Di penghujung malam, ketika orang lain masih terlelap dalam tidurnya. Mariam menggelar sajadah seraya merundukkan sujud. Memohon pada sang pemilik jagat raya ini, untuk memberikan jalan terbaik bagi setiap masalah hidup yang ia hadapi.
Mariam masih setia pada penantiannya. Entah esok atau lusa, Mariam masih berharap akan bisa melihat wajah suaminya tersenyum lagi padanya dan Shaka. Meski banyak yang memberi saran agar Mariam melupakan saja suaminya yang telah lama tak pernah kembali itu.
Gelaran sajadah itu pun basah terkena jatuhan air mata Mariam. Menjadi saksi di setiap doa dan keluh kesahnya. Tiada malam yang Mariam lewatkan tanpa untaian doa-doa yang selalu melangit. Karena di situlah ketenangan hati dan keteguhan jiwa ia dapatkan.
Mariam kemudian melipat lagi sajadahnya dan menaruhnya di tempat yang disediakan. Lalu Mariam beranjak dan melangkahkan kakinya menghampiri pangeran kecilnya yang masih terlelap tidur. Sambil menatap lekat wajah polos putranya itu, Mariam menyunggingkan senyuman.
"Yakinlah, Nak. Tuhan akan menguatkan bahu kita untuk menopang beban yang kita pikul ini!" ucapnya lirih.
***
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu terdengar nyaring di telinga Mariam. Mariam mengintip dari celah jendela untuk melihat siapa yang datang. Tapi karena hari masih gelap dan cahaya lampu tak begitu terang, Mariam tak bisa melahat wajah orang itu dengan jelas.
"Assalamu'alaikum, mbak Mariam! ini Denny mbak."
"Wa'alaikumsalam, oh mas Denny! saya kira siapa?" sahut Mariam sembari membukakan pintu.
Denny adalah sahabat Santana, suami Mariam. Denny cukup sering mengunjungi Shaka dan Mariam. Walau hanya sekedar menanyakan keadaan atau membawakan jajan untuk Shaka.
"Ada apa mas Denny? tumben pagi sekali? Shaka nya belum bangun!" berondong Mariam.
"Maaf mbak Mariam, saya hanya ingin menyampaikan ini pada Mbak. Saya juga titip ini untuk Shaka." ujar Denny memberikan sepucuk surat pada Mariam dan menitipkan beberapa mainan yang ia beli untuk Shaka.
Setelah menyampaikan kepentingannya, Denny langsung bergegas pergi dari rumah Mariam. Tinggal Mariam yang merasa penasaran dengan isi surat itu. Mariam menaruh mainan pemberian Denny untuk Shaka, di sisi tempat tidur putranya. Mariam lalu membuka perlahan lipatan kertas itu.
" Teruntuk Mariam.
Saat kamu membaca surat ini mungkin aku sudah pergi, lebih jauh dari sebeumnya. Maafkan aku tidak pernah memberimu kabar atau mengirimkan uang untuk Shaka. Aku merasa sudah tidak mungkin lagi untuk kita meneruskan bahtera rumah tangga ini.
Aku sudah mendapatkan hidup baru di sini. Aku harap kau mengerti. Aku minta maaf atas penderitaan yang kau dan Shaka alami karenaku. Tapi, aku juga tidak bisa berbuat banyak.
Semuanya sudah aku lakukan untuk mendapatkan semua yang aku harapkan, hingga aku merasa lelah dan menyerah. Mariam istriku, aku tahu kau wanita yang baik dan kau pantas mendapatkan kebahagiaan meskipun bukan bersamaku. Aku titip putraku Shaka agar kamu merawatnya dengan baik. Tolong sampaikan padanya, untuk tidak pernah mencariku.
Mariam binti Surnaen, terhitung hari ini saat kau membaca surat ini, berikut jam dan tanggalnya. Aku Santana bin Jaja menjatuhkan talak 3 kepadamu. Mulai sekarang kau bukan lagi istriku, begitupun aku tidak lagi menjadi suamimu.
Maafkan aku
Santana."
Byaaarrrr!
Seketika seluruh tubuh Mariam terkulai lemas bagai tak bertulang. Bibirnya bergetar seiring derasnya deraian air mata yang tak bisa ia hentikan. Mariam tak berdaya merasakan sakit yang begitu dahsyat menusuk sanubari dan mengoyak labirin hatinya.
Tubuhnya terjatuh lunglai, rasanya Mariam tak bisa percaya akan kenyataan yang baru saja ia terima. Mariam menangis tersedu-sedu hingga membuat Shaka terbangun dari tidur panjangnya. Bocah kecil itu berjalan menghampiri ibunya yang bagai raga tak bernyawa.
