...'Wanita yang kuat secara sadar akan berhenti mencoba jika dia merasa tidak diinginkan. Dia tidak akan memperbaiki atau mengemis. Dia akan pergi begitu saja.'...
.
...🌹🌹🌹🌹🌹...
.
"Jangan sampai orang-orang mengenal Anda, dikarenakan Anda adalah orang yang hina. Tapi buatlah orang lain mengenal Anda karena kebaikan hatinya," sindir Dinda santai.
"Kau," geram istri Angga sambil menujuk tepat di wajah Dinda.
"Apa?" Kaamil menantang sambil menangkis jari telunjuk itu dari hadapan kakaknya..
"Sepertinya Anda tidak sadar diri. Apa Anda lupa kalau Anda itu juga wanita? Menyakiti hati wanita lain sama halnya menyakiti hati sendiri, karena Anda juga akan menjadi seorang istri. Apa Anda tidak takut dengan namanya karma?" tanya Dinda mengingatkan kodratnya.
"Itu bukanlah salahku, jadi tidak akan ada karma. Tapi itu memang salahmu! Karena hampir tiga tahun menikah, kau tidak bisa memberi Mas Angga anak," katanya dengan sombong.
"Lihat diriku ..!! Sekarang aku sedang hamil anaknya," sambungnya dengan nada sedikit tinggi dan bangga.
Seketika hati Dinda begitu hancur. Dadanya terasa begitu sesak, matanya terasa perih dan berair. Bagaikan ditikam ribuan belati yang tak kasat mata, terluka tapi tidak berdarah. Dinda kembali diingatkan akan kekurangannya, bahkan kata-kata itu terlontar dari simpanan mantan suaminya sendiri.
"Dasar wanita tidak tau malu," sahut Kaamil geram.
"Diam kau Kaamil, berani sekali kau mengatai istriku," bela Angga marah.
"Sebelum dia menjadi istri, dia adalah wanita yang sangat hina. Bahkan dengan suka relanya dia merendahkan dirinya sendiri untuk menampung bayi pria yang dulunya masih menjadi suami orang lain," dengan lantang Kaamil berucap sambil menatap benci pada wanita yang mengatai kakaknya.
Untungnya keadaan sekitar sudah sepi karena hari yang semakin larut, hanya sebagian orang saja yang berlalu lalang. Namun, mereka tetap abai dengan keributan tersebut karena lumayan jauh.
"Berenggg seekkk, kau," satu tamparan dari wanita itu mendarat di pipi Kaamil hingga wajahnya menoleh ke samping.
"Kalian yang berenggg sekkk." Dinda langsung maju menahan tangan wanita itu yang kembali hendak melayangkan pukulan.
Dinda jelas ingin membalas tamparan wanita itu, akan tetapi dia masih mempunya hati nurani dan menahan diri untuk tidak menamparnya. Dinda bukanlah wanita yang suka main kasar terhadap lawan yang dianggapnya lemah. Sebab, muasuhnya sedang hamil, bisa-bisa nanti Dinda disalahkan jika bertindak gegabah.
Begitu juga dengan Kaamil, hanya bisa mengepalkan tangan. Sekuat tenaga menahan tangannya agar tidak mencekik seorang wanita yang sangat dibencinya saat ini.
"Aku bersyukur karena telah bercerai dari pria yang tidak menganggapku ada, dan sudah menyia-nyiakan ku! Kalau tidak ... mungkin saja aku sudah gil4 jika masih bersamanya," sambung Dinda geram.
"Dasar berenggg sekkk." Wanita itu menghentakkan tangan Dinda kasar.
"Sudah Jen, sebaiknya kita pulang! Tidak ada gunanya melawan mereka." Angga menarik tangan istri barunya menjauh.
"Ya, sebaiknya kalian pulang saja! Karena akan sia-sia jika melawan kami, kalian itu yang bod0h ...," teriak Kaamil sengit pada mereka.
"Awas kalian ...!" sahut wanita yang dipanggil Jen sambil berterik dan sedikit memberontak ketika Angga mendorongnya masuk ke dalam mobilnya.
"Awass apa? Kau yang awas! Awas kualat ... karena sudah memungut lelaki yang tidak bertanggung jawab." Kaamil meluapkan emosinya sambil berteriak mengiringi kepergian mobil Angga.
"Sudah, Mil," tegur Dinda.
"Apa sakit?" Dinda meraba pipi sang adik.
"Awww, sudah tau pake nanya ... dipegang pula!" rintihnya mengeluh.
"Maaf." Dinda tertunduk sedih.
Perkataan tadi masih membekas dan membuatnya begitu sakit hati dengan perlakuan sepasang manusia yang begitu merendahkannya, bukan salahnya jika Dinda belum mempunya anak. Namun, itu adalah ujian yang diberikan Allah untuk rumah tangganya, dengan demikian mata hatinya terbuka. Entah harus bersyukur akan hal itu, Dinda sekarang bisa tahu kalau suaminya tidak sebaik dan setia yang dikiranya selama ini.
