"Kau pernah mendengar sebuah geng?" tanya Gieno.
"Geng? Pernah, kenapa?" ucap Yezo balik bertanya.
"Aku ingin membentuk sebuah geng besar," papar Gieno serius.
Yezo terdiam. "Ingin menbuat geng seperti apa?" tanya Yezo lagi.
Gieno menatap Yezo sejenak. "Sebuah geng besar yang kelak akan ditakuti oleh semua orang. Termasuk kakek tua dan laki-laki itu," tutur Gieno datar.
Yezo mengernyit bingung. "Aku tidak mengerti maksudmu," ujar Yezo.
"Kau berminat tidak?" tanya Gieno.
"Aku ikut kamu saja, sepertinya menarik," balas Yezo.
Gieno tersenyum miring. "Zero," ucap Gieno.
Yezo mengernyit tidak mengerti. "Apa?" tanya Yezo.
"Aku memberi nama geng dengan nama Zero. Zero artinya nol, dan semua ini kita mulai dari Zero. Nol itu bulat, seperti apa pun kau membuatnya dia tidak akan pernah terlihat terbalik. Dalam artian, seperti apa pun kita mengusiknya … Zero tidak akan pernah rusak," jelas Gieno.
Yezo mengangguk mengerti. "Benar juga, kau ternyata sangat pintar ya," puji Yezo.
"Sekarang ayo kita cari pekerjaan, kau tidak ingin mati kelaparan bukan?" papar Gieno.
"Buktinya aku masih hidup sampai sekarang," sahut Yezo.
"Apa yang kau makan?" tanya Gieno.
"Apa pun asal tidak racun," balas Yezo santai.
"Sudahlah, ayo pergi." Gieno berjalan mendahului Yezo.
"Kau ingin mencari kerja di mana? Anak-anak seperti kita ini tidak akan mendapat kepercayaan dari orang lain," tutur Yezo.
"Makanya jangan mencari pekerjaan yang perlu kepercayaan orang lain," sahut Gieno santai.
"Maksudnya?" tanya Yezo bingung. Gieno tidak menjawab pertanyaan dari Yezo. Laki-laki datar itu masih saja melangkahkan kakinya.
...*****...
"Kalau kalian memang berhasil membunuhnya, maka bawa kehadapan kami," tutur seorang laki-laki paruh baya kepada Gieno dan Yezo.
"Baiklah," sahut Gieno. Setelahnya laki-laki itu pergi diikuti oleh Yezo dari belakang.
"Kau yakin? Menangkap binatang liar apa lagi gila, tidaklah mudah," ucap Yezo.
"Apa kau lupa dengan kejadian kemarin?" tanya Gieno.
Yezo terdiam, dia mengingat kejadian mengerikan yang dialaminya kemarin. Kawasan tempat mereka tinggal memang sangat kumuh sehingga begitu banyak binatang liar yang berkeliaran di sana. Salah satunya anjing gila yang sempat mengejar Yezo kemarin.
"Iya, tapi … aku rasa akan sedikit mengerikan," tutur Yezo meringis.
"Kalau kau takut, silakan kau kembali saja ke rumah. Aku bisa melakukannya sendiri," ucap Gieno.
"Tidak, aku akan menemanimu," ujar Yezo cepat.
Gieno dan Yezo mendatangi tempat perlindungan lingkungan daerah itu. Gieno menawarkan jasanya untuk menangkap hewan liar atau pun hewan gila. Harga yang akan mereka dapatkan lumayan tinggi, Gieno akan mendapatkan uang dua ratus ribu jika berhasil menangkap satu binatang gila. Namun, jika binatang itu masih normal dan hanya liar saja, Gieno akan mendapatkan uang lima ratus ribu untuk satu binatang. Namun, dengan syarat jika hewan itu masih normal, maka harus menangkapnya dalam keadaan hidup. Jika pun terluka, hanya boleh sekedar luka tidak sampai meninggal.
...*****...
"Itu ada satu, sepertinya itu gila. Lihatlah gerak geriknya." Yezo menunjuk seekor anjing yang tidak terlalu jauh dari mereka.
"Benar, itu anjing gila," balas Gieno.
"Wah … kalau kita bisa mendapatkannya, kita bisa dapat uang dua ratus ribu," tutur Yezo semangat.
"Kau berdirilah ke sana," titah Gieno.
"Apa?" tanya Yezo tidak mengerti.
"Dia akan pergi, jadi kau berdiri ke sana sebagai umpannya," ucap Gieno santai.
Yezo melotot terkejut. "Kau menjadikan aku umpan?" tanya Yezo tidak percaya.
"Ck … cepatlah, kau ingin uang tidak? Anjing itu akan segera pergi," tutur Gieno kesal.
