Iblis Penguasa Zero
"Kau benar-benar tidak berguna, selama ini aku sudah begitu ingin melenyapkanmu pecundang," desis Abraham.
"Kasihan sekali kakakku menikah dengan laki-laki lemah sepertimu, bahkan kau juga ingin mengajarkan sifat pecundangmu itu kepada putramu?" ejek Heiki.
"Apa yang kalian inginkan, hah?" bentak Jino.
"Aku ingin kau segera mati, aku muak melihatmu masih berkeliaran di bumi ini. Kalau bukan karena anakku, kau sudah lama lenyap dari dunia ini," geram Abraham.
"Tidak usah banyak bicara Pa, langsung saja penggal kepalanya," sinis Heiki.
"Ada kata-kata terakhir?" ejek Abraham.
Jino menatap mantan ayah mertuanya itu dengan pandangan tajam. "Pada suatu hari, kau akan merasakan berada diposisiku Tuan Barka. Aku bersumpah, kau akan mengalaminya," desis Jino.
Abraham dan Heiki tertawa keras, isyarat akan mengejek perkataan Jino. "Sudah akan mati saja kau masih banyak omong," ucap Heiki.
"Bersiaplah." Abraham mengangkat samurai yang berada ditangannya. Jino menatap sendu ke arah sebuah tembok, di balik tembok itu ada seorang anak laki-laki berumur delapan tahun sedang menatap polos ke arahnya. Jino tersenyum hangat ke arah anak laki-laki itu sebelum kepala dan badannya berpisah karena samurai Abraham.
Pats …. Anak laki-laki yang sedari tadi diam menatap kejadian itu melotot dengan wajah terkejut. "Papa," gumamnya pelan.
Gieno De Larga, anak satu-satunya dari Jino De Larga dan mendiang Hana De Larga. Hana De Larga meninggal dunia tepat setelah melahirkan puteranya, Gieno De Larga. Anak berumur delapan tahun itu menyaksikan secara langsung aksi pembantaian sang ayah. Gieno dengan jelas melihat kepala ayahnya menggelinding terpisah dari tubuhnya.
.
.
.
Plak …. "Akhh … sakit Kek." Suara pekikan dan tangis seorang anak laki-laki menggema di dalam sebuah ruangan gelap.
"Jangan lemah, kau harus kuat sebagai laki-laki. Jangan mengikuti jejak papamu yang pecundang itu," bentak Abraham. Laki-laki yang sudah cukup berumur itu terus melayangkan cambukannya ke tubuh Gieno.
"Kau harus jadi kuat, kau adalah pewaris untuk Barka Group. Huh … jika bukan karena Nayry tidak bisa hamil lagi, aku tidak sudi menjadikanmu pewaris Barka." Abraham berbicara disela aksinya.
Cklek …. "Pa, ada tamu yang datang. Tinggal saja anak itu, biar aku yang melanjutkannya." Heiki mendekat ke arah Abraham dan Gieno yang sudah terkulai lemas.
"Siapa?" tanya Abraham.
"Tuan Riko," sahut Heiki.
"Baiklah, kau urus anak ini." Setelahnya Abraham pergi dari sana.
Heiki menatap datar anak laki-laki yang sudah tergeletak lemas di atas lantai. Dengan tidak berperasaan Heiki menendang kaki Gieno sehingga membuat anak laki-laki itu mengerang kesakitan. "Tidak usah lemah kau, aku sebenarnya muak melihat wajahmu ini." Heiki menatap datar Gieno.
"Sayangnya anakku perempuan, tapi tidak apa-apa. Kami bisa memanfaatkanmu nantinya," sambung Heiki.
Setiap hari, Gieno disiksa oleh Abraham dan Heiki. Tidak jarang Nayry, yang merupakan istri dari Heiki ikut menyiksa Gieno hanya untuk meluapkan kekesalan. Gieno tumbuh menjadi laki-laki kebal dengan segala siksaan sebab didikan dari Abraham dan Heiki. Laki-laki itu tumbuh dan berkembang menjadi seorang laki-laki dingin dan kejam. Lontaran kebencian selalu diterimanya, bahkan keluarga mendiang ibunya itu sering sekali memaki nama ayah Gieno yang sudah mereka bunuh.
Abraham dan Heiki berhasil membangunkan jiwa iblis di dalam diri Gieno. Tepat saat laki-laki itu berumur tiga belas tahun, Gieno melarikan diri dari kediaman Barka. Saat pembantaian ayahnya, Gieno memang masih berumur sangat kecil. Namun, dia sudah mengerti jika sang ayah ditindas oleh keluarga ibunya sendiri. Gieno bertekad untuk membalaskan dendam sang ayah, laki-laki remaja itu ingin membuktikan marga De Larga yang selama ini diejek dan dihina oleh mereka bisa berada di atas segala-galanya.
