Hidup adalah sebuah perjalanan.
Sebuah perjalanan memerlukan tujuan.
Tujuan untuk mencari sesuatu yang berharga.
Sesuatu yang nantinya akan menceritakan siapa diri kita, dan seperti apa perjalanan hidup yang telah kita jalani.
***
Monster dimana-mana, ibuku terkapar di jalan dengan darah yang terus mengalir. Para monster menatap ibu yang tidak bergerak dengan air liur menetas.
Aku harus menyelamatkannya,
Aku harus
Karena hanya ibu yang aku miliki di dunia ini.
Karena hanya ibuku yang masih tersisa.
Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika kehilangan dirinya, satu-satunya keluarga yang aku miliki.
Ging!
Aku berusaha melawan monster di depanku. Monster itu samasekali tidak bergerak saat aku menyerangnya menggunakan pisau dapur yang sudah penyok.
Goraaa!
“BERHENTI!.”
Aku berteriak sekeras mungkin ketika melihat salah satu monster mengangkat tubuh ibu bersiap menelannya bulat-bulat.
Braak!
“Gahak!”
Menghawatirkan ibuku, membuat fokus pada monster yang aku hadapi terganggu. Akibatnya aku terkena hantaman keras yang membuat tubuhku terlempar kebelakang dan darah dimuntahkan dari mulut.
“Be… br.. berhen… ti!.” tubuhku terasa remuk, namun aku mencoba untuk kembali berdiri.
Tatapanku tertuju pada tubuh ibu yang siap untuk dilahap oleh monster. Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku mencoba untuk berlari.
Krac!
Terdengar suara tulang patah disertai dengan rasa sakit yang begitu parah, kemudian keseimbangan tubuh terganggu hingga aku terjatuh. Rasa sakit yang semakin menjadi-jadi membuat aku sadar jika tulang kaki telah patah.
Tapi selama masih bisa bergerak aku akan tetap berusaha. Menggunakan tangan aku merangkak menuju ibu, namun kembali para monster menghalangiku.
Braaak!
“Ghaaaak!.”
Salah satu monster menginjak tubuhku dengan begitu kuat. Rasanya seisi perutku telah diledakkan hingga darah kembali membanjiri mulut.
“Tidak…. Aku mohon….” air mata darah mengalir di wajahku ketika melihat kepala ibu telah masuk kedalam mulut monster. Jika gigi-gigi tajam monster itu tertutup niscaya kepala ibu akan terlepas dari lehernya.
Andai.
Andai saja aku memilih kekuatan.
Kekuatan yang dapat membuatku berpindah tempat dalam sekejap mata.
Aku akan menggunakan kekuatan itu untuk menyelamatkan ibu dari kematian yang seharusnya dapat dia hindari.
Tapi bagaimana aku dapat memiliki kekuatan seperti itu, aku hanya seorang Hunter yang lemah, yang bahkan belum mendapatkan kebangkitan.
Akan aku korbankan segalanya.
Segalanya.
Hanya untuk menyelamatkan ibuku.
Bahkan jika itu berarti menjual jiwaku untuk…
Iblis.
Pyas! Tiba-tiba sebuah kilatan bersinar cepat, itu seperti sebuah kilatan dari kamera. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang aku rasakan hanya kesunyian.
Sangat sunyi, semua monster yang semula berteriak menciptakan keributan sekarang terdiam.
Begitu sunyi hingga tidak ada suara serangga yang aku dengar.
Seolah seseorang telah menekan tombol pause pada dunia. Semua yang aku lihat diam membisu dan berhenti bergerak.
Tubuh para monster tidak bergerak sedikitpun seolah mereka hanya patung. Aku terus menatap ibu yang hampir dilahap oleh monster.
“Apa yang sebenarnya terjadi?.” tanyaku yang mencoba untuk bergerak, tapi kaki monster yang menginjak tubuhku tidak dapat aku pindahkan, tubuhku yang sudah begitu lemas tidak dapat menggerakkan kaki monster walaupun satu inci yang membuatku terjepit.
Dalam usahaku untuk lepas dari kaki yang menahan tubuhku, penglihatan ku menangkap sesosok menyeramkan berjalan dari belakang barisan monster.
Dia berjalan dengan mudah melewati para monster yang mematung, hingga akhirnya dia sampai di depanku.
Tubuhku merinding ketakutan saat melihat sosok itu.
Tubuhnya bungkuk, membawa sebuah tongkat untuk membantu berjalan. Dengan rambut acak panjang tidak terurus dan riasan hitam di wajah yang keriput serta gigi ompong, sosok itu seperti seorang nenek-nenek.
Tapi sorot matanya yang merah menyala membuktikan jika dia bukanlah manusia.
“Heeeeehehehe...”
Tawa yang begitu khas, seolah aku kembali lagi melihat mimpi buruk masa kecilku.
“Anak muda kau sadar dengan apa yang kau minta?.” dia bertanya padaku dengan senyum iblis.
Sebelum aku menjawab, tatapanku teralihkan pada ibu yang siap dimakan oleh monster.
