"Makanlah dulu, setelah itu kuantar kau pulang." Pria itu meletakkan beberapa menu makanan beralas nampan diatas ranjang setelah menerimanya dari pelayan hotel.Andrea menatap semua makanan itu tanpa nafsu.
"Bajumu menyusul sebentar lagi!" Gadis itu diam.Tangannya meremas kerah jubah handuk yang dipakainya,sebenarnya Ia ingin memakai pakaiannya semalam tapi Ia bahkan tidak ingat sebringas apa Pria disampingnya ini sampai gaun yang dikenakannya robek sana sini.
'L**ivya marah tidak ya kalau tau gaun yang dibelinya robek tak berbentuk begitu?'
"Makanlah!" Andrea menggeleng lemah.Ia benar benar tidak berselera.Bagaimana bisa Ia makan sementara Ia belum tau bagaimana nasib adiknya.Terdengar helaan napas dari Pria itu, Ia yang sudah beberapa kali menyuap nasi goreng pesanannya kini meletakkan sendok ditangannya kembali.Meraih sebotol air mineral dimeja disamping ranjang.
Beberapa saat berikutnya pintu diketuk lagi dari luar,Seorang pelayan berambut pendek tersenyum kearah Pria itu begitu pintu dibuka. Matanya sempat melirik Andrea yang hanya memakai jubah handuk.
"Tuan, ini pakaian yang anda minta" Katanya sambil menyerahkan benda ditangannya. Melirik Andrea lagi.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Pria itu ketus.
"Eh," menggaruk kepalanya."Tidak Tuan, maafkan saya" Menunduk sopan kemudian pergi.
"Bersihkan tubuhmu dan pakai ini!" Ucap Pria itu sambil menyerahkan sepasang baju pada Andrea.Andrea menerima nya,sebenarnya ia ragu untuk kekamar mandi mengingat bergerak sedikit saja miliknya terasa sakit. Tapi tidak mungkin juga Ia meminta Pria itu menggendongnya kan?
Andrea bangkit.Menggigit bibirnya kuat kuat, Perlahan mulai memajukan kakinya.
"Biar kubantu!" Suara itu membuat Andrea menoleh,dan detik berikutnya Ia sudah berada didalam gendongan pria itu.
"Tuan," Andrea meronta.
"Jangan bergerak nanti kau jatuh!" Mata itu menatapnya tajam,membuat Andrea tidak berani melawan.Pria itu membawanya kekamar mandi.Mendudukkan tubuh mungil itu ditepi bath up.
"Apa kau bisa mandi sendiri?Atau perlu kubantu juga?" Andrea melotot.Pria itu tersenyum geli.Andrea memalingkan wajahnya.
'kenapa dia sangat tampan saat tersenyum begitu si?'
"Baiklah,panggil aku kalau sudah selesai"
Pria itu keluar.Andrea bernapas lega.Kini pandangannya tertuju pada cermin besar didepan bath up.Andrea terbelalak tak percaya dengan yang dilihatnya,pantulan dirinya dicermin nampak sangat jelas.Dan apa itu?
'Aaaaa leherku!!!'
Gadis itu mendekat kecermin, rasa sakit pada bagian bawahnya kini serasa hilang berganti dengan ketakutan.Disibakkan nya rambutnya untuk memeriksa lebih detail lagi.
'Kenapa banyak sekali?!"
Sekitar satu jam lebih Andrea baru keluar dari kamar mandi.Nampak Pria itu tertidur disofa karena menunggunya.
'Baguslah dia tidur, aku bisa keluar dari sini sendiri,aku harus bilang apa kalau ada yang melihat saat dia mengantarku!'
Andrea melangkah pelan pelan menahan sakit menuju pintu keluar.Baru saja tangannya meraih handle pintu,sebuah tangan kekar mengapit pinggangnya,Andrea menoleh kebawah, lalu menoleh cepat kesamping menyadari sesuatu juga menyentuh bahunya.
Mata gadis itu terbelalak menyadari kini wajah keduanya sangat dekat.
'Aish, jadi dia tidak benar benar tidur?!'
"Tu,Tuan" Andrea mencicit.Merasa sangat risih dipeluk dari belakang seperti itu.
"Tuan,tolong jangan seperti ini!" Takut juga kalau-kalau Pria itu bertingkah sampai merobek baju nya lagi.
"Kau takut?"
Pertanyaan apa itu? Ya jelas aku takut!
"Tolong jangan sakiti aku lagi,kumohon!"
