Sepuluh tahun lalu untuk pertama kalinya naga sebesar Jupiter Itu muncul. Dunia dilanda kekacauan, semua orang jatuh kedalam kepanikan, negara saling berperang, nuklir saling berjatuhan, Mak Ijah naik ke bulan dan satu piece akhirnya tamat.
Itu adalah masa paling kacau dalam sejarah manusia modern.
Bagaikan seorang tamu yang baik dengan sopan santun, naga Emperor datang untuk mengetuk.
Benar mengetuk langit, atau lebih tepatnya dia meninju sebuah perisai yang melindungi bumi. Setiap tinjunya menyebabkan bumi berguncang hebat, bencana terjadi di mana-mana. Dan yang lebih buruk setelah ketukan dari Emperor Dragon, muncul gerbang misterius yang mengeluarkan monster di seluruh dunia.
DUUUUM!
Dentuman kuat berasal dari Emperor Dragon yang menghantam langit. Dampak dari ledakan membuat bumi berguncang hebat, mobil-mobil di sekitar terlempar beberapa meter dari tanah sementara kaca seluruh gedung pecah.
Di tengah-tengah kekacauan itu semua orang diam dan terus menatap langit, mereka seolah terhipnotis oleh kemunculan Emperor Dragon.
“Awas!.” aku dengan refleks mendorong Akila yang hampir tertabrak truk. Kemudian kami terlempar ke trotoar jalan, aku masih berada di atas tubuhnya mencoba untuk melindungi dari serpihan kaca yang berjatuhan.
“Ghaak…” aku merasakan punggungku tersayat oleh serpihan kaca, darah mulai mengalir dari pakaian yang aku gunakan. Beberapa serpihan melukai kepala membuat darah yang bercucuran mengenai wajah Akila. Darah yang menetes membuat Akila tersadar dari hipnotis.
“Kuman!.” suaranya terdengar begitu khawatir.
“A….apa yang kau lihat?” seluruh tubuhku terasa sakit sampai ke tulang, hingga aku kesulitan untuk berbicara, “Apa makhluk jelek itu masih mengintip?.”
Akila hanya mengangguk sebagai jawaban, aku dapat melihat dengan jelas ketakutan di wajah salah satu manusia terkuat itu. Seberapa pun kuatnya manusia, jika dibandingkan dengan Emperor Dragon, mereka hanya sebuah debu.
Kekacauan mulai terjadi ketika semakin banyak orang yang tersadar dari hipnotis, semua orang berlarian untuk mencari perlindungan, mereka tidak peduli dengan apapun dan terus berlari. Walaupun mereka tahu jika tidak ada tempat yang aman untuk bersembunyi dari makhluk sebesar planet.
“Kita harus segera mencari tempat berlindung, tidak kita harus ke rumah sakit.”
“Tidak apa-apa aku bisa menahan ini.” aku mulai bangkit, tanpa memperdulikan rasa sakit di punggung aku mengulurkan tangan untuk membantu Akila berdiri. Darah yang menetes dariku membasahi masker yang dia gunakan hingga Akila terpaksa melepasnya.
Tapi naga sebesar Bagong itu kembali memukul langit.
DUUUUM!!!
Dua pukulan, ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
“Huwaaa!”
“Kyaaaa!”
Terdorong oleh dampak pukulan aku kembali terjatuh tepat di atas Akila. Tanpa sadar bibir kami saling bertemu, terasa begitu lembut, agak lengket karena lipstik rasa buah yang dia gunakan.
Dia menatapku dengan mata lebar, pipinya mulai memerah. Sudah pasti dia sangat marah karena aku berani mencium bibirnya.
‘Sial, aku mati kali ini.’ pikirku, entah apa yang akan dia lakukan. Mungkin Akila akan menghajar ku hingga tubuhku menju bubur daging, atau dia akan menangkap ku untuk di siksa secara perlahan seumur hidup. Tapi semua ketakutan itu lenyap ketika aku melihat Akila mulai menangis.
Seketika aku teringat dengan perkataan ibuku sebelumnya, dia bukan monster atau sesuatu yang mengerikan, dia hanya seorang gadis.
Tubuhnya bergetar, entah dia takut pada Emperor Dragon atau karena aku menciumnya? Aku tidak tahu jika seorang Hunter tingkat S bisa ketakutan hingga tubuhnya bergetar.
Aku mencoba untuk membuatnya tenang dengan menyentuh pundaknya, aku pikir itu berhasil karena tubuhnya perlahan berhenti bergetar. Kami tetap berada di posisi itu cukup lama, hingga berakhir dengan lidah kami yang saling beradu.
***
Aku tidak lagi merasakan sakit di punggungku, walaupun sebelumnya aku merasa akan dikirim ke akhirat. Darah di punggung juga telah berhenti mengalir, aku tidak tahu apa penyebabnya.
