Aku berpikir akan bangun di kamar rumah sakit, tetapi ternyata masih di kamar itu dengan kondisi meringkuk.
Aku melihat Riel, tangannya menggulung tirai, mengikatnya dengan rapi dan cahaya mentari pagi sedikit menerangkan kamar ini. Riel yang sudah selesai, berbalik dan menghampiriku yang sedang pura-pura tidur.
“Nona, ayo bangun dulu dan sarapan!”
Aku sengaja memainkan peran seperti orang yang baru saja bangun tidur, walaupun benar baru bangun tidur sih ... tetapi itu sudah beberapa detik yang lalu, anggap saja baru bangun tidur.
Aku membalasnya sambil mengucek-ngucek mataku dan benar masih terasa lelah.
“Riel, katakan kepada Papa aku tidak sarapan dulu ...” Aku menaikan selimutku lagi sampai ke leher bersiap untuk tidur kembali, tapi persiapan itu digagalkan Riel dan memarahiku.
Sikapnya yang sekarang sudah memaklumi aku yang berubah sepenuhnya ini.
“Nona, kan semalam demam parah jadinya, setelah Nona minum obat, Anda sama sekali belum memakan apapun. Artinya kemarin Nona sama sekali belum makan, itu tidak baik untuk tubuh Nona yang sedang dalam tahap pertumbuhan ...!!”
Riel berhasil menarik selimutku dan melipatnya dengan rapi, menaruhnya di lemari lalu menarikku turun dari kasur ke kamar mandi.
Air di mimpi ini sangat nyata, buktinya air nya terasa seperti es. Untung saja air itu hanya untuk mencuci tangan, air untuk mandi adalah air hangat yang wangi bunga lily. Pantas saja tubuh anak ini tidak bau walaupun sudah mengeluarkan keringat banyak disaat demam semalam. Tubuh orang cantik memang berbeda ya, ckckck ...
Ingatanku tentang tadi malam hanya ada suara redup seseorang yang mungkin itu seorang Dokter, dia membuat tubuhku itu dari tidur ke posisi duduk dan meminumkan obat yang terasa sangat pahit, karena tadi malam tubuhku benar-benar terasa sesak dan nyeri di sekujur tubuh, aku terpaksa menelannya dan langsung terlelap dalam tidur.
Sekarang tubuhku sedang dibersihkan oleh Riel di bak mandi, dia menyiram kepala dengan air hangat wangi bunga Lily, aromanya benar-benar harum. Dilanjutkan mengeramasi rambutku yang pendek sebahu ini, pijatan Riel di kepala dan membuat pikiran semakin rileks, aku menyukai mandi ini!
Setelah mengguyur dengan air untuk membersihkan sisa sabun, Riel membantu mengeluarkan tubuh ini dari bak mandi, aku frustasi dengan lemahnya tubuh ini. Namun, kulit putih kenyal ini bukan main-main cantiknya.
Keluar dari kamar mandi, Riel langsung pergi sibuk mencari di ruangan gaun menentukan pakaian apa yang akan aku pakai.
Aku menghampiri Riel yang sedang bingung memilih dua gaun yang ada di tangan kanan dan kirinya. Riel berbalik dan memandangku yang sekarang hanya memakai pakaian dalam. Namanya memang pakaian dalam, tapi kalo menurut orang modern saat ini, pakaian dalam ini dinamakan gaun tanpa lengan atau biasa disebut one piece putih.
Dengan wajah bimbangnya Riel bertanya padaku dan menunjukan dua gaun di kedua tangannya yang membedakan keduanya hanya warna biru dan hijau muda lalu letak perhiasannya dan lipatan rok, sisanya kedua gaun itu lebar mengembang di bagian pinggul dan roknya menggelembung besar, aksesoris di bagian dada banyak beragam pita dan perhiasan yang berkilau-kilau begitu pun perhiasan di bagian roknya, berkilauan dan keliatannya sangat mahal dan... norak bagiku orang modern yang tidak mengerti tentang fashion.
Di dunia nyata aku hanya memakai celana dan baju panjang, kecuali saat sekolah memakai rok karena itu memang peraturan dalam berseragam.
“Tidak!” jawab tegasku cepat, singkat, padat, jelas dan menggelengkan kepala.
“Ada apa, Nona? Biasanya Nona lebih menyukai model seperti ini dan terlebih lagi Anda ingin memakai baju seperti apa hari ini ...?” Riel sontak kaget mendengar jawabanku lalu dia mengembalikan kedua gaun itu ke dalam lemari. Akhirnya aku mencari sendiri baju yang ingin pakai di lemari, bisa saja membayangkan itu seperti toko gaun karena di sini banyak sekali gaun.
Yang menjadi permasalahan utama adalah ... selera tubuh anak ini sangat aneh dan aku tidak mengerti apa kesukaannya sehingga masih banyak baju ‘norak’ itu di ruangan ini, ingin kubuang baju-baju ini, tetapi mana mungkin dibuang sekaligus sebanyak ini, kan?