"Siapa yang mau menyakitimu?Aku hanya menahanmu supaya kau tidak kabur!" Andrea terdiam. "Aku sudah bilang akan mengantarmu kan? kenapa kau malah ingin melarikan diri,hm?" Suara yang terdengar manja ditelinga gadis itu.Pelukannya masih belum mengendur.
"Iya aku tidak akan kabur, lepaskan aku!"
"kalau kau berbohong bagaimana?" Tangan satunya sudah memainkan surai gadis itu.
'Dia ini kenapa sih?'
"Apa kau akan membunuh ku?"
Pria itu tergelak.Melepaskan pelukannya. Kemudian matanya beralih pada leher gadis itu.Menyadari mata Pria itu memperhatikan lehernya Andrea cepat cepat merapikan rambutnya lagi.Pria itu tersenyum.
"Maaf ya" Kini berganti dengan tawa kecil. Andrea merasa wajahnya memanas.
"Apakah kau selama itu dikamar mandi untuk menghilangkan bekas itu dari lehermu?" Andrea terdiam. Pria itu terkekeh.
"Kau polos sekali ternyata! nanti aku beri tau caranya, sekarang Ayo!"
'Aaaa turunkan akuuuu! '
"Tuan, aku bisa berjalan sendiri, sungguh aku tidak apa apa!"
"Aku yang mau menggendongmu jangan banyak protes! Mau aku marah dan mengoyak bajumu lagi?" Andrea menggeleng cepat. Akhirnya Ia pasrah saja ketika Pria itu menggendong nya sampai bawah.Mata mata yang lalu lalang dihotel itu nampak intens melihat pria itu menggendong Andrea. Mereka berbisik bisik membuat Andrea sangat risih.Ia menutupi wajahnya dengan satu tangan.
....
"Benar kau tinggal disini?" Tanya Pria itu heran menatap rumah susun kumuh didepannya dari dalam mobil.Andrea mengangguk.
"Baiklah,ayo kita masuk!" Belum sempat Pria itu membuka pintu mobil lengannya ditahan, Pria itu menoleh,tangan gadis itu mengapit lengannya.Menyadari itu Andrea cepat cepat melepaskan tangannya.
"Tuan,Tuan tidak perlu masuk,biar aku sendiri saja,sepanjang jalan tadi aku berpikir,ini kan juga kesalahanku, mari saling melupakan yang terjadi.Tuan sudah berbaik hati mengantarku,Aku sangat berterimakasih, tadinya aku pikir begitu bangun,Tuan akan menendangku,ternyata aku salah,jadi akan sangat egois kalau aku membiarkan tuan masuk, tempat ini sangat tidak pantas untuk orang orang sepertimu."
'pergilah sekarang dan semoga tuhan tidak mempertemukan kita lagi!'
"Sudah bicaranya? Aku bilang akan mengantarmu kan?"
"Tuan,Tuan tidak perlu mengantarku sampai kedalam,Orangtua ku pasti akan sangat marah kalau tau aku pulang dengan Pria setelah tidur dengannya!"
"Biar aku yang mengurus mereka"
"Tuan,kumohon!"
"Kau ini kenapa sih?! Ada laki laki yang ingin bertanggungjawab kau malah tidak mengizinkan!" Andrea diam.Nyalinya mulai ciut mendengar bentakan Pria itu.
'kau yang aneh sih, harusnya kau melepaskan aku saja!'
"Ambil ini! " Memberikan sebuah kartu nama.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" Meski tidak melihat secara detail kartu nama itu,Andrea tetap menerimanya.
"Baiklah, aku akan keluar" Andrea sudah akan membuka pintu tapi Pria itu menahannya.
"Siapa namamu?" Andrea terdiam sesaat, Haruskah memberitahu namanya?
"Panggil saja aku Rea" Gadis itu keluar dari mobil mewah Pria itu.Lalu mulai melangkah pelan dan hati hati. Pria itu masih memperhatikan nya dari dalam mobil.
~
"Dari mana saja kau?!" Suara Bibinya langsung menyambut begitu Andrea masuk kerumah.
"Kapan sih kau tidak membuat otakku sakit?! Aku cuma menyuruhmu bekerja dengan benar untuk membalas jasa kami selama mengurusmu! Apa itu sangat sulit bagimu?!"
Andrea menunduk.
"Gara gara kau, suami ku tidak membuka toko! Anakku tidak kekampus! Mereka sibuk mencarimu! Dasar anak tidak tau diuntung!"
