Cinta Lembayung Senja

Cinta Lembayung Senja

Bab 1 Bersiap Ke Acara.

...'Wanita bijak itu seperti angsa di atas air. Anggun meski tetap bekerja dan tetap tegar meski pun terluka.'...

...🌹🌹🌹🌹🌹...

Di sebuah kamar besar dan luas, seorang wanita berusia 31 tahun tengah sibuk merias diri di depan cermin yang menempel di meja rias. Akan tetapi, walau usianya sudah kepala tiga, ia masih terlihat berumur 25 tahunan.

Adinda Larasati Zainudin, yang lebih akrab dipanggil oleh teman-temannya, Dinda. Dengan fasilitas lengkap, terlihat sudah status soaialnya. Namun, tidak ada yang menyangka kalau gadis cantik itu adalah anak dari seorang pengusaha.

Ayahnya Gandhi Zahir Zainudin, berasal dari pulau Kalimantan. Pengusaha batu bara dan perkebunan yang cukup dikenal oleh orang Banua, tapi tidak di Jakarta. Karena memang hanya sebagian saja yang mengenalnya, dan ibunya Asmita Numari Zainudin, seorang dokter kandungan asli Jakarta.

Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, Dinda sudah menyembunyikan identitas aslinya. Apa lagi Dinda memilih masuk ke sekolah swasta. Tentu tidak ada yang merasa curiga akan jati dirinya.

Kepiawaiannya dalam hal berdandan sudah tidak diragukan lagi. Walau tanpa memakai make up pun, Dinda tetaplah terlihat cantik. Hanya saja semenjak menyandang gelar seorang janda beberapa bulan lalu, Dinda mulai jarang memakai alat make up nya.

Suaminya Angga Gauhar Wistara saja bahkan tidak tahu kalau Dinda adalah anak dari orang kaya, mungkin seandainya suaminya tahu Dinda berharta pasti tidaklah digugat cerainya.

Ini semua karena perjanjian dirinya dengan keluarga, dimana semua keluarga menentang pernikahannya dan sang suami. Dinda pun disuruh memilih. Menyembunyikan identitasnya atau batal menikah, dan akhirnya Dinda tetap menikah. Namun, ia tidak menyangka, pernikahan yang baru seumur jagung harus hancur seketika karena hadirnya pihak ketiga.

Khusus malam ini, Dinda sedikit merias wajahnya tanpa berlebihan, hingga siapa pun yang melihatnya pasti akan memuji kecantikan alaminya.

Bukan tanpa alasan kenapa Dinda demikian. Itu karena malam ini adalah hari resepsi pernikahan temannya, Rahimah. Acara tersebut akan digelar di salah satu hotel ternama dan tidak lain ialah milik temannya. Soraya. Akan tetapi, entahlah ... mungkin juga karena akan ada kehadiran seseorang di tempat tersebut.

Mengoleskan blast on sebagai sentuhan terakhir. Dinda memandang puas hasil karya tangannya. Mata bulat tidak terlalu besar, dengan bulu mata lentik asli hanya ditambahkan maskara dan dibingkai eliner saja.

Soft lens berwarna hitam pekat menyamarkan bola matanya yang coklat, serta kelopak mata sedikit berwarna hampir sama dengan pipinya tidak terlalu tebal.

Merapikan pakaian yang membalut tubuh rampingnya, baju gamis sederhana berkain satin lurus dan dilapisi brokat berwarna cream senada dengan jilbab yang sudah melilit di kepalanya, satu kata untuk Adinda Larasati Zainudin ... Sempurna.

Bunyi dering ponsel menyadarkan Dinda dari aktivitasnya. Mengambil benda bersegi di atas meja dan mengangkatnya setelah mengetahui identitas si penelpon.

"Assalamualaikum, Ma," senyum mengembang seketika terpasang dari wajah manisnya walau orang di seberang sana tidak melihatnya.

