Hari kian bergulir, mengembalikan semangat hidup Mariam yang sempat tercabik-cabik dalam kehampaan setelah dijatuhi talak oleh Santana. Meski rasa sakitnya menelusuk ke dalam daging hingga merasuk ke dalam jiwa. Setidaknya Mariam merasa lega karena telah ada keputusan dari Santana mengenai status pernikahannya.
Kini Mariam hanya fokus kepada Shaka, putra yang begitu ia cintai. Harapan-harapan baik pun selalu terurai di setiap doa yang Mariam panjatkan. Bagai detak nadi yang selalu membersamai di setiap hembusan napasnya. Setiap hari Mariam selalu berusaha mejadi ibu yang lebih tangguh lagi dari sebelumnya, untuk Shaka.
Siang yang membakar punggung Mariam, kala ia harus menjajakan barang dagangannya, tak membuatnya menyerah atau mengeluh. Dari lubuk hati yang paling dalam, Mariam bertekad untuk mendidik Shaka sebaik-baiknya. Agar kelak putranya itu mampu merasakan kehidupan yang lebih baik.
Dari kejauhan Denny, memperhatikan Mariam yang sedang berkeliling menjajakan dagangannya sambil mnggendong putranya, Shaka. Tak tega rasa hati Denny, melihat wanita yang sedari dulu ia cintai itu harus menjalani hidup yang demikian sulitnya.
"Mbak Mariam, dagangannya masih ada?" teriak seorang warga bertanya dari jarak yang lumayan jauh.
"Masih banyak, Bu!" jawab Mariam seraya berhenti dan menurunkan Shaka dari gendongannya.
Orang itu pun berjalan mendekat menghampiri Mariam. Mariam menunjukkan dagangannya dengan napas yang sedikit ngos-ngosan karena lelah berjalan.
"Silakan, Bu ... dipilih-pilih saja," ucap Mariam, mempersilakan orang yang ingin membeli dagangannya itu dengan ramah.
"Saya borong semua saja Mbak Mariam" ucapnya.
"Wah yang benar, Bu? Alhamdulillh, terima kasih banyak ya, Bu."
Mariam sangat senang akhirnya dagangannya laku, dan ia bisa segera pulang. Mariam tersenyum pada Shaka, lalu kembali menggendongnya dan melangkahkan kakinya menuju arah pulang. Setelah jarak mariam sudah lumayan jauh dari tempatnya tadi, Denny tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada orang yang membeli dagangan Mariam, yang ternyata adalah seorang suruhan Denny.
Kemudian Denny meminta tolong untuk membagikan saja pada siapa pun yang menginginkan apa yang dibelinya dari Mariam.
***
"Bu, Shaka ingin buah jeruk," cetus Shaka menuturkan inginnya.
"Baik sayang! Mari kita pergi membeli jeruk."
Shaka pun terlihat begitu senang dan sangat antusias. Kepolosan anaknya itu mengobarkan semangat hidup Mariam, lagi. Sambil bercengkerama Mariam, dan Shaka, pergi menuju sebuah lapak yang menjual berbagai buah-buahan.
Belum juga sampai disana, Denny mencegah langkah mereka, ia membawa satu kantong besar buah-buahan. Ada buah jeruk, apel, kelengkeng dan juga mangga. Langkah Mariam, dan Shaka langsung terhenti karena Denny, kala itu.
"Shaka!" Panggil Denny yang seketika mematikan mesin sepeda motornya.
"Paman Denny ..." ucap Shaka yang melepaskan gandengan tangannya pada Mariam. Lalu, ia berlari menghamburkan diri pada pelukan Denny.
Denny menyambut bocah laki-laki itu dengan dekapan hangatnya, lalu memberikan kantong berisi buah-buahan yang ia bawa. Namun, karena lumayan berat bagi Shaka, ia tak bisa membawanya. Akhirnya, Denny menyerahkannya pada Mariam.
"Mari naik!" ajak Denny pada Mariam.
Namun, mariam menolaknya karena merasa tidak enak. Belum lagi Mariam terngiang cemoohan tetangga yang akan mengolok dirinya nanti.
"Terima kasih, Mas Denny. Tidak usah repot-repot, saya jadi tidak enak!" ucap Mariam dengan nada canggung.
"Tapi Bu, Shaka ingin naik sepeda motor bersama Paman Denny!" rajuk Shaka.
Mariam tak bisa berbuat banyak, pikirannya sudah campur aduk sekarang. Antara memilih diantar Denny, dan digunjing tetangganya nanti, atau tetap berjalan kaki dan harus melihat Shaka menangis. Namun, dengan bijak Denny memberi solusi.
"Begini saja Mbak, tidak apa-apa Shaka, biar saya yang antar kalau Mbak Mariam tidak keberatan. Mbak Mariam silakan tetap berjalan kaki saja."