"Ta-tapi kau harus tepat waktu ya," ucap Yezo takut.
"Kau sudah melihat keahlianku kemarin," papar Gieno sombong.
"Aku harus bagaimana?" tanya Yezo gugup.
"Bangsat!" Yezo mengumpat saat tiba-tiba Gieno mendorong tubuhnya. Yezo menoleh saat mendengar suara lari menuju ke arahnya. Benar saja, anjing gila yang mereka lihat tadi sedang berlari menuju ke arahnya.
"Astaga, matilah aku." Yezo memejamkan matanya sambil menggerutu tidak jelas. Gieno menatap anjing itu dengan wajah datarnya, besi runcing yang kemarin sempat dibawanya bersiap terbang ke arah sang anjing gila. Bruk …. Kembali tepat sasaran, anjing gila itu tergeletak tak bernyawa tepat di dekat kaki Yezo yang sudah mematung.
.
.
.
"Ya ampun, aku tidak menyangka akan sebanyak ini." Yezo menatap berbinar ke arah uang yang sedang berada di tangannya.
"Kita simpan beberapa," ucap Gieno.
"Terserahmu, bagaimana pun juga ini adalah uangmu. Kau yang menangkap semua binatang itu, bahkan sekarang kau sudah menjadi pawang panggilan." Yezo tertawa, Gieno memang ditawarkan untuk ikut berkeliling bersama para karyawan perlindungan lingkungan.
"Pekerjaanku ini bukan hanya bermanfaat masalah keuangan, tetapi hasrat membunuhku juga menjadi terbayarkan," ucap Gieno.
Yezo menoleh. "Kalau bukan, apa kau ingin mencari korban manusia?" tanya Yezo.
"Ya," sahut Gieno singkat. Yezo melotot, dengan cepat laki-laki itu menjauh dari Gieno sambil menatap was-was ke arah Gieno.
Gieno menatap malas ke arah Yezo. "Kalau aku ingin membunuhmu, lebih baik dari kemarin. Aku biarkan saja kau mati digigit anjing gila itu," tutur Gieno santai.
Yezo terdiam. "Benar juga," gumam Yezo, "kau tidak berniat membunuhku bukan?" tanya Yezo hati-hati.
"Untuk saat ini aku sedang tidak berminat membunuh manusia, tetapi tidak tahu nanti," balas Gieno santai.
Yezo melotot. "Aku masih ingin hidup, setidaknya kalau kau ingin membunuhku beri tahu dulu," ujar Yezo. Mendengar itu Gieno hanya memutar bola matanya malas.
...*****...
Satu tahun Gieno menjalani profesinya sebagai seorang pawang panggilan dari pekerja perlindungan lingkungan. Uang yang didapat laki-laki itu tidak main-main. Gieno dan Yezo juga sudah berpindah rumah, mereka tidak lagi tinggal di rumah kardus milik Yezo. Satu bulan setelah mereka bekerja sebagai pawang panggilan, mereka mengontrak sebuah rumah yang lebih layak. Sekarang Gieno memulai bisnisnya dengan modal yang lumayan daro hasil kerjanya selama satu tahun ini.
Gieno mencari seorang pandai besi dan menyuruhnya untuk membuatkan senjata tajam, sesuai dengan design yang dibuat sendiri oleh Gieno. "Kau benar-benar ahli dalam hal ini," puji Yezo saat melihat hasil karya tangan Gieno.
"Sekarang total anggota Zero sudah mencapai dua puluh orang, aku yakin akan ada banyak geng lain yang ingin bersaing dengan kita. Namun, kita harus memanfaatkan itu untuk memulai bisnis. Kita harus mencari relasi yang berasal dari orang-orang penting," papar Gieno.
"Geng Selatan kemarin melihat pisau karakter buatanmu dan mereka menanyakannya kepada Yanto. Kata Yanto, ketuanya ingin bertemu denganmu. Sepertinya mereka tertarik, bagus kalau mereka memesan dengan jumlah banyak," ucap Yezo.
Gieno tersenyum puas. "Baguslah, Geng Selatan cukup ternama. Anggota mereka sekarang sudah mencapai ratusan, aku yakin kenalan mereka pasti juga banyak dan ternama. Kita akan mulai dari mereka." Gieno tersenyum miring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
fan
🤣🤣🤣🤣 ya kali bilang² mau bunuh,lah horoe bet ya 😂😂😂
Yezo somplak
2023-07-24
0
Erni Sasa
kirain latar,y bukan di konoha😂😂
2023-01-05
0
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
tulisan dan bahasanya rapi kak,semangat kak👍👍👍
2022-04-29
2