📞"Wa'alaikumussalam, Adin," terdengar balasan dari sang mama.

"Apa Mama, bisa pulang?" tanya Dinda to the points.

📞"Keadaan Kakek Kamu masih belum stabil, jadi Mama dan Papa tidak bisa pulang malam ini," terang mamanya.

Ayah dari ayahnya kemarin harus masuk rumah sakit karena terkena serangan jantung, untungnya ada sang mama yang bisa memberikan pertolongan pertama sebelum dirujuk. Walau bukan bidangnya, tapi Mita cukup tahu apa yang harus dilakukan guna mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.

Sebelum sang kakek sakit. Beliau sudah menyerahkan restoran yang dibelinya sekitar lima tahun yang lalu dari teman lamanya kepada Dinda, karena khawatir tidak bisa mengurus. Sebenarnya sudah lama hendak diberikan kepadanya, hanya saja Dinda selalu menolak.

"Yahh." Dinda memelas, bahkan kedua bahunya ikut turun.

"Berarti Mama nggak jadi ikut dong ke resepsi pernikahannya, Imah?" sambungnya dengan nada kecewa.

📞"Maafin mama, sayang. Tapi kamu, kan, sudah biasa pergi sendiri. Lagian, apa kamu lupa? Teman-teman kamu tidak ada yang kenal sama Mama. Mereka taunya mama kamu itu Bunda Vita, kan?"

"Iya sih," ujar Dinda mengerutkan kening sembari berpikir.

Dinda yang dulu masuk di sekolah biasa terpaksa harus ikut tinggal bersama bunda Vita, adik dari sang mama agar jarak rumahnya tidak terlalu jauh menuju sekolah. Itu sebabnya dia bisa berteman dengan Rahimah, Soraya, dan Nurul.

Bunda Vita yang divonis mandul jelas begitu bahagia mengetahui sang keponakan yang mau tinggal bersamanya. Ia dan suaminya hanyalah seorang karyawan biasa.

Sebenarnya sang mama tidak memberikan izin. Namun, ketika Mita mengetahui dirinya hamil lagi, Mita pun membiarkan Dinda dirawat sang adik. Dengan syarat seminggu sekali menginap di rumah sendiri.

Setelah menikah Dinda tinggal di rumah sang suami, dan usai bercerai ia kemudian memilih tinggal di rumahnya sendiri.

📞"Kenapa nggak ajak Bunda Vita aja, sayang?" tanya mamanya tersirat saran.

"Tadi siang, Adin sudah hubungi bunda Vita. Takut Mama nggak bisa ikut, tapi ternyata bunda Vita juga ada acara," jalas Dinda.

📞"Tapi Mama nggak bisa ninggalin kakek dan papa kamu, Adin. Kasian mereka," kembali menjelaskan keadaan yang tidak bisa ikut hadir.

"Iya Ma, Adin paham kok. Nggak apa-apa kalau Mama, nginep di rumah sakit .... Besok Adin dan bunda Vita akan ke sana, salam buat papa dan kakek ya, Ma," maklum Dinda.

📞"Iya sayang, apa kamu sudah mau berangkat?"

"Iya Ma, Adin sudah siap." Dinda mengangguk yang padahal sang mama tidak dapat melihat.

📞"Ya sudah kalau begitu, hati-hati di jalan ya Adin. Assalamualaikum."

"Iya Ma, Wa'alaikumussalam," satu helaan napas lolos dari mulutnya seiring ponsel yang Dinda matikan.

Menyimpan ponsel ke dalam envlope clutch, Dinda lantas berdiri dan beranjak dari meja rias hendak ke luar kamar.

Di lantai bawah rumah mewahnya, Dinda berpapasan dengan salah satu pelayan. "Bik Arti, saya berangkat ya," pamitnya.

"Iya non, jam berapa nanti pulangnya?"

