TAMU TAK DI UNDANG

Suara ketukan pintu kembali terdengar.Aku pun beranjak keluar kamar menuju pintu.

"Siapa kak...?"tanya Bani yang sudah berdiri di samping ku dengan menenteng buku di tangannya.

"Mungkin kak Ridwan, katanya sih mau datang kesini."jawab ku.

"Ooo,gitu."sahut nya singkat dan kembali masuk ke dalam kamar.

"Assalamualaikum..."suara salam laki-laki dari luar.

"Wa alaikum salam..."jawab ku dengan membukakan pintu.

"Eh bang Ronald,ku kira tadi...."kata ku terputus.

"Emang lagi nunggu siapa..?"tanya bang Ronald dengan tersenyum.

"Aduh tumben bang Ronald tersenyum begini biasanya kalau di tempat kerja muka nya kaku terus.."batin ku.

Tapi sungguh harus ku akui senyum nya manis banget.

"Ah nggak siapa-siapa bang..."jawab ku salah tingkah sendiri.

"Ada apa ya bang,tumben datang ke rumah...? selidik ku.

"Enggak,cuma kebetulan lewat.Di depan ada orang jual terang bulan sama martabak jadi ku belikan buat kamu."jawab nya santai.

"Wah jadi merepotkan abang aja,"sambut ku dengan sungkan.

"Masuk dulu bang..?tawar ku.

"Kapan-kapan aja ya,aku masih ada urusan..."jawab nya sopan.

"Terima kasih sudah bawain terang bulan sama martabak ya bang."

Bang Ronald hanya tersenyum kemudian berlalu pergi dengan menggunakan motor gede nya.

Aku menatap punggung nya hingga hilang di keramaian."Tumben bang Ronald bersikap manis begitu,salah makan apa ya.

Sebenarnya sih tampan...,gadis mana pun yang melihat pasti klepek-klepek.Sayang, sikap nya yang dingin dan terlalu kaku.

Ku bawa masuk terang bulan juga martabak tadi.

"Apaan itu kak...?"tanya Bani yang mendadak muncul lagi di belakang ku.

"Aduh kamu ini,bikin kakak jantungan aja deh..."sungut ku.

"Masa gitu aja kaget,maka nya jangan terlalu banyak melamun.."sahut nya sambil cengengesan.

"Nih martabak sama terang bulan,"tawar ku sambil membuka kotak kemasan nya.

"Wah enak nih, alhamdulillah rezeki anak soleh."jawab nya dengan semangat.

"Kak Ridwan nya mana...?"

"Bukan kak Ridwan tapi bang Ronald,"jelas ku.

"Lho kok bisa..?"tanya nya lagi sambil memasukkan irisan terang bulan ke dalam mulut.

"Katanya sih kebetulan lewat jadi mampir sebentar."jelas ku yang kemudian ikut menikmati enak nya martabak telor.

"Kak Ridwan batal mau datang kesini..?"

"Entah,nggak ada kabar..."jawab ku asal.

Terdengar suara deru motor berhenti di depan rumah.Kami yang masih lagi asyik makan dengan refleks bersamaan menengok ke arah nya.

Memang sedari kak Ronald pergi,pintu tidak ku tutup kembali.

"Tuh orang nya,"ucap Bani memonyongkan bibirnya.

"Assalamualaikum,..."sapa kak Ridwan.

"Wa alaikum salam.."jawab ku berbarengan dengan Bani.

"Masuk kak,"tawar ku.

"Nih ku bawain terang bulan sama martabak.."kata kak Ridwan sambil menyerahkan kepada ku.

"Lho kok sama..?"kata Bani menyela.

Aku memandang ke arah Bani,ku harap dia paham kode ku.

"Enggak,kak...cuma sama aja,ini juga pas kami lagi makan martabak sama terang bulan gitu..."kata Bani dengan senyum di buat-buat.

"Kalau gitu,ku makan ke dalam aja ya kak.."

Bani pun langsung masuk ke dalam sembari membawa martabak juga terang bulan yang tadi di bawakan bang Ronald.

Kak Ridwan tersenyum melihat tingkah Bani, untung lah dia tidak bertanya macam-macam lagi.

"Emak mana...?"

"Di dalam kak,lagi istirahat di kamar."jawab ku singkat.

"Kakak mau minum apa...?" ku coba mencairkan suasana canggung antara kami.

"Nggak perlu repot-repot,ini aku juga belikan jus..."katanya sambil membuka gelas plastik kemasan yang berisikan jus jeruk dan alpukat.

