Bab 5 Mengaku Pacaran.

...Hampa itu seperti langkah tak ber-jejak, senja tapi tak jingga, cinta tapi tak dianggap....

...'Raditya Dika'....

...🌹🌹🌹🌹🌹...

Pagi ini Dinda menerima sms dari Adit, yang mengatakan jika rumah Rahimah sudah selesai direnovasi, serta memintanya untuk datang siang ini guna menyambut istri dari bos Adit tersebut bersama teman-temannya yang lain.

Dengan cepat Dinda membalas sms itu.

"Baik Mas, terimakasih karena sudah mengabari," tulis Dinda ringkas.

Menunggu sejenak jikalau mendapat balasan, tapi hingga hitungan kelima menit Adit sama sekali tidak merespon pesannya. Dinda pun meyakini jika Adit tengah sibuk menggantikan pengantin baru di kantor.

Jelas saja, karena Adit adalah sahabat sekaligus asisten dari Abdar, pasti dia yang mengambil alih selagi bosnya itu tidak di kantor.

Tiba-tiba saja ingatannya melayang pada kejadian lebih dari satu bulan yang lalu saat Adit mengaku-ngaku telah berpacaran dengannya dihadapan teman-temannya.

Flashback on.

Dinda, Nurul dan Soraya sedang menghadiri acara 40 hari meninggalnya Pak Ramlan, bapak dari teman mereka. Rahimah.

Usai acara, mereka perkumpulan santai di ruang tamu. Namun, yang ikut berkumpul bukan hanya mereka saja, karena ayah dari anaknya Rahimah juga ikut bergabung bersama adiknya Maryam dan keponakannya Intan, serta Adit sahabat sekaligus asisten Abdar.

"Yank, kamu kok nggak ada manis-manisnya sih sama pacar sendiri?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Adit membuatnya melotot.

Setelah kejadian kapan mana Adit yang membantunya memanas manasi mantan suaminya, sekarang dengan terang-terangan dihadapan temannya dia mengaku pacar dari dirinya tanpa persetujuannya.

"Yank yank, gundulmu peyang," kata Dinda bersunggut-sunggut.

Kejadian kemarin hanya akting, bambanggg.

"Jangan bilang, kalau kalian sudah jadian?" Soraya menatap keduanya bergantian.

Jelas saja teman-temannya menjadi penasaran, Dinda yang waktu itu baru saja menjanda tahu-tahu sudah berpacaran dengan Adit. Jadi aneh kan?

"Ya, enggaklah," bantah Dinda cepat.

Rahman, Rayan, Nuri dan Intan sedang asyik menonton layar persegi empat yang menampilkan berbagai gambar kartun bergerak dan mereka tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan para orang dewasa tersebut.

"Udah ... nggak usah bohong sama mereka, biar aja mereka tahu kalau kita emang sudah jadian."

Dengan seenak jidatnya Adit kembali berkata demikian membuat Dinda seolah-olah memang sudah menjalin hubungan dengan Adit, padahal tidak sama sekali.

"Hah, serius?" Nurul, Soraya, dan Maryam terkesiap.

Sementara respons Rahimah dan Abdar biasa saja, karena Dinda tahu bahwa temannya itu sudah terlalu banyak masalah yang sedang mereka pikirkan.

"Iya."

"Enggak," jawab Dinda bersamaan dengan Adit, tapi bertolak belakang.

"Jadi pacaran apa bukan sih?" Maryam penasaran.

"Pacaran."

"Bukan," kompak menjawab berbarengan lagi.

"Jangan percaya, dia." Dinda menujuk Adit dengan perasaan kesal. Dinda tidak menganggap itu sebuah hubungan serius, menurutnya semua yang terjadi hanyalah akting.

"Tapi aku punya buktinya." Adit tersenyum sambil menaik turunkan kedua alisnya kepada Dinda.

"Bukti apaan?" Soraya tidak kalah penasarannya.

Adit mengambil ponsel di kantung celananya dan mengotak atik sebentar, lantas menyerahkannya kepada para kaum hawa.

"Nih, lihat saja sendiri," ujar Adit pasti.

"O.M.G." Nurul, Soraya dan Maryam heboh sendiri melihat adegan dimana Adit berlutut sembari menyematkan cincin di jari manis Dinda.

Dinda melotot tidak percaya. Sekarang Dinda ingat, kenapa waktu itu Adit mendekati kedua perempuan yang tidak jauh dari meja mereka saat di restoran.

Baru Dinda mengerti, ternyata Adit meminta salinan video yang sengaja direkam kedua wanita itu.

"Mana cincinnya?" Nurul menarik tangan Dinda guna melihat cincin pemberian Adit.

