupun aku tidak lagi menjadi suamimu.

Maafkan aku

Santana."

Byaaarrrr!

Seketika seluruh tubuh Mariam terkulai lemas bagai tak bertulang. Bibirnya bergetar seiring derasnya deraian air mata yang tak bisa ia hentikan. Mariam tak berdaya merasakan sakit yang begitu dahsyat menusuk sanubari dan mengoyak labirin hatinya.

Tubuhnya terjatuh lunglai, rasanya Mariam tak bisa percaya akan kenyataan yang baru saja ia terima. Mariam menangis tersedu-sedu hingga membuat Shaka terbangun dari tidur panjangnya. Bocah kecil itu berjalan menghampiri ibunya yang bagai raga tak bernyawa.

"Bu, bangun Bu! Ibu kenapa Bu? Shaka disini Bu...bangun Bu," ucap Shaka sembari mengguncangkan tubuh ibunya.

"Shaka...."

Hanya itu yang keluar dari mulut Mariam dengan tangan lemas yang merangkul bocah laki-laki itu.

Shaka yang melihat keadaan ibunya seperti itu turut menangis dan ketakutan. Nampak kekhawatiran dan juga kebingungan diwajah Shaka. Melihat putranya ikut menangis, Mariam mengumpulkan sisa tenaganya kemudian bangkit dan membawa Shaka ke dalam pangkuannya.

"Sudah sayang jangan menangis lagi!" ucap Mariam seraya menyeka air mata dari wajah Shaka.

Mariam menggendong Shaka dengan langkah gontai menuju tempat tidurnya. Lalu ia menghibur Shaka dengan memberikan mainan yang dibelikan Denny. Dihadapan Shaka, Mariam berusaha dengan keras menyembunyikan pangkal kesedihan yang baru saja terlihat oleh Shaka.

"Lihat! Ibu punya apa untuk Shaka?" tutur Mariam. Menunjukkan sebuah bola dan beberapa mobil-mobilan plastik yang diberikan oleh Denny.

"Apa paman Denny kesini tadi, Bu?" terka Shaka.

"Iya sayang... kok Shaka tahu ada paman Denny kesini?" tanya Mariam seraya membereskan kantong plastik yang menjadi tempat mainan Shaka.

"Tahu dong bu! siapa lagi yang belikan Shaka mainan kalau bukan paman Denny."

"Sayang, Shaka bicara apa sih? " pungkas Mariam.

"Memang benar kan, Bu? Ayah tidak pernah membelikan Shaka mainan. Semua mainan Shaka adalah pemberian paman Denny."

"Shaka cukup!" bentak Mariam tanpa ia sadari.

Shaka tersentak dengan sikap ibunya. Padahal selama hidupnya Shaka tak pernah mendapat bentakkan atau kata-kata kasar dari Mariam. Mata bocah laki-laki itu kembali berkaca-kaca tapi kemudian Mariam berjongkok memeluknya sembari meminta maaf pada putranya itu.

"Ibu minta maaf ya sayang!" ujarnya.

"Mulai sekarang kita harus mulai membiasakan diri untuk tidak berharap bahwa ayahmu akan pulang."

Sembari memeluk dan membelai kepala Shaka dengan lembut, Mariam terus bergumam membisikan kata-kata pada dirinya sendiri untuk mulai membuang harapan dan menyudahi penantiannya.

***

Dari tempat berbeda, seorang pria tampak gelisah memikirkan sesuatu. Seperti tidak dapat duduk dengan tenang ia selalu mondar mandir kesana kemari.

Denny menghampiri pria itu dan mengatakan bahwa pesannya telah ia sampikan ke tangan Mariam. Menurut perkiraan Denny sepertinya Mariam sudah membaca surat itu.

"Apa Mas Santana yakin dengan keputusan ini? tolong dipikirkan lagi mas! aku tidak tega melihat Shaka dan mbak Mariam terus terluka."

"Sudahlah Den, aku harus pergi lagi. Aku titipkan Shaka padamu. Tapi jangan pernah biarkan dia mencariku. Satu lagi, Mariam sudah ku lepaskan."