"Mungkin Adin, nggak pulang Bik. Rencananya nanti langsung ke rumah Bunda Vita aja, sekalian nginap."

Bik Arti mengangguk paham.

"Emil mana?" tanya Dinda sambil mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.

Kaamil Aksa Zainudin, Adik satu-satunya yang Dinda punya dan baru saja genap 25 tahun beberapa hari lalu.

"Di ruang tv non," Bik Arti menunjuk ke sebuah ruangan.

Mengikuti arah tunjuk. "Ya sudah, Adin ke situ dulu Bik," ujar Dinda.

"Inggih Non."

"Emil," panggil Dinda pada seorang pria yang sudah mulai tumbuh dewasa tengah bermalas-malasan di atas sofa panjang.

"Sudah mau pergi?" Kaamil langsung duduk tegap saat Dinda mendekatinya.

"Iya. ... Nanti Kakak langsung nginap di rumah bunda Vita, besok mau langsung jengek kakek soalnya. Kamu, jaga rumah ya!" kata Dinda menelisik sang adik sudah berpakain rapi.

Kaamil berdecak, "Ck, kaya anak kecil aja dititip jaga rumah segala. Kan, ada bibik!" ucapnya sambil menunjukan wajah kesal.

Dinda terkekeh geli melihat reaksi adik yang umurnya enam tahun lebih mudah darinya. Tanpa aba-aba Dinda mengacak rambut sang adik, membuat Kaamil tambah berdecak.

"Ck, Kak ... rambut aku berantakan." Kaamil protes sambil membenahi rambutnya.

"Memangnya kamu mau ke mana? Sok rapi sama rambut."

"Aku mau pergi sama temen, bentar lagi mereka datang."

"Main ke mana? Nggak aneh-aneh, kan?" Dinda memicing'kan matanya.

"Nggak aneh-aneh, dijamin! Aku cuman pergi bentar," ucapnya sungguh-sungguh.

"Oke kalau gitu, asal kamu bisa menjaga pergaulan ... Kakak nggak masalah, kamu mau pergi main sama temen! Jadi ingat ya pesan Kakak, jangan yang aneh-aneh!" ancam Dinda menasehati.

"Assiiiiyaaaaap," balas Kaamil sambil meletakan tangan di kening sebagai tanda hormat.

"Kakak berangkat dulu ya, hati-hati Kamu! Assalamualaikum."

"Iya, hati-hati Kak. Wa'alaikumussalam."

Dinda langsung pergi ke luar rumah dan berpamitan kepada satpam rumahnya usai membukakan pagar besi yang mehalang jalannya.

.

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

Zy Lin

Zy Lin

tulisannya rapi uey😭😭 enak kali bacanya

2022-07-11

2

Imarin

Imarin

Salam kena dari novel cinta jarak jauh berujung miris. Mampir baca novel q juga yuk...