Keadaan menjadi agak tenang setelah Emperor Dragon telah menghilang dari langit. Walaupun begitu semua orang telah bergegas untuk mengungsi karena mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Perhatianku kemudian terarah pada Akila yang wajahnya tertutupi oleh masker bernoda darah yang sebenarnya dia lepas. Aku tidak dapat melihat wajahnya karena topi yang dia gunakan diturunkan.
“Ini tidak berjalan sesuai rencana, aku sungguh meminta maaf untuk ini.” aku mencoba meminta maaf dengan tulus karena tidak ingin tindakan yang tidak sengaja aku lakukan membuat Akila murka.
“A… aku paham, tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi kedalam Emperor Dragon.” setiap dia berbicara aku dapat melihat pipinya yang merah karena marah.
“Baiklah, sebaiknya kita akhiri sampai di sini. Kau pasti khawatir dengan keadaan ibumu bukan?.”
“Ya, aku tidak bisa menghubunginya.” berulang kali aku mencoba menelfon ibu tapi tidak ada jawaban.
“Hanya berselang setengah jam setelah kedatangan Emperor Dragon, setelah itu outbreak akan terjadi. Kau harus memastikan agar ibumu berada di tempat aman seperti bunker sebelum banjir monster datang.” Akila memberikan saran padaku.
“Anda benar, kalau begitu saya mohon pamit.”aku menundukkan kepala di depan Akila, “Dan tentang apa yang baru saja terjadi…”
“I… itu hanya sebuah kecelakaan, kesampingkan itu. Kau sebaiknya segera melihat keadaan ibumu.” Akila mendorongku untuk segera pergi, dia pasti sangat membenciku karena telah menciumnya.
Aku berlari menuju motor yang aku parkir di tempat parkiran tidak jauh dari pusat perbelanjaan, Sementara itu Akila telah mengganti sepenuhnya penampilannya sebagai Hunter rank S. Akila bersiap untuk melawan para monster yang datang saat outbreak.
***
Mengendarai motor aku bergegas menuju rumah. Setelah sampai aku begitu terkejut melihat beberapa goresan di dinding luar yang menandakan jika beberapa monster sebelumnya telah berada ditempat ini.
Dengan panik aku bergegas menuju rumahku, terdapat beberapa mayat monster tergeletak di lantai.
“Ibu! Ibu!.”
Sambil terus mencari di seluruh ruangan, aku terus memanggil satu-satunya keluarga yang aku miliki. Hingga aku akhirnya menemukan jejak darah yang mengarah ke kamar mandi.
“Bu! Apa ibu di dalam?.” tanyaku sambil menggedor-gedor pintu toilet.
“Ku…ma...” suara ibuku terdengar begitu lemah. Tanpa pikir panjang aku mendobrak pintu toilet dan mendapati ibu dalam kondisi yang begitu lemas karena kehilangan banyak darah akibat luka di lengan kanannya.
Sebuah pisau dapur penuh darah berada di tangan ibu menandakan jika dia lah yang telah membunuh semua monster yang berhasil masuk ke dalam rumah.
“Mom bertahanlah aku akan membawamu ke rumah sakit!.” aku mengangkat tubuh ibuku dengan membopongnya. beberapa kali monster muncul tapi aku berhasil mengalah kan mereka dan segera menggunakan motor untuk pergi.
Secepat mungkin aku memacu motor menuju rumah sakit. Melihat keadaan ibu yang semakin lemas karena kehilangan banyak darah membuatku semakin panik.
Aku tidak henti-henti berharap jika masih ada waktu untuk menyelamatkan ibuku, tapi seolah takdir berkata lain. Tiba-tiba saja sekawanan monster datang dari arah berlawanan menunju kearah ku.
Braak!
Motor yang aku tumpangi ditabrak oleh kawanan monster hingga membuatnya meledak, tubuhku terpental bersama tubuh ibuku. Aku mendarat dengan kerah di aspal jalan, terasa begitu sakit tapi aku menahannya. Aku sangat khawatir dengan keadaan ibu.
Ibu masih tidak bergerak sementara di sekitarnya banyak monster yang ingin memakannya. Dengan cepat aku berusaha menolong ibuku, aku berlari kearah para monster dengan pisau dapur yang sebelumnya ibu gunakan.
“Jangan sentuh Ibuku dengan tangan itu, monster!.” aku berteriak ketika hendak menyerang salah satu monster, tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Gin!
Terjadi percikan api. Seperti membenturkan sebuah pisau pada tiang besi. Kulit monster rank tinggi begitu keras perlu teknik khusus untuk melukai mereka.
***
END
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Astraloud
Ohhh Noooo
Anda bukan Michael Myers bung.
2022-03-30
1
lid
next thor
2022-03-29
0
*
lawan moster pake pisau dapur 🤣🤣
2022-03-28
1