Seorang pria yang ternyata adalah Santana pun lalu pergi entah kemana, setelah apa yang menjadi tujuannya tercapai. Denny hanya termangu dan terdiam, dalam benak Denny terbayang betapa Mariam kini sedang sangat terluka. Bagaimana tidak? penantian panjang dan juga harapannya harus berakhir menyedihkan.

Andai dulu dirinya saja yang menikah dengan Mariam, mungkin Mariam tidak perlu merasakan sakitnya ditinggalkan dengan status yang menggantung lalu di hadapkan pada kenyataan bahwa Mariam telah ditalak dan itu pun hanya melalui sebuah surat dengan tulisan tangan Santana.

Tiba-tiba ada yang berdesir ngilu di hati Denny, sayangnya Denny tidak bisa berbuat banyak. Semoga suatu saat keajaiban datang dan mempersatukan dirinya dengan Mariam. Karena ternyata itulah alasan mengapa hingga kini Denny masih sendiri.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Srimurni Murni

Srimurni Murni

aku sampai menangis thor, semoga ada kebahagiaan untuk Saka sama Mariam mereka berdua harus sehat dan kuat

2022-08-19

3

Sri Winarsih

Sri Winarsih

sedih kali thor,,aku sampai nangis bacanya,,

2022-06-04

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

nyesek nya ....