"Ini cincinnya, tiba-tiba dikembalikan sama Dinda." Adit meletakkan kotak cincin berwarna merah bledru ke atas meja yang langsung disambar Nurul.

"Masya Allah, cantiknya," puji Nurul mengangkat cincin dari dalam kotak.

Tanpa aba-aba Nurul segera memasangkannya ke jari manis Dinda. "Cocok banget, tau," puji nya lagi.

"Nurul, kenapa dipasang?" Dinda langsung menarik tangan nya dan berusaha melepaskannya.

"Kok susah, sih," keluh Dinda yang tidak bisa menarik cincin dari jarinya.

Cincin itu bukanlah yang dipasangkan Adit waktu di restoran, karena yang dipasangkan Nurul saat ini baru saja dibeli oleh Adit.

"Kalo udah Pacaran, ngapain lagi dicopot?" celetuk Soraya.

"Kita nggak pacaran Kok." Dinda tetap membantah sambil berusaha melepas cincinnya.

"Itu buktinya." Nurul menunjuk pada ponsel yang tadi diletakkannya di atas meja.

Dinda mengambil ponsel tersebut untuk menghapus videonya, ternyata tidak dikunci. Dinda pun langsung menghapusnya tanpa ijin.

Teman-temannya tidak tahu tentang kejadian di mana Dinda sedang dipermalukan oleh selingkuhan mantan suaminya, atau lebih tepatnya istri baru mantan suaminya. Hingga Adit membantunya dan terciptanya sebuah video itu.

"Walau kamu hapus, masih ada salinannya di laptop aku." Dinda seketika lemas mendengarnya.

Dasar Kancil.

Sepertinya Adit memang sengaja menjebak nya dengan sebuah drama yang tidak disengaja mereka lakoni waktu itu.

"Udah ... kalau sudah jadian, ya jadian aja! Kita nggak masalah kok, kalau kalian sama-sama suka," ujar Soraya.

"Tapi awas aja, kalau sampai Mas Adit, berani nyakitin teman aku," ancam Nurul.

"Janji, nggak akan pernah menyakiti Dinda sayangku." Adit berucap sambil mengangkat tangan kanan dan meancungkan jari telunjuk dan tengahnya ✌.

"Apaan sih, ini nggak seperti yang kalian liat! Ini hanya ketidak sengajaan," bela Dinda kembali berusaha melepas cincin.

"Tapi memang disengaja," kata Adit menyela.

Sialan kamu Mas.

"Iih, Mas Adit kok nyebelin banget sih?" ketus Dinda.

"Nyebelin tapi sayang." Adit tersenyum bangga.

"Jangan mimpi, yang ada aku benci sama Mas Adit," aku Dinda cepat.

"Emmm malu-malu ngakunya, padahal udah jadian ya?" ejek Soraya.

Dinda tak menghiraukan, karena lebih memilih sibuk dengan cincin di jarinya yang sangat sulit untuk dilepaskan, dan terasa sakit akibat terus dipaksa agar keluar dari jari manis tersebut.

"Iya, ya. Padahal cincin udah cantik banget, masih aja dipaksain biar copot. Tapi aku yakin sih, tu cincin pasti nggak bakal semudah itu terlepas," cerocos Nurul.

Mendengar itu, Dinda pun menyadari apa yang dikatakan Nurul memang benar. Dinda menghela napas pasrah akhirnya sambil melirik Nurul kesal.

Ruangan gaduh oleh olok olokkan Nurul dan Soraya karena sangat senang menggoda Dinda yang mereka pikir sudah berpacaran.

Adit terlihat menikmati wajah kekalahan Dinda, tapi tersirat malu-malu kucing bercampur kesal.

Kita liat nanti. Kamu akan menganggap aku ada, Adinda.

Flashback off.

Dinda tersenyum sambil menggelengkan kepala menatap cincinnya, merasa lucu. Entah kenapa sekarang Dinda malah membiarkan cincin itu menetap di jarinya. Sekarang seperti bagaikan sedang melakukan hubungan kontrak pacaran bersama Adit.

"Adin, ayo sarapan. Sebentar lagi kita ke rumah sakit," panggil Bunda Vita dari balik pintu kamarnya hingga kesadarannya seketika itu juga kembali.

"Iya, Bun," sahut Dinda lekas beranjak dari tempatnya duduk di depan meja rias.

Keluar kamar menuju meja makan, di sana Dinda sudah melihat Ayah Al dan Bunda Vita yang sedang menunggunya untuk sarapan bersama.

"Pagi Ayah, pagi Bunda," sapa Dinda sambil menarik kursi dan duduk di samping om yang sudah seperti ayah kandung.

"Pagi Adin," balas keduanya bersama.