Setelah menimbang-nimbang, Mariam akhirnya menyetujui usualan Denny tersebut. Dengan begitu semuanya merasa senang.
"Dadaaa Ibu...." ucap Shaka dengan polos ketika Denny mulai melajukan sepeda motornya.
Mariam tersenyum sembari melambaikan tangannya. Meski hati kecil Mariam, ingin sekali ikut bersama Denny, dan Shaka karena kakinya merasa lelah. Namun, lagi-lagi ia terbayang akan gunjingan para tetangga yang selalu saja mencampuri urusannya.
15 menit kemudian Denny, dan Shaka telah sampai dirumah Mariam. Tentu saja tidak dengan Mariam, yang menempuh perjalanan dengan berjalan kaki.
***
Seorang ibu selalu mengesampingkan egonya, melupakan kesakitannya dan menampakkan senyum pada anaknya, seolah semuanya baik-baik saja. Meski segenap hati dan perasaannya tengah luluh lantak mengatur bagaimana agar orang yang ia cintai tetap merasa nyaman.
Hal itulah yang saat ini sedang Mariam lakukan. Demi Shaka, demi buah hati yang padanya tertutur segala harap.
Mariam menarik napas lega saat bilik rumahnya mulai terlihat dari ujung pandangannya. Dengan gesit Mariam mempercepat langakah kakinya agar cepat sampai. Rasanya ingin sekali Mariam, meluruskan pinggang dan kaki yang sudah letih dan terasa pegal.
"Ibu cepat sini, Bu," sambut Shaka seraya meraih tangan dan menuntun Mariam.
"Iya, Sayang ... sabarlah sebentar! " ucap Mariam.
Denny hanya menyimpulkan senyuman melihat tingkah bocah kecil yang ada di hadapannya itu.
"Ibu, duduk di sini dekat Paman Denny!" titah Shaka membawa ibunya itu kedekat Denny.
"Shaka ... tunggu Nak, jangan begitu!" sergah Mariam.
Seperti tak memperdulikan kata-kata ibunya, Shaka tetap memaksa Mariam, untuk mengikuti kemauannya. Wajah Mariam memerah kala itu, ia merasa malu dan tidak enak pada Denny.
"Shaka tidak boleh begitu sayang! kasihan tuh wajah ibumu jadi merah," ledek Denny.
"Dasar! Dua orang pria ini membuatku malu saja!" gerutu Mariam.
Sebenarnya Denny senang dengan apa yang Shaka lakukan saat itu. Tapi, Denny buru-buru sadar dan mengerti posisi Mariam. Pastilah dirinya menjadi sasaran empuk bagi tetangga yang doyan menggunjingnya. Tidak melakukan apa-apa saja jadi cemoohan. Apa lagi kalau sampai Mariam tidak menjaga jarak dengan Denny.
"Mas Denny, mau teh? Biar saya buatkan," tanya mariam menawarkan pada Denny.
"Boleh, Mbak ... kalau tidak merepotkan" jawab Denny.
Mariam yang salah tingkah langsung bergegas tanpa membalas lagi apa yang Denny katakan. Sementara, debar hati Denny kian tak karuan. Karena selama ini paling-paling Denny hanya datang untuk menanyakan kabar atau memberikan sesuatu untuk Shaka, lalu pergi lagi.
Tapi kali ini Denny memberanikan diri untuk duduk lebih lama bersama Shaka, dan Mariam. Walau tak luput dari mata dan telinga tetangga yang curi-curi kesempatan untuk mengintip. Ada yang pura-pura menyapu halaman sambil clingak-clinguk, ada pula yang pura-pura meminta garam atau gula ke rumah Mariam.
"Ibu, lihat ini!" ucap Shaka menunjukan 2 bungkus makanan yang sempat dibeli Denny, di jalan menuju pulang tadi.
"Itu apa, Sayang?" tanya Mariam yang sibuk membuatkan teh untuk Denny.
"Kata paman Denny ini untuk kita makan berdua, Bu."
Mariam semakin merasa tidak enak karena sudah banyak merepotkan Denny.
"Silakan diminum, Mas, tehnya ..." kata Mariam saat menyuguhkan minuman itu.
"Terima kasih banyak, Mariam ... eh maksud saya, Mbak Mariam!" jawab Denny gugup.
Mariam tersenyum dan menjaga jaraknya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Srimurni Murni
oh tetangga jangan gosipnya aja, seharusnya prihatin sedikit gitu,itu bukan kemauan mb Maryam
2022-08-19
2
🍀 chichi illa 🍒
tetangga nya pada kepo ya Thor ...
2022-06-03
3
Yuni Aqilla
semoga Denny dan Mariam berjodoh
2022-06-01
1