2022-07-11

0

🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹

🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹

mampir

2022-07-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bersiap Ke Acara.
2 Bab 2 Resepsi Pernikahan Teman.
3 Bab 3 Hinaan.
4 Bab 4 Pura-pura Tegar.
5 Bab 5 Mengaku Pacaran.
6 Bab 6 Sulit dipercaya.
7 Bab 7 Rumah Baru Rahimah.
8 Bab 8 Malu.
9 Bab 9 Keinginan Adit.
10 Bab 10 Bayar hutang.
11 Bab 11 Anak teman Mama
12 Bab 12 Aneh
13 Bab 13 Restauran
14 Bab 14 Turut bahagia.
15 Bab 15 Wanita tidak tahu malu.
16 Bab 16 Bertemu Danu
17 Bab 17 Kecelakaan kecil.
18 Bab 18 Status Dinda
19 Bab 19 Sindiran Dinda.
20 Bab 20 Diawasi seseorang.
21 Bab 21 Pengamen.
22 Pengumuman.
23 Bab 22 Preman
24 Bab 23 Mara
25 Bab 24 Kumara dan Kaamil
26 Bab 25 Dinda Khawatir
27 Bab 26 Orang Misterius.
28 Bab 27 Kepergok Kaamil
29 Bab 28 Ingin Melupakan Masalah
30 Bab 29 Malu lagi.
31 Bab 30 Gantian menolong.
32 Bab 31 Degup jantung.
33 Bab 32 Melamarmu.
34 Bab 33 Pesan beruntun.
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36 Hati yang terluka.
38 Bab 37 Mencari solusi.
39 Bab 38 Terpukul.
40 Bab 39
41 Bab 40 Besok menikah?
42 Bab 41 Terkuak.
43 Bab 42 Rahimah yang tersinggung.
44 Bab 43 Pernikahan di atas luka.
45 Bab 44 Pernikahan di atas luka 2
46 Bab 45 Dinda galau.
47 Bab 46 Konferensi pers.
48 Bab 47 Mengikuti suami.
49 Bab 48 Mantan.
50 Bab 49 Adit yang marah.
51 Bab 50 Melindungi.
52 Bab 51 Permintaan pertama Candra.
53 Bab 52 Pengakuan pelaku.
54 Bab 53 Pengakuan Zivi.
55 Bab 54 Cerita Kaamil.
56 Bab 55 Nasehat sahabat.
57 Bab 56 Membahas masa lalu dan masa depan.
58 Bab 57 Jeni?
59 Bab 58 Candra dan Lintang senasib.
60 Bab 59 Sebagian kisah
61 Bab 60 Cinta yang sejati.
62 Bab 61 Pertanyaan Dinda.
63 Bab 62 Bertarung.
64 Bab 63 Mengikuti alur.
65 Bab 64 Berita terkini.
66 Bab 65 Menyusun rencana.
67 Bab 66 Kebakaran.
68 Bab 67 Tanda tanya besar.
69 Bab 68 Rumah untuk Zivi.
70 Bab 69 Gugup.
71 Bab 70 Cincin.
72 Bab 71 Candra khawatir.
73 Bab 72 Kronologis kejadian.
74 Bab 73 Di ujung pencarian.
75 Bab 74 Kehilangan Jejak.
76 Bab 75
77 Bab 76 Bertarung.
78 Bab 77 Bertarung bagian dua.
79 Bab 78 Memori yang terlupakan.
80 Bab 79 Kabar duka yang beruntun.
81 Bab 80 Dipeluk.
82 Bab 81 Berkumpul kembali.
83 Bab 82 Kaamil yang jahil.
84 Bab 83 Senandung rindu.
85 Bab 84 Kaamil lagi.
86 Bab 85 Lupa waktu.
87 Bab 86 Si kembar.
88 Bab 87 Wallpaper.
89 Bab 88 Pertengkaran pertama setelah menikah.
90 Bab 89 Dinda menangis.
91 Bab 90 Nama panggil.
92 Bab 91 Kedatangan Mama dan Papa.
93 Bab 92 Pertikaian kecil berujung pernyataan.
94 Bab 93 Menyebalkan.
95 Bab 94 Akhir penantian.
96 (Extra part) Nggak tahu waktu.
97 (Extra part)
98 (Extra part)
99 (Extra part)
100 (Extra part) Naaman Malik Abrisam.
101 Selesai.