"Bu, bangun Bu! Ibu kenapa Bu? Shaka disini Bu...bangun Bu," ucap Shaka sembari mengguncangkan tubuh ibunya.
"Shaka...."
Hanya itu yang keluar dari mulut Mariam dengan tangan lemas yang merangkul bocah laki-laki itu.
Shaka yang melihat keadaan ibunya seperti itu turut menangis dan ketakutan. Nampak kekhawatiran dan juga kebingungan diwajah Shaka. Melihat putranya ikut menangis, Mariam mengumpulkan sisa tenaganya kemudian bangkit dan membawa Shaka ke dalam pangkuannya.
"Sudah sayang jangan menangis lagi!" ucap Mariam seraya menyeka air mata dari wajah Shaka.
Mariam menggendong Shaka dengan langkah gontai menuju tempat tidurnya. Lalu ia menghibur Shaka dengan memberikan mainan yang dibelikan Denny. Dihadapan Shaka, Mariam berusaha dengan keras menyembunyikan pangkal kesedihan yang baru saja terlihat oleh Shaka.
"Lihat! Ibu punya apa untuk Shaka?" tutur Mariam. Menunjukkan sebuah bola dan beberapa mobil-mobilan plastik yang diberikan oleh Denny.
"Apa paman Denny kesini tadi, Bu?" terka Shaka.
"Iya sayang... kok Shaka tahu ada paman Denny kesini?" tanya Mariam seraya membereskan kantong plastik yang menjadi tempat mainan Shaka.
"Tahu dong bu! siapa lagi yang belikan Shaka mainan kalau bukan paman Denny."
"Sayang, Shaka bicara apa sih? " pungkas Mariam.
"Memang benar kan, Bu? Ayah tidak pernah membelikan Shaka mainan. Semua mainan Shaka adalah pemberian paman Denny."
"Shaka cukup!" bentak Mariam tanpa ia sadari.
Shaka tersentak dengan sikap ibunya. Padahal selama hidupnya Shaka tak pernah mendapat bentakkan atau kata-kata kasar dari Mariam. Mata bocah laki-laki itu kembali berkaca-kaca tapi kemudian Mariam berjongkok memeluknya sembari meminta maaf pada putranya itu.
"Ibu minta maaf ya sayang!" ujarnya.
"Mulai sekarang kita harus mulai membiasakan diri untuk tidak berharap bahwa ayahmu akan pulang."
Sembari memeluk dan membelai kepala Shaka dengan lembut, Mariam terus bergumam membisikan kata-kata pada dirinya sendiri untuk mulai membuang harapan dan menyudahi penantiannya.
***
Dari tempat berbeda, seorang pria tampak gelisah memikirkan sesuatu. Seperti tidak dapat duduk dengan tenang ia selalu mondar mandir kesana kemari.
Denny menghampiri pria itu dan mengatakan bahwa pesannya telah ia sampikan ke tangan Mariam. Menurut perkiraan Denny sepertinya Mariam sudah membaca surat itu.
"Apa Mas Santana yakin dengan keputusan ini? tolong dipikirkan lagi mas! aku tidak tega melihat Shaka dan mbak Mariam terus terluka."
"Sudahlah Den, aku harus pergi lagi. Aku titipkan Shaka padamu. Tapi jangan pernah biarkan dia mencariku. Satu lagi, Mariam sudah ku lepaskan."
Seorang pria yang ternyata adalah Santana pun lalu pergi entah kemana, setelah apa yang menjadi tujuannya tercapai. Denny hanya termangu dan terdiam, dalam benak Denny terbayang betapa Mariam kini sedang sangat terluka. Bagaimana tidak? penantian panjang dan juga harapannya harus berakhir menyedihkan.
Andai dulu dirinya saja yang menikah dengan Mariam, mungkin Mariam tidak perlu merasakan sakitnya ditinggalkan dengan status yang menggantung lalu di hadapkan pada kenyataan bahwa Mariam telah ditalak dan itu pun hanya melalui sebuah surat dengan tulisan tangan Santana.
Tiba-tiba ada yang berdesir ngilu di hati Denny, sayangnya Denny tidak bisa berbuat banyak. Semoga suatu saat keajaiban datang dan mempersatukan dirinya dengan Mariam. Karena ternyata itulah alasan mengapa hingga kini Denny masih sendiri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Srimurni Murni
aku sampai menangis thor, semoga ada kebahagiaan untuk Saka sama Mariam mereka berdua harus sehat dan kuat
2022-08-19
3
Sri Winarsih
sedih kali thor,,aku sampai nangis bacanya,,
2022-06-04
1
🍀 chichi illa 🍒
nyesek nya ....
2022-06-03
1