Kaamil yang menyadari kesedihan Dinda, langsung memeluk sayang kakaknya. Dinda membalas pelukannya dan bersandar di dada bidang Adiknya bersamaan air mata yang luruh.
"Jangan menangisi pria bajii ngan itu, masih ada laki-laki baik yang akan menerima kekurangan Kakak," hibur nya.
"Enak saja, siapa yang menangisinya. Kau pikir, dia itu penting? Bahkan sampah saja lebih penting dari dia!" Dinda gegas mengusap jejak air matanya dan menarik diri dari pelukan Kaamil.
"Jangan pernah menganggapku lemah! Kau tau sendiri, kan, bagaimana kekuatanku?" lengan kecilnya langsung memiting leher Kaamil guna menutupi kesedihannya.
"Awww, ampun Kak ... ampun ...," rintih Kaamil pura-pura kesakitan, ya walau sebenarnya memang sedikit sakit.
"Ayo, sebaiknya kita segera pulang!" Dinda melepaskan lengannya dari leher Kaamil.
"Iya," kesal Kaamil.
Dinda tersenyum, tangannya terulur kembali. Kaamil yang melihat langsung siaga. Akan tetapi, rupanya tangan Dinda mendarat di pucuk kepala Kaamil dan mengacaknya sayang.
Kaamil tertegun melihat senyum yang tersirat akan penuh kesedihan. Kaamil tahu kalau kakaknya itu begitu terluka.
"Kakak harap, kelak kamu bisa membuat wanita yang rela hidup denganmu ... tidak pernah terbesit kata menyesal meski pun hanya dalam pikirkannya saja," ujar Dinda lembut sambil tersenyum.
"Jangan pernah buat wanita itu kecewa atas apa yang kau lakukan padanya, tapi buatlah dia merasa begitu berharga hingga dia sulit untuk berpaling darimu. Karena ketika wanita bahagia, kau pun akan lebih bahagia. Sebab, kau tahu itu adalah karena dirimu," nasehat sang kakak bijak.
"Insya Allah, aku akan melakukan itu," dengan pasti Kaamil berjanji sembari membalas senyum luka Dinda.
"Amin," gumam Dinda mengamin-kan.
"Apa kita terus berdiri saja di sini? Dan tidak usah pulang."
Dinda terkekeh mendengar gurauwannya, lantas Dinda segera berbalik badan dan membuka pintu mobilnya.
"Ayo pulang, kamu udah janji'kan ngikutin kakak dari belakang?"
"Asiiiiaaaap." Kaamil mengacungkan kedua jempol dan langsung pergi ke arah mobilnya.
Perlahan mobil Dinda bergerak diekor oleh mobil Kaamil dari belakang.
Tidak jauh dari mereka, lagi-lagi secara tidak sengaja ada yang melihat dan memperhatikan interaksi mereka berempat tadi. Bahkan ia juga mendengar teriakan yang saling bersahutan.
"Baara, kamu masih di sini? Apa kamu menungguku?"
Seorang wanita yang terbilang sangat cantik dan cukup seksi datang menyapa dirinya sambil tersenyum manis.
Baara sejenak menatapnya tajam dan langsung membuang muka, sama sekali tidak berminat menyahut. Tiba-tiba tatapannya beralih pada seorang pria yang berjalan mendekat di belakang wanita tersebut.
"Baara, Mas kira tadi kau sudah pulang," terlihat keningnya berkerut.
"Hmm, baru saja akan pulang!" sahutnya dengan suara dingin.
"Apa sebaiknya kau menginap di rumah kami saja?" tawar wanita itu.
Baara tersenyum masam mendengar tawaran dari wanita yang umurnya tidak jauh berbeda dengannya.
"Tidak, terimakasih," jawabnya cepat.
"Aku akan pulang ke rumah bekas mama saja," sambungnya sambil membuka pintu mobil.
"Mas Lintang, aku duluan." Baara berpamitan setelah kaca mobilnya diturunkan.
"Ya, kau hati-hati di jalan," pesannya.
Sambil menjalankan mobilnya, Baara melirik kaca spion nya. Bisa Baara lihat jika wanita itu tengah melambaikan tangannya sambil terus tersenyum ke arah mobilnya.
"Dasar wanita serigala berbulu domba," rutuknya dalam hati.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
jingga
aduh baara itu siapa ?!
masalau dinda pa masa depan,y ya
2022-12-30
1
SyaSyi
aku kirim bunga biar kamu semangat nulis
2022-05-01
1
Aris Pujiono
aku paling kesel kalau ada pelakor
2022-04-17
1