"Tadi mama kamu, telepon Bunda. Katanya, jangan lupa bawakan baju ganti untuk mama dan papa kamu!"

"Aku nggak bawa! Kalau gitu aku pulang ke rumah dulu deh, ngambil baju mama sama papa."

"Sekalian aja nanti, kita mampir dulu ke rumah kamu, terus langsung aja ke rumah sakit."

"Oke deh Bun," jawab Dinda setuju.

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

SyaSyi

SyaSyi

aku krm bunga biar semangat

2022-05-06

2

Aris Pujiono

Aris Pujiono

semangat dinda ...cari selahnya

2022-05-05

3

Hiatus

Hiatus

cicil jejak dl ya ka. semangat up🤗

2022-04-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bersiap Ke Acara.
2 Bab 2 Resepsi Pernikahan Teman.
3 Bab 3 Hinaan.
4 Bab 4 Pura-pura Tegar.
5 Bab 5 Mengaku Pacaran.
6 Bab 6 Sulit dipercaya.
7 Bab 7 Rumah Baru Rahimah.
8 Bab 8 Malu.
9 Bab 9 Keinginan Adit.
10 Bab 10 Bayar hutang.
11 Bab 11 Anak teman Mama
12 Bab 12 Aneh
13 Bab 13 Restauran
14 Bab 14 Turut bahagia.
15 Bab 15 Wanita tidak tahu malu.
16 Bab 16 Bertemu Danu
17 Bab 17 Kecelakaan kecil.
18 Bab 18 Status Dinda
19 Bab 19 Sindiran Dinda.
20 Bab 20 Diawasi seseorang.
21 Bab 21 Pengamen.
22 Pengumuman.
23 Bab 22 Preman
24 Bab 23 Mara
25 Bab 24 Kumara dan Kaamil
26 Bab 25 Dinda Khawatir
27 Bab 26 Orang Misterius.
28 Bab 27 Kepergok Kaamil
29 Bab 28 Ingin Melupakan Masalah
30 Bab 29 Malu lagi.
31 Bab 30 Gantian menolong.
32 Bab 31 Degup jantung.
33 Bab 32 Melamarmu.
34 Bab 33 Pesan beruntun.
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36 Hati yang terluka.
38 Bab 37 Mencari solusi.
39 Bab 38 Terpukul.
40 Bab 39
41 Bab 40 Besok menikah?
42 Bab 41 Terkuak.
43 Bab 42 Rahimah yang tersinggung.
44 Bab 43 Pernikahan di atas luka.
45 Bab 44 Pernikahan di atas luka 2
46 Bab 45 Dinda galau.
47 Bab 46 Konferensi pers.
48 Bab 47 Mengikuti suami.
49 Bab 48 Mantan.
50 Bab 49 Adit yang marah.
51 Bab 50 Melindungi.
52 Bab 51 Permintaan pertama Candra.
53 Bab 52 Pengakuan pelaku.
54 Bab 53 Pengakuan Zivi.
55 Bab 54 Cerita Kaamil.
56 Bab 55 Nasehat sahabat.
57 Bab 56 Membahas masa lalu dan masa depan.
58 Bab 57 Jeni?
59 Bab 58 Candra dan Lintang senasib.
60 Bab 59 Sebagian kisah
61 Bab 60 Cinta yang sejati.
62 Bab 61 Pertanyaan Dinda.
63 Bab 62 Bertarung.
64 Bab 63 Mengikuti alur.
65 Bab 64 Berita terkini.
66 Bab 65 Menyusun rencana.
67 Bab 66 Kebakaran.
68 Bab 67 Tanda tanya besar.
69 Bab 68 Rumah untuk Zivi.
70 Bab 69 Gugup.
71 Bab 70 Cincin.
72 Bab 71 Candra khawatir.
73 Bab 72 Kronologis kejadian.
74 Bab 73 Di ujung pencarian.
75 Bab 74 Kehilangan Jejak.
76 Bab 75
77 Bab 76 Bertarung.
78 Bab 77 Bertarung bagian dua.
79 Bab 78 Memori yang terlupakan.
80 Bab 79 Kabar duka yang beruntun.
81 Bab 80 Dipeluk.
82 Bab 81 Berkumpul kembali.
83 Bab 82 Kaamil yang jahil.
84 Bab 83 Senandung rindu.
85 Bab 84 Kaamil lagi.
86 Bab 85 Lupa waktu.
87 Bab 86 Si kembar.
88 Bab 87 Wallpaper.
89 Bab 88 Pertengkaran pertama setelah menikah.
90 Bab 89 Dinda menangis.
91 Bab 90 Nama panggil.
92 Bab 91 Kedatangan Mama dan Papa.