102 Pengumuman
103 Pengumuman karya baru.
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Bersiap Ke Acara.
2
Bab 2 Resepsi Pernikahan Teman.
3
Bab 3 Hinaan.
4
Bab 4 Pura-pura Tegar.
5
Bab 5 Mengaku Pacaran.
6
Bab 6 Sulit dipercaya.
7
Bab 7 Rumah Baru Rahimah.
8
Bab 8 Malu.
9
Bab 9 Keinginan Adit.
10
Bab 10 Bayar hutang.
11
Bab 11 Anak teman Mama
12
Bab 12 Aneh
13
Bab 13 Restauran
14
Bab 14 Turut bahagia.
15
Bab 15 Wanita tidak tahu malu.
16
Bab 16 Bertemu Danu
17
Bab 17 Kecelakaan kecil.
18
Bab 18 Status Dinda
19
Bab 19 Sindiran Dinda.
20
Bab 20 Diawasi seseorang.
21
Bab 21 Pengamen.
22
Pengumuman.
23
Bab 22 Preman
24
Bab 23 Mara
25
Bab 24 Kumara dan Kaamil
26
Bab 25 Dinda Khawatir
27
Bab 26 Orang Misterius.
28
Bab 27 Kepergok Kaamil
29
Bab 28 Ingin Melupakan Masalah
30
Bab 29 Malu lagi.
31
Bab 30 Gantian menolong.
32
Bab 31 Degup jantung.
33
Bab 32 Melamarmu.
34
Bab 33 Pesan beruntun.
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36 Hati yang terluka.
38
Bab 37 Mencari solusi.
39
Bab 38 Terpukul.
40
Bab 39
41
Bab 40 Besok menikah?
42
Bab 41 Terkuak.
43
Bab 42 Rahimah yang tersinggung.
44
Bab 43 Pernikahan di atas luka.
45
Bab 44 Pernikahan di atas luka 2
46
Bab 45 Dinda galau.
47
Bab 46 Konferensi pers.
48
Bab 47 Mengikuti suami.
49
Bab 48 Mantan.
50
Bab 49 Adit yang marah.
51
Bab 50 Melindungi.
52
Bab 51 Permintaan pertama Candra.
53
Bab 52 Pengakuan pelaku.
54
Bab 53 Pengakuan Zivi.
55
Bab 54 Cerita Kaamil.
56
Bab 55 Nasehat sahabat.
57
Bab 56 Membahas masa lalu dan masa depan.
58
Bab 57 Jeni?
59
Bab 58 Candra dan Lintang senasib.
60
Bab 59 Sebagian kisah
61
Bab 60 Cinta yang sejati.
62
Bab 61 Pertanyaan Dinda.
63
Bab 62 Bertarung.
64
Bab 63 Mengikuti alur.
65
Bab 64 Berita terkini.
66
Bab 65 Menyusun rencana.
67
Bab 66 Kebakaran.
68
Bab 67 Tanda tanya besar.
69
Bab 68 Rumah untuk Zivi.
70
Bab 69 Gugup.
71
Bab 70 Cincin.
72
Bab 71 Candra khawatir.
73
Bab 72 Kronologis kejadian.
74
Bab 73 Di ujung pencarian.
75
Bab 74 Kehilangan Jejak.
76
Bab 75
77
Bab 76 Bertarung.
78
Bab 77 Bertarung bagian dua.
79
Bab 78 Memori yang terlupakan.
80
Bab 79 Kabar duka yang beruntun.
81
Bab 80 Dipeluk.
82
Bab 81 Berkumpul kembali.
83
Bab 82 Kaamil yang jahil.
84
Bab 83 Senandung rindu.
85
Bab 84 Kaamil lagi.
86
Bab 85 Lupa waktu.
87
Bab 86 Si kembar.
88
Bab 87 Wallpaper.
89
Bab 88 Pertengkaran pertama setelah menikah.
90
Bab 89 Dinda menangis.
91
Bab 90 Nama panggil.
92
Bab 91 Kedatangan Mama dan Papa.
93
Bab 92 Pertikaian kecil berujung pernyataan.
94
Bab 93 Menyebalkan.
95
Bab 94 Akhir penantian.
96
(Extra part) Nggak tahu waktu.
97
(Extra part)
98
(Extra part)
99
(Extra part)
100
(Extra part) Naaman Malik Abrisam.
101
Selesai.
102
Pengumuman
103
Pengumuman karya baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!