...*****...
Gieno terus melangkah tanpa tujuan, anak remaja berumur tiga belas tahun itu melakukan apa saja untuk bisa bertahan hidup di dunia luar. Saat sedang berjalan Gieno mendengar jeritan kesakitan dari seseorang. Gieno mencari dan terus mendekat ke arah sumber suara. Dari kejauhan Gieno dapat melihat seorang laki-laki sedang berusaha menghindar dari seekor anjing gila.
Gieno memicing, laki-laki itu melirik sekeliling dan tersenyum miring saat menemukan sesuatu. "Sepertinya seru kalau mempraktekkan di dunia bebas seperti ini," gumam Gieno senang.
Gieno mengambil sebuah besi runcing, kecil tetapi cukup mematikan jika bersarang ke dalam daging. Gieno memicing mencoba membidik anjing gila yang masih mencoba menangkap mangsanya. "Satu … dua … tiga."
Pats …. Tepat sasaran, besi runcing yang dilemparkan oleh Gieno tepat mengenai jantung binatang gila itu. Tepat saat itu juga binatang itu terjatuh tak bernyawa. Gieno tersenyum puas melihat hasilnya. "Tidak sia-sia kakek tua dan laki-laki bangsat itu mengajariku selama ini," ucap Gieno sinis.
Setelahnya Gieno mendekat ke arah laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya. Gieno menatap datar laki-laki itu. "Ada yang luka?" tanya Gieno.
"Tidak ada, terima kasih," sahut laki-laki itu.
Gieno mengangguk singkat. "Kau punya rumah?" tanya Gieno to the point.
"Ada, rumah kardus," sahut laki-laki itu.
Gieno mengernyit bingung. "Rumah kardus?" tanya Gieno.
"Iya, rumahku terbuat dari kardus bekas yang sudah dibuang oleh orang," jelas laki-laki itu.
Gieno bingung, tetapi laki-laki itu tetap mengangguk singkat. "Kenapa memangnya?" tanya laki-laki itu.
"Tidak, aku hanya ingin menumpang," sahut Gieno santai.
"Wah, benarkah? Aku memang tinggal sendiri, ayo ikut aku kalau begitu. Aku senang kalau akan mendapatkan teman." Laki-laki itu berjalan mengajak Gieno menuju rumahnya.
"Oh iya, namaku Uding. Siapa namamu?" tanya laki-laki bernama Uding itu.
"Kenapa jelek sekali namamu?" tanya Gieno santai.
"Apa? Memangnya namamu siapa?" tanya Uding tidak merasa tersinggung.
"Gieno De Larga," sahut Gieno.
"Wah, memang bagus namamu ternyata," puji Uding.
"Jangan pakai nama jelek itu lagi, telingaku gatal jadinya," hina Gieno tanpa basa-basi.
"Terus aku harus pakai nama apa? Itu kan memang namaku," ucap Uding bingung.
Gieno terdiam dengan wajah terlihat sedikit berpikir. Beberapa menit terdiam Gieno kembali bersuara. "Yezo Aska," celetuk Gieno.
"Hah?" tanya Uding.
"Mulai sekarang namamu Yezo Aska, kupanggil kau Yezo," ujar Gieno.
Uding menatap wajah Gieno berbinar. "Yezo Aska? Aku dapat nama baru." Uding tersenyum senang.
Gieno dan Yezo terus bercerita disela langkah mereka menuju rumah kardus milik Yezo. Gieno laki-laki dingin nan ceplas-ceplos itu begitu sesuai dengan Yezo, laki-laki ceria yang begitu cerewet. Yezo tidak berhenti mengomel meski Gieno tidak merespon kalimatnya.
...*****...
Kediaman Barka ….
"Ke mana anak bangsat itu pergi!" murka Abraham.
"Dasar anak bodoh, diberi hidup enak di sini malah kabur. Dia memang sama bodohnya dengan mendiang ayahnya itu," hina Heiki.
"Aku sudah mendidiknya susah payah, anak brengsek itu," geram Abraham.
"Sudahlah Pa, ke mana dia akan pergi. Aku yakin dia akan kembali lagi ke sini, dikira gampang hidup dijalanan," ejek Heiki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
_n_
kak lia gak pernah gagal bikin cerita 👏👏👏
2023-10-30
2
_n_
iya sih emang bener kata gie,😂😂. sorry ta yez
2023-10-30
1
Khaanza
ini juga karya nya kak ternyata, seruu juga 🥰🥰
2023-03-31
0