"Kakak tahu darimana kalau aku suka jus alpukat sama makan martabak dan terang bulan...?"tanya ku heran.

"Kalau kamu suka sama seseorang harus tahu apa yang di sukai nya dan apa yang tidak."

" Gitu ya...?balas ku cuek.

"Libur Minggu depan,kita jalan yuk..."ajak nya.

"Minggu depan...?,mau kemana...?cecar ku penasaran.

"Ya terserah kamu mau kemana,nyantai aja..."

"Lihat nanti ya kak,bisa apa nggak..."jawab ku bimbang.

"Kalau nggak bisa,nggak apa-apa juga.Aku nggak maksa kamu kok..."kata nya tenang.

"Oh iya,besok kamu masuk shift pagi kan...?"

"Iya,emang kenapa kak...?"

"Habis pulang kerja bisa temani aku sebentar ke rumah sakit..?"

"Siapa yang sakit kak...?"tanya ku.

"Mama ku,habis operasi usus buntu.Bisa...?"

"Bisa kak.Tapi nanti aku pulang mau mandi dulu sekalian ganti pakaian,masa besuk orang sakit pakai seragam kerja..."canda ku.

"Ya iya lah,nanti ruangan bau kecut badan kamu."ledek nya.

"Huu..."sahut ku mendengar ledekan nya.

"Kenapa sih,nggak bisa ya ....sehari aja nggak ngeledek aku...?"kata ku memasang wajah cemberut.

"Nggak."potong nya dengan cepat sambil tertawa.

"Dasar cowok..."umpat ku.

Kak Ridwan menyudahi tawa nya,"sehari nggak gangguin kamu,sepi rasa nya Yat."

" Sepi apa nya...?"

"Tuh ada si Amel yang terus ngejar-ngejar kakak,kenapa nggak di respon...?"

"Kasian anak orang,kak."papar ku panjang lebar.

"Yang bilang anak monyet itu siapa...?

"Emang perasaan bisa di paksakan...?"

"Nggak kan."

"Lagian kamu nya aja yang nggak peka."jawab nya dengan gaya nggak kalah ketus.

"Oo gitu ya..?"balas ku memasang wajah bego.

"Aduh ini anak..."kata kak Ridwan dengan suara pelan nada menyerah.

"Yat,aku pamit dulu ya..."

"Aku mau ke rumah sakit dulu jagain mama malam ini, titip salam aja sama emak juga adik ipar ya..."tunjuk kak Ridwan ke arah kamar Bani.

Aku hanya tersenyum membalas ucapannya.

Ku lepas kepergian kak Ridwan sampai pagar rumah hingga tidak terlihat lagi bayangnya.

Ku langkahkan kaki masuk ke dalam rumah tak lupa menutup daun pintu.

Bani mendekati sambil tersenyum.

"Pilih yang mana kak...?goda nya.

"Apaan sih...?jawab ku pura-pura tidak mengerti maksud ucapan nya.

" Kakak kura-kura dalam perahu..."kata nya sambil tertawa.

"Serius nih kak."

"Kakak bakal pilih yang mana..?"

"Kalau Bani perhatikan,...bang Ronald itu orang nya dewasa cuman terlihat sedikit kaku sih."

"Seperti es di kutub,dingin."katanya dengan ekspresi orang yang kedinginan.

"Terus kalau kak Ridwan...?"tanya ku pengen tahu pendapat nya.

"Kalau kak Ridwan orangnya rame, humoris gitu deh."

"Gimana kak...?"

"Kakak sukanya sama siapa...?"desaknya mau tahu.

"Entah lah Ban,kakak masih belum terpikirkan."

Bani mendekat,dan merangkul pundak ku.

"Bani tahu kalau kakak masih belum mau membuka hati untuk menerima perasaan seorang pria."

"Jangan terus menutupi perasaan kakak pada siapa pun,jangan mematikan hati kakak sendiri karena masa lalu."

"Kakak berhak bahagia,kita berhak bahagia bersama orang-orang yang kita cintai kak."

Semangat nya sambil tersenyum.

Bani meninggalkan ku yang terpaku sendiri.

Semua yang di ucapkan Bani adalah benar.Aku berhak bahagia,kami berhak bahagia tanpa belenggu masa lalu.

Bani,....ternyata sekarang kamu sudah dewasa.

Ku seka air mata yang mulai menetes.

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

2 cowok yang perhatian nih Yati

2022-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!