'Jadi livya sudah pulang? Syukurlah!'
Andrea makin menunduk ketika melihat kaki wanita itu berjalan mendekat.
'Bibi tidak melihat leherku kan?'
"Darimana kau dapat baju bagus ini?!" Bibinya sudah menarik kerah baju Andrea.Seingatnya Andrea tidak punya baju macam itu.
"Oh,jangan jangan uangku hilang karna kau yang mencuri nya kan?! Kau beli baju bagus pakai uangku?!"
Andrea menggeleng. "Tidak, Bi"
"Dasar anak sampah, benar benar minta dipukul ya?!"
Andrea sudah memejamkan mata pasrah ketika tangan Bibinya terangkat keatas.
Tapi anehnya sampai beberapa saat berlalu Ia tidak merasakan sakit,Bukankah tadi Bibinya ingin menamparnya?
Mata Andrea membulat ketika menyadari seorang pria dibelakangnya menahan tangan Bibinya yang masih mengudara itu.
"Kau terkejut?" Pria itu tersenyum.
'Kenapa Dia ada disini?!'
"Siapa Kau? Beraninya kau masuk kerumahku?!"
Belum sempat pertanyaan nya dijawab, Suara pintu dibuka dari luar membuat ketiganya menoleh bersamaan.Nampak Livya dan Ayahnya masuk kerumah,wajah lesu mereka berganti dengan ekspresi terkejut ketika melihat keberadaan Andrea.
.....
Dan disinilah mereka sekarang.Duduk diruang tamu dengan sofa yang sudah layak disebut sampah bagi Pria itu dan masih sangat sayang jika dibuang bagi Andrea dan keluarganya.Andrea menunduk mendapati tatapan tajam dari Bibinya.Tapi lihat Pria disampingnya,nampak sangat santai sambil matanya menoleh sana sini menyapu ruangan dirumah itu.
"Bisa kau jelaskan sekarang darimana kau semalam?! dan Siapa Pria ini?!" Bibinya memulai percakapan.
"Istriku,tolong kecilkan volume suaramu!" Pria setengah baya itu menggenggam jemari istrinya.
"Andrea,dari mana saja kau semalaman?"
"Aku," Andrea bingung menjawab pertanyaan Pamannya.
"Dia bersamaku semalam!"
Semua mata kini beralih pada Pria itu.
'Pria ini benar benar!'
"Aku membawa Rea bersamaku semalam, Waktu itu aku tidak sengaja melihat seorang Pria menarik paksa tangan Rea, berusaha membawanya,Aku pikir mungkin itu adalah orang jahat jadi aku menolong nya,Aku kasihan,Rea sampai pingsan dipukul Pria itu karena tidak mau menurut! Ya,begitu,Iya kan Rea?"
Melirik Andrea dan tersenyum.
'Pintar ya mulutnya!'
"Apa benar begitu Andrea?"
Mau tidak mau Andrea mengangguk.
"Lalu kenapa kau terpisah dari Lyvia?"
Andrea melirik Lyvia yang juga meliriknya. Dari gerakan tangan adiknya itu Andrea paham kalau Livya tidak memberitahu orangtua nya mereka mabuk semalam.
"Paman, sebenarnya aku menunggu diluar acara semalam, jadi Livya tidak tau kalau aku hampir diculik!"
'Pintar juga kau beralasan kucing kecil! '
"Paman,Bibi,tolong maafkan aku.." Ucap Andrea sambil menundukkan kepalanya.
"Paman tidak marah, justru paman senang kamu baik baik saja.Tuan,terimakasih karena sudah menyelamatkan anakku,aku tidak tau bagaimana jadinya kalau Tuan tidak menyelamatkan Andrea,Aku akan sangat merasa bersalah karena tidak bisa menjaganya"
"Tidak perlu begitu,Aku senang bisa menolongnya"
"Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikan Anda?"
"Membalas?" Pria itu nampak berpikir. Ayah Livya mengangguk.
"Sebenarnya itu tidak perlu Paman,tapi kalau Paman memaksa aku ingin membawa Rea makan siang bersama besok!"
'Apa?! Dia ini gila atau apa sih?!'
"Tuan, aku tidak bisa memaksa anakku,soal itu kau bisa tanyakan langsung padanya"
"Tuan kurasa itu tidak perlu.." Andrea menjawab dengan suara lembut tapi menatap geram pada Pria disampingnya.