2022-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Ibu, Shaka Ingin Bertemu Ayah.
2 BAB 2. Sepucuk Surat Untuk Mariam
3 BAB 3. Naik Sepeda Motor Paman Denny
4 BAB 4. Kecamuk
5 BAB 5. Tegar
6 BAB 6. Klinik
7 BAB 7. Rindu
8 BAB 8. Mengutarakan perasaan
9 BAB 9. Suara Hati
10 BAB 10. Menikahlah dengan paman Denny, Bu.
11 BAB 11. Fitnah
12 BAB 12. Kembalinya Santana
13 BAB 13. Terusir
14 BAB 14. Awal perubahan
15 BAB 15. Bolehkah Malam Ini Aku Merasa Bahagia?
16 BAB 16. Ke Rumah Santana
17 BAB 17. Iya, Aku Terima.
18 BAB 18. Terbukanya Tabir Misteri
19 BAB 19. Tangis Dalam Senyuman
20 BAB 20. Akad
21 BAB 21. Kue Bolu untuk Ayah
22 BAB 22. Tempat Menakjubkan
23 BAB 23. Senjata Makan Tuan
24 BAB 24. Gejolak Karma
25 BAB 25. Pergi bermain bersama Ayah.
26 BAB 26. Jambak-jambakan
27 BAB 27. Dendam dan Trauma
28 BAB 28. Pergi Untuk Sebuah Misi
29 BAB 29. Suasana Menegangkan
30 BAB 30. Shaka menghilang
31 BAB 31. Kerja Sama
32 BAB 32. Arifin Menepati Janjinya
33 BAB 33. Amarah
34 BAB 34. Hujaman Belati
35 BAB 35. Geram
36 BAB 36. Sebuah Alasan
37 BAB 37. Jangan Tinggalkan Aku
38 BAB 38. Dicky Lapar, Bu.
39 BAB 39. Perikemanusiaan
40 BAB 40. Suasana Pagi yang Damai
41 BAB 41. Tak Dapat Tidur
42 BAB 42. Bilik Sepi
43 BAB 43. Ke Rumah Paman Umar
44 BAB 44. Menambah Jumlah Pesanan
45 BAB 45. Tangan Dicky Terluka, Shaka menangis.
46 BAB 46. Santana Menemui Denny
47 BAB 47. Mengantarkan Dicky
48 BAB 48. Tetaplah Denganku
49 BAB 49. Kenyataan Lain
50 BAB 50. Sampai Sunset Meyapa
51 BAB 51. Denny Meradang
52 BAB 52. Bukan Salahku
53 BAB 53. Apa Benar Secepat Ini?
54 BAB 54. Mengajak Shaka Menemui Davina
55 BAB 55. Napas Perih Denny
56 BAB 56. Air Mata Kecemasan
57 BAB 57. Patah dan Tumbuh
58 BAB 58. Tak Seperti Biasanya
59 BAB 59. Selimut Malam yang Penuh Kehangatan
60 BAB 60. Kasmaran
61 BAB 61. Move on
62 BAB 62. Bukan Rayuan
63 BAB 63. Sebuah Anugerah
64 BAB 64 Awal Bahagia dan Sebuah Kisah Duka
65 BAB 65 Surat Undangan dan Bincang-bincang
66 BAB 66. Mimpi yang Membawa Ayah Davina Pulang
67 BAB 67. Sampai kata 'SAH'.
68 BAB 68 Semuanya Akan Baik-Baik Saja
69 BAB 69 Gelora Cinta yang Menggebu
70 BAB 70 Secangkir Teh dan Hangatnya Canda Tawa
71 BAB 71 Dusta dan Perasaan Jengah
72 BAB 72 Kejar Ibu, Ayah
73 BAB 73 Aku Menerima Dengan Lapang Dada dan Bahagia
74 BAB 74 Pertengkaran Kembali Terjadi
75 BAB 75 Mengajak Shaka Pergi
76 BAB 76 Terima kasih, Sayangku
77 BAB 77 Jangan Buat Aku Berjanji
78 BAB 78 Sebuah Kejutan
79 BAB 79 Maafkan Shaka, Ayah
80 BAB 80 Kala Cinta Menggoda
81 BAB 81 Shaka Merindukan Dicky
82 BAB 82 Sepenggal Masa Lalu
83 BAB 83 Aku Lebih Mencintaimu
84 BAB 84 Perjuangan Seorang Ibu
85 BAB 85 Tokoh Idola
86 BAB 86 Membeli Cilok
87 BAB 87 Menjemput Dicky
88 BAB 88 Melepas Rindu
89 BAB 89 Keakraban
90 BAB 90 Jatuh Cinta Lagi
91 BAB 91 Wanita Hebat
92 BAB 92 HARTA
93 BAB 93 Bayang-Bayang Kesedihan
94 BAB 94 Siapa Aku Bagimu?
95 BAB 95 Shaka Ingin Jadi Seperti Ayah
96 BAB 96 Jagalah Kelembutan Yang Ada Pada Wanitamu
97 BAB 97 Aku Ingin Memberikan Hatiku Sekali Lagi
98 Bab 98 Kabar Baik dan Kabar Buruk
99 Bab 99 Pelukan Terakhir
100 BAB 100 Bersyukur (Tamat)
101 EPILOG, UCAPAN TERIMA KASIH, & PENGUMUMAN KARYA BARU