93 Bab 92 Pertikaian kecil berujung pernyataan.
94 Bab 93 Menyebalkan.
95 Bab 94 Akhir penantian.
96 (Extra part) Nggak tahu waktu.
97 (Extra part)
98 (Extra part)
99 (Extra part)
100 (Extra part) Naaman Malik Abrisam.
101 Selesai.
102 Pengumuman
103 Pengumuman karya baru.
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Bersiap Ke Acara.
2
Bab 2 Resepsi Pernikahan Teman.
3
Bab 3 Hinaan.
4
Bab 4 Pura-pura Tegar.
5
Bab 5 Mengaku Pacaran.
6
Bab 6 Sulit dipercaya.
7
Bab 7 Rumah Baru Rahimah.
8
Bab 8 Malu.
9
Bab 9 Keinginan Adit.
10
Bab 10 Bayar hutang.
11
Bab 11 Anak teman Mama
12
Bab 12 Aneh
13
Bab 13 Restauran
14
Bab 14 Turut bahagia.
15
Bab 15 Wanita tidak tahu malu.
16
Bab 16 Bertemu Danu
17
Bab 17 Kecelakaan kecil.
18
Bab 18 Status Dinda
19
Bab 19 Sindiran Dinda.
20
Bab 20 Diawasi seseorang.
21
Bab 21 Pengamen.
22
Pengumuman.
23
Bab 22 Preman
24
Bab 23 Mara
25
Bab 24 Kumara dan Kaamil
26
Bab 25 Dinda Khawatir
27
Bab 26 Orang Misterius.
28
Bab 27 Kepergok Kaamil
29
Bab 28 Ingin Melupakan Masalah
30
Bab 29 Malu lagi.
31
Bab 30 Gantian menolong.
32
Bab 31 Degup jantung.
33
Bab 32 Melamarmu.
34
Bab 33 Pesan beruntun.
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36 Hati yang terluka.
38
Bab 37 Mencari solusi.
39
Bab 38 Terpukul.
40
Bab 39
41
Bab 40 Besok menikah?
42
Bab 41 Terkuak.
43
Bab 42 Rahimah yang tersinggung.
44
Bab 43 Pernikahan di atas luka.
45
Bab 44 Pernikahan di atas luka 2
46
Bab 45 Dinda galau.
47
Bab 46 Konferensi pers.
48
Bab 47 Mengikuti suami.
49
Bab 48 Mantan.
50
Bab 49 Adit yang marah.
51
Bab 50 Melindungi.
52
Bab 51 Permintaan pertama Candra.
53
Bab 52 Pengakuan pelaku.
54
Bab 53 Pengakuan Zivi.
55
Bab 54 Cerita Kaamil.
56
Bab 55 Nasehat sahabat.
57
Bab 56 Membahas masa lalu dan masa depan.
58
Bab 57 Jeni?
59
Bab 58 Candra dan Lintang senasib.
60
Bab 59 Sebagian kisah
61
Bab 60 Cinta yang sejati.
62
Bab 61 Pertanyaan Dinda.
63
Bab 62 Bertarung.
64
Bab 63 Mengikuti alur.
65
Bab 64 Berita terkini.
66
Bab 65 Menyusun rencana.
67
Bab 66 Kebakaran.
68
Bab 67 Tanda tanya besar.
69
Bab 68 Rumah untuk Zivi.
70
Bab 69 Gugup.
71
Bab 70 Cincin.
72
Bab 71 Candra khawatir.
73
Bab 72 Kronologis kejadian.
74
Bab 73 Di ujung pencarian.
75
Bab 74 Kehilangan Jejak.
76
Bab 75
77
Bab 76 Bertarung.
78
Bab 77 Bertarung bagian dua.
79
Bab 78 Memori yang terlupakan.
80
Bab 79 Kabar duka yang beruntun.
81
Bab 80 Dipeluk.
82
Bab 81 Berkumpul kembali.
83
Bab 82 Kaamil yang jahil.
84
Bab 83 Senandung rindu.
85
Bab 84 Kaamil lagi.
86
Bab 85 Lupa waktu.
87
Bab 86 Si kembar.
88
Bab 87 Wallpaper.
89
Bab 88 Pertengkaran pertama setelah menikah.
90
Bab 89 Dinda menangis.
91
Bab 90 Nama panggil.
92
Bab 91 Kedatangan Mama dan Papa.
93
Bab 92 Pertikaian kecil berujung pernyataan.
94
Bab 93 Menyebalkan.
95
Bab 94 Akhir penantian.
96
(Extra part) Nggak tahu waktu.
97
(Extra part)
98
(Extra part)
99
(Extra part)
100
(Extra part) Naaman Malik Abrisam.
101
Selesai.
102
Pengumuman
103
Pengumuman karya baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!