"Bukankah aku sudah menolongmu? Paman mu sendiri yang menawariku" Jawab Pria itu dengan entengnya.Ingin rasanya Andrea mencakar wajah tampan Pria itu.
"Paman,maaf kalau aku lancang, tapi bolehkah aku tau dimana orangtua Rea sebenarnya? Kenapa dia tinggal bersama kalian?"
"Andrea sejak kecil sudah ikut dengan kami, orangtuanya meninggal karena kecelakaan, Jadi aku membawa nya.Andrea sudah seperti anak kandungku,Namaku Peto,Ini istriku, Maria.." Siapa nama Tuan?"
"Aku?" Tunjuk Pria itu pada dirinya sendiri. "Namaku Alexander Dariel Lee"
"TUH KAN!!" Livya yang sedari tadi tidak terlibat percakapan kini nampak antusias. Matanya kini berbinar memandang Pria didepannya.
"Livya, kau kenapa?" Tanya Maria. Livya terkekeh.
"Kau mengenalnya?" Tanya Peto.
"Ayah, siapa yang tidak mengenal Dia?! Pengusaha terkenal yang sering muncul ditelevisi dan seminar seminarnya yang luar biasa itu! Dia juga pernah seminar dikampusku! Tadinya Aku pikir aku salah orang!Oh astaga! ternyata ini memang tahun keberuntungan ku!!" Livya pindah duduk ketengah tengah antara Pria itu dan Andrea.
"Tuan, apa aku boleh minta fotomu?Aku akan pamer pada teman temanku dikampus! Sekaliiii saja! Mau ya?ya ya ya?" Lyvia memasang wajah sok imutnya.
"Livya, jaga sikapmu!" Peto menatap tajam anaknya.Pria bernama Alexander Dariel Lee itu tersenyum.
'A**pa? jadi dia pengusaha?aku pikir Dia pemulung yang menyamar! seperti mantan kekasihku dulu!' ~Maria
"Ayah,tolonglah bekerja sama denganku sekali iniii saja! Oh ya Ampun,Kakak,betapa beruntungnya kau bisa semalaman bersama Tuan Dariel Lee!Kalau tau begini, lebih baik aku yang diculik!"
'Beruntung apanya?' kalau bisa diulang Aku bahkan lebih memilih tidak menuruti mu kepesta sialan itu! '
"Tuan,Maafkan kelakuan anakku" Ucap Peto.
"Tidak masalah"
"Livya, lebih baik kau ikut Ayah membuka toko,Kakakmu biar istirahat saja dulu hari ini"
"Apa? Ayah jangan bercanda! Ada idola ku disini! Tolonglah Yah,"
"Menurutlah pada Ayahmu" Ucap Dariel Lee sambil mengusap lembut puncak kepala Livya.Tubuh Livya menegang. Ia menatap tak percaya Pria disampingnya.
"Oh, ya Tuhan, apa ini mimpi?" Kalau ini mimpi tolong jangan bangunkan aku Tuhan..." Dariel terkekeh melihat tingkah livya.
"Ikutlah dengan Ayahmu, kau harus jadi anak baik dan penurut dulu baru bisa foto denganku!"
Livya mengangguk menatap Dariel. Ia kemudian bangkit dari duduknya dengan semangat.Menarik tangan Ayahnya.
"Ayo Ayah,katanya mau buka toko!"
Dariel makin terkekeh.Andrea tanpa sadar ikut menyunggingkan senyum nya melihat tawa Dariel.
'kenapa melihatnya tertawa membuatku senang begini si?! '
"Nak,Apa kau ingin makan sesuatu?" Tanya Maria dengan suara lembut yang dibuat dibuat setelah mereka hanya tinggal bertiga diruangan itu.Dariel menggeleng.
"Tidak" Singkat, padat, jelas. "Aku ingin mengobrol sebentar dengan Rea,apakah boleh?"
lagi lagi Andrea! kenapa semua pria lebih memilihnya?bahkan pengusaha kaya ini juga menyukainya! bukannya anakku lebih cantik?
Meskipun tidak menyukai permintaan Dariel, tapi akhirnya Maria membolehkan Dariel membawa Andrea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Us_ waaahh
semangat 45 lagi baca dri awal 😎
2024-01-31
1
Iis Mas'adah
biasa kan bibi perempuan pasti ada rasa iri apalagi bkn anak sendiri
2020-11-22
1
Dirah Guak Kui
ternyata bibik tdk baik juga, beda dgn pamannya yg baik terhadap Andrea😇😇😇 😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇
2020-09-24
5