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1. Ibu, Shaka Ingin Bertemu Ayah.
2
BAB 2. Sepucuk Surat Untuk Mariam
3
BAB 3. Naik Sepeda Motor Paman Denny
4
BAB 4. Kecamuk
5
BAB 5. Tegar
6
BAB 6. Klinik
7
BAB 7. Rindu
8
BAB 8. Mengutarakan perasaan
9
BAB 9. Suara Hati
10
BAB 10. Menikahlah dengan paman Denny, Bu.
11
BAB 11. Fitnah
12
BAB 12. Kembalinya Santana
13
BAB 13. Terusir
14
BAB 14. Awal perubahan
15
BAB 15. Bolehkah Malam Ini Aku Merasa Bahagia?
16
BAB 16. Ke Rumah Santana
17
BAB 17. Iya, Aku Terima.
18
BAB 18. Terbukanya Tabir Misteri
19
BAB 19. Tangis Dalam Senyuman
20
BAB 20. Akad
21
BAB 21. Kue Bolu untuk Ayah
22
BAB 22. Tempat Menakjubkan
23
BAB 23. Senjata Makan Tuan
24
BAB 24. Gejolak Karma
25
BAB 25. Pergi bermain bersama Ayah.
26
BAB 26. Jambak-jambakan
27
BAB 27. Dendam dan Trauma
28
BAB 28. Pergi Untuk Sebuah Misi
29
BAB 29. Suasana Menegangkan
30
BAB 30. Shaka menghilang
31
BAB 31. Kerja Sama
32
BAB 32. Arifin Menepati Janjinya
33
BAB 33. Amarah
34
BAB 34. Hujaman Belati
35
BAB 35. Geram
36
BAB 36. Sebuah Alasan
37
BAB 37. Jangan Tinggalkan Aku
38
BAB 38. Dicky Lapar, Bu.
39
BAB 39. Perikemanusiaan
40
BAB 40. Suasana Pagi yang Damai
41
BAB 41. Tak Dapat Tidur
42
BAB 42. Bilik Sepi
43
BAB 43. Ke Rumah Paman Umar
44
BAB 44. Menambah Jumlah Pesanan
45
BAB 45. Tangan Dicky Terluka, Shaka menangis.
46
BAB 46. Santana Menemui Denny
47
BAB 47. Mengantarkan Dicky
48
BAB 48. Tetaplah Denganku
49
BAB 49. Kenyataan Lain
50
BAB 50. Sampai Sunset Meyapa
51
BAB 51. Denny Meradang
52
BAB 52. Bukan Salahku
53
BAB 53. Apa Benar Secepat Ini?
54
BAB 54. Mengajak Shaka Menemui Davina
55
BAB 55. Napas Perih Denny
56
BAB 56. Air Mata Kecemasan
57
BAB 57. Patah dan Tumbuh
58
BAB 58. Tak Seperti Biasanya
59
BAB 59. Selimut Malam yang Penuh Kehangatan
60
BAB 60. Kasmaran
61
BAB 61. Move on
62
BAB 62. Bukan Rayuan
63
BAB 63. Sebuah Anugerah
64
BAB 64 Awal Bahagia dan Sebuah Kisah Duka
65
BAB 65 Surat Undangan dan Bincang-bincang
66
BAB 66. Mimpi yang Membawa Ayah Davina Pulang
67
BAB 67. Sampai kata 'SAH'.
68
BAB 68 Semuanya Akan Baik-Baik Saja
69
BAB 69 Gelora Cinta yang Menggebu
70
BAB 70 Secangkir Teh dan Hangatnya Canda Tawa
71
BAB 71 Dusta dan Perasaan Jengah
72
BAB 72 Kejar Ibu, Ayah
73
BAB 73 Aku Menerima Dengan Lapang Dada dan Bahagia
74
BAB 74 Pertengkaran Kembali Terjadi
75
BAB 75 Mengajak Shaka Pergi
76
BAB 76 Terima kasih, Sayangku
77
BAB 77 Jangan Buat Aku Berjanji
78
BAB 78 Sebuah Kejutan
79
BAB 79 Maafkan Shaka, Ayah
80
BAB 80 Kala Cinta Menggoda
81
BAB 81 Shaka Merindukan Dicky
82
BAB 82 Sepenggal Masa Lalu
83
BAB 83 Aku Lebih Mencintaimu
84
BAB 84 Perjuangan Seorang Ibu
85
BAB 85 Tokoh Idola
86
BAB 86 Membeli Cilok
87
BAB 87 Menjemput Dicky
88
BAB 88 Melepas Rindu
89
BAB 89 Keakraban
90
BAB 90 Jatuh Cinta Lagi
91
BAB 91 Wanita Hebat
92
BAB 92 HARTA
93
BAB 93 Bayang-Bayang Kesedihan
94
BAB 94 Siapa Aku Bagimu?
95
BAB 95 Shaka Ingin Jadi Seperti Ayah
96
BAB 96 Jagalah Kelembutan Yang Ada Pada Wanitamu
97
BAB 97 Aku Ingin Memberikan Hatiku Sekali Lagi
98
Bab 98 Kabar Baik dan Kabar Buruk
99
Bab 99 Pelukan Terakhir
100
BAB 100 Bersyukur (Tamat)
101
EPILOG, UCAPAN TERIMA KASIH, & PENGUMUMAN KARYA BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!