Aku mengeluh kesal dan menghela napas pasrah. Aku melanjutkan penjelajahan di ruangan gaun ini, mana mungkin aku tidak memakai baju untuk makan bersama papa, kan? Itu bisa merusak nama baik keluarga ini.
Aku mengintip di balik gaun-gaun yang menggantung, dan menemukan sebuah kotak hadiah yang diatasnya ada pita besar, aku mengambilnya dan menunjukan ke Riel.
“Ini pasti hadiah dari seseorang untuk ulang tahun Nona kemarin.” Riel memintaku membuka hadiah itu, dengan rasa penasaran aku membukanya perlahan dan didalam kotak tersebut ada sebuah gaun terlipat rapi dengan selembar surat kecil bertuliskan “Sehat selalu, Nona Kisella Forest,-“
Surat singkat tanpa ada nama pemberi gaun ini, kukeluarkan gaun ini dari dalam kotak. Tak disangka ini adalah gaun dengan tipeku!
Gaun yang atasannya seperti kemeja polos perempuan dan aksesoris yang hanya di dada dekat leher, itu pun hanya satu tetap berkelas. Dan bawahannya yang tidak terlalu mengelembung. Benar! Inilah gaun yang ingin kupakai.
“Kalau seperti ini bukan selera No-“
Aku sela ucapan Riel dan menyatakan bahwa aku akan memakai gaun ini. Tindakanku itu dibalas Riel dengan membuka mulutnya dan matanya terbuka lebar, ya ... itu adalah ciri-ciri orang yang terkejut. Tak lama dia sadar dan langsung membantuku memakaikan gaun ini dan merapikan rambutku hanya dengan menggunakan bando pita yang ditengahnya permata pink.
...*** ...
Aku segera berjalan perlahan ke luar kamar, dan tujuanku adalah ruang makan yang ada di lantai satu. Pengawal berganti dari Riel menjadi Kiel, dia menyapa seperti biasa dan mengikutiku berjalan dari belakang.
Baru saja setengah perjalan untuk menuju ke tangga saja aku sudah merasa energiku terkuras banyak, kamarku berada dilantai dua, tentu saja aku harus menuruni anak tangga ini. Aku mengambil napas dengan teratur dan perlahan menuruni tangga diikuti Kiel berada dibelakangku, Kiel sudah beberapa kali menawarkan tawaran.
“Apa Anda ingin saya gendong, Nona?”
Aku menolaknya halus, “Mulai sekarang aku akan berusaha untuk bisa ke ruang makan dengan tenagaku sendiri.”
Aku harus bisa membuat kekuatan fisik anak ini meningkat sebelum aku bangun ke dunia nyata, walaupun hanya dunia di dalam mimpi, aku ingin para orang di dunia mimpi ini senang.
Napasku masih memburu kuat saat sudah memasuki ruang makan, akhirnya aku berhasil!
Beginikah rasanya sukses dengan usaha sendiri, begitu menyenangkan dan ada sensasi tersendiri.
Di dunia nyata bisa dibilang aku anak berbakat atau juga bisa dibilang anak yang cepat tanggap, jadi saat ujian atau sebagainya aku hanya belajar menggunakan mengebut semalam, karena hal itu bisa mendapat nilai sembilan atau pun delapan. Namun ... aku tetap tidak bisa menjadi sempurna di bidang manapun. Memikirkan itu membuatku merasa murung.
Walau aku dibilang anak cepat tanggap tetap saja aku sama sekali tidak memiliki usaha apapun sehingga sampai saat ini aku masih tidak memiliki cita-cita apapun, kalau kalian tahu anak sepertiku ini dipanggil anak tak punya ambisi dan terbiasa diam. Bagiku saat itu adalah belajar bukan hal yang penting, tujuan utamaku saat itu hanyalah membahagiakan adik dan ibuku.
Sepertinya tubuh anak ini kelak akan menjadi anak yang murung karena selalu terjebak di dalam kamarnya selama berhari-hari, oleh karena itu aku akan membuat fisik anak ini lebih kuat! Mungkin saat ini yang dinamakan meraih tujuan, rasanya mendebarkan.
Aku mulai duduk di seberang meja makan Papa, kami berhadap-hadapan diantara panjangnya meja makan ini, suasana canggung langsung memenuhi ruang makan dan iringi dentingan dari pisau dan garpu yang aku pakai.
Makan harus mempunyai etika, kalau peraturan ini juga ada di dunia modern, jadi aku bisa sedikit menguasainya. Keheningan ini masih berlanjut sampai sekarang, kesabaran yang daritadi kutahan akhirnya lepas.
“Papa ...,” panggilku dengan suara redup dan menghentikan kegiatan makan. Aku tahu disini tidak boleh berbicara sampai setelah selasai sesi makan tapi .... Keheningan itu membuatku sesak.
Di dunia modern ada peraturan kita harus menghabiskan makanan di dalam mulut baru boleh berbicara, karena itu aku selalu dimarahi ibu ketika makan sambil bercerita.
“Apa Papa tidak menyadari bahwa meja ini terlalu berlebihan untuk kita yang hanya makan berdua, dan juga aku ingin lebih dekat dengan Papa ...”