“Kau akan kehabisan waktu, dan tidak akan ada tawaran kedua kalinya.” wanita tua yang terlihat seperti seorang penyihir dalam cerita Wizard of Oze, dia mendesak aku untuk segera menentu pilihan.
“Aku bersedia! Apapun yang bisa aku korbankan untuk menyelamatkan ibuku!.” dengan panik aku kembali menawarkan apapun yang aku miliki.
“Heeeeehehehe, pilihan sudah ditentukan. Sekarang kau akan menjadi budak ku!.” nenek ini berkata seorang hidupku akan sengsara setelah aku menjual jiwaku. Tapi jika itu untuk keselamatan Ibu, apapun bisa aku jalani tanpa penyesalan.
“Kalau begitu saatnya untuk makan!.”
“Heh!.”
“Heeeeeehehe…”
Nenek menyeramkan itu membuka lebar mulutnya lalu dengan cepat menggigit lenganku. Dia memakan daging, menggerogoti jari-jari hingga tulang. Seluruh lenganku di makan habis di depan mataku sendiri.
“.....”
Rasanya begitu menyakitkan hingga tidak ada suara dalam teriakan ku, yang bisa aku lakukan hanya terus menangis darah mengeratkan gigi menahan sakit.
Kurang dari satu menit lenganku telah habis dimakan, nenek itu terlihat puas saat menyingkirkan darah dari mulutnya. Aku terus menatapnya dengan penuh ketakutan.
“Heeeeeehehehe. Daging yang lumayan, apa kau selalu mencuci tangan kiri itu begitu bersih hingga tidak ada sedikitpun rasa kotoran yang tersisa.” dia berbicara begitu tenang seolah memakan daging manusia adalah hal biasa untuknya.
Aku tidak dapat menjawab pertanyaan, rasa sakit dari kehilangan lengan kiri membuatku tidak dapat berpikir.
“Pembayaran telah di terima, sekarang saatnya untuk memberimu apa yang telah aku janjikan. Heeeeehehehe.”
Senyum lebar dia tunjukkan padaku, senyum iblis yang begitu menakutkan hingga jiwaku serasa membeku.
“Heeeeehehehe… sekarang bangun, selamatkan ibumu!.”
Wuuusss
Braak!
Nenek itu memukul wajahku dengan tongkat kayu yang dia gunakan untuk berjalan. Saat menerima pukulan tiba-tiba aku mendapati semua telah kembali normal, suara monster terdengar di mana-mana dan ibuku masih dalam bahaya.
‘Apa yang baru saja adalah mimpi.’ melihat semua yang tidak berubah membuatku merasa pertemuanku dengan nenek tua yang memakan lengan kiri ku hanyalah sebuah mimpi.
Tapi tidak karena rasa sakit itu kembali,
Kembali untuk memberitahukan jika lengan kiri itu telah lenyap.
Suara nenek itu terdengar di kepalaku.
“Tap… i … bag…aima….na?” mencoba menahan rasa sakit aku bertanya.
“Itu…. Telep.....”
Aku mengangkat tangan kananku untuk diarahkan ke arah ibu yang hampir setengah badannya masuk kedalam mulut monster.
“JUMP.”
BLAAAR!
Ledakan listrik terjadi begitu besar, tubuhku menghilang dari bawah kaki monster tiba-tiba muncul di kepala monster yang hendak menelan ibuku.
Dengan cepat aku meraih tubuh ibuku laku kembali melakukan lompatan yang sebelumnya aku lakukan.
Blaaar!
Ledakan listrik kembali terjadi dan tubuhku beserta ibu menghilang dari pandangan para monster. Posisi kami kembali ketempat dimana tubuhku diinjak.
Dengan hanya satu tangan yang tersisa aku memeluk ibuku, bersyukur aku masih dapat mendengar nafasnya yang masih berjalan.
Suara bebek tua menyadarkan aku jika saat ini aku masih berada di tengah-tengah kawanan monster yang siap untuk menjadikan aku dan ibuku menu makan malam.
Di saat aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, suara serak nenek tua itu kembali terdengar.
Tempat aman disaat seperti ini tentu adalah bunker keselamatan, sementara tempat dimana Ibuku bisa diselamatkan ada sebuah rumah sakit.
“Pusat kesehatan bunker!.” aku mencoba memikirkan tempat tersebut, sementara para monster sudah bersiap untuk menerkam ku.
Itu hanya waktu dan jarak yang begitu dekat.
Mulut lebar tepat berada di depanku bersiap untuk mengunyah kepalaku, tapi tiba-tiba kilatan cahaya terjadi dan semua monster itu lenyap.
Sekarang pemandangan yang ada di depanku adalah manusia bukan monster. Manusia dalam jumlah banyak menatap ke arahku.
***
END.
[Note : ada yang tahu suara tawa siapa itu? Suaranya benar-benar Legend di tahun 2000an]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Aryanti endah
Mak lampir, neneknya gerandong /Facepalm/
2025-02-03
0
rachmat hidayat
suaramak lampir kali ya ? hehehehehehehhe
2024-10-03
0
Astraloud
Wahhh seru....
2022-03-30
1