Tanpa kusadari aku mengucapkan kata-kata itu, Pria yang sudah memiliki garis usia di keningnya pun tersentak diam dan mata Ruby yang lurus menatapku yang dari tadi menunduk.
Aku mungkin kesepian ... dengan kebenaran apa aku akan selamat atau tidaknya, apa akan bangun dari mimpi ini, kenyataan apa mimpi. Aku terus memutar otak untuk itu.
Papa menghela napas dan senyuman lembut terbentuk dibibirnya, dia menyuruh para pelayan dan koki untuk membiarkan kami berbicara hanya empat mata.
Papa bangun dari tempat duduknya dan menghampiriku, tangannya dengan lembut mengelus pipi tembam dan menggendongku, dia berjalan kembali ke tempat duduknya sambil masih mengendongku, apa yang tidak kupercayai terjadi, Papa memangku dan mengarahkan potongan daging kecil yang sudah dipotong sebelumnya olehnya kepadaku. Aku membuka mulut dan mengunyah daging tersebut sambil mengerutkan kening bertanya-tanya, mengapa sifatnya berubah begini?
Dia memang orang tua penyayang, selalu menjeguk anaknya yang sakit disela-sela kesibukan mengurus pekerjaannya. Pada malam tadi aku juga mendengar sayup-sayup suara papa yang memanggil namaku berulang-kali.
“... Sella maafkan Papa, ya. Papa tidak peka kalau yang seperti ini ..., Kalau itu yang kamu inginkan, nanti Papa akan membelikan meja khusus kita berdua.”
Dia masih mempertahankan senyuman itu dan membuatku sedikit tenang.
“Terima kasih Papa ...!” Aku langsung memeluknya, biarpun hanya bisa memeluk perutnya saja karena tangan yang pendek ini. Tidak menyita lama aku memeluk Papa karena pintu ruang makan yang tadi ditutup tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
“Tuan Duke, ada tamu yang mengunjungi anda.”
“Siapa yang datang?” sahut papaku yang masih tidak boleh mengizinkannya masuk. Di saat seperti ini suara lembut Papa berubah menjadi lebih berwibawa kalau berbicara dengan orang lain.
“Count dari wilayah timur, beliau juga membawa anaknya.”
Papa diam dan menatapku, matanya seolah-olah cemas akan sesuatu.
“Papa, ada apa?” Memiringkan kepala, telapak tangan kanan di pipi. Aku sedikit meniru gerakan lady yang biasa ada di dalam novel.
“Sella dengarkan Papa.” Ia memegang bahuku, “Kamu jangan sampai jatuh cinta dengan anak laki-laki dari tuan Count ya!”
Hah?!
Jadi itu yang dipikirkan Papa saat menatap cemas kepadaku, mana mungkin aku jatuh cinta dengan anak kecil!
Kalau kalian tidak mengerti apa Count itu, dia semacam Gubernur atau pemimpin suatu daerah kalau di zaman modern. Lalu setelah aku bertanya macam-macampada Riel, ternyata papaku seorang Duke yang tentu berperingkat lebih tinggi, namun sepertinya papa membutuhkan sekutu dengannya sampai tidak bisa mengusir atau menolaknya.
“Yang paling kucintai saat ini adalah Papa ...!” Aku memberikan senyuman polosku kepadanya, "Di masa depan aku akan menikah dengan Papa saja!"
Sesuai dugaanku, Papa terlihat berbinar-binar.
Akhirnya Papa menjawab akan datang, pelayan tadi langsung membuka pintu ruang makan. Papa mengendongku menuju ruang tamu.
Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya kami sampai diruang tamu. Count dan anaknya yang tadi duduk sekarang berdiri dan memberikan menunduk hormat memberi salam.
“Terima kasih Tuan Duke telah meluangkan waktu untuk bertemu kami.”
Sekilas matanya melirik ke arahku, aku melirik Papa, sepertinya Papa tidak menyadari lirikan Count tadi kepadaku ya ... begitu pun dengan anak di sebelahnya, di antara menunduk, mata anak itu hanya melirik ke arahku di dalam tudung yang dipakainya.
Dia melepaskan tudungnya dan tersenyum ke arahku. Senyuman itu aku tahu ... Senyuman ala bisnis.
Ini memberikanku firasat yang tidak enak ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🍫 Hiat^٥MayΤυΙρa🍥╏ 🍨
Sama tipe kebut semalam, karena jujur aku orang nya cepat menghafal dan cepat pula terlupa atau melupakan.
btw dengan kepribadian ku ini, membuat ku lupa akan nama teman2 di sekolah yang sudah 6 bulan ini tak berjumpa.
Aku pikir2 kembali, pantas saja aku gampang melupakan gebetan dan pindah hati lagi, pantas aku tak pernah mengerti mengenai cinta.
ckck , kok jadi curhat
2020-10-08
1
Ev-
semangat terus kak aku mampir❤🤩jangan lupa baca ordinary life ya kak🤩
2020-10-08
1
🌸Momy Kece🌸
mampir